KONTRADIKSI 1

KONTRADIKSI

BAB SATU

Ibuku adalah kontradiksi berjalan. Aku baru mengetahuinya setelah aku menginjak puber. Tentu saja untuk dapat mencapai pemahaman mengenai sifat ibuku yang sejati itu, perlu proses yang panjang yang perlu kulewati dalam kehidupan kami sekeluarga. Namun, dengan waktu yang lama dan pemikiran yang dalam, aku dapat mengerti karakter ibuku yang sebenar-benarnya. Pribadi ibu penuh dengan kontradiksi. Namun, pribadi semacam inilah yang sangat menarik, bagiku. karena pribadi ibu yang seperti inilah, aku dapat mencapai kebahagiaan yang sangat amat jarang orang lain dapat temukan di dalam kehidupan yang fana ini. Dari pribadi ibu yang kontradiksi ini, kisah perjalanan hidupku menjadi sangat menarik, mendebarkan dan memuaskan. Kisah yang kutulis ini kuberikan kepada saudara Guo Jing untuk disebarkan di internet tentunya melalui forum yang kita cintai ini.

Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, aku dan kakak perempuanku. Namaku Hadiguna, panggil saja Hadi. Kakakku bernama Dian, ibuku bernama Widyawati atau dipanggil ibu Wiwi. Ayahku adalah TKI di Hongkong bernama Anwar. Kakakku usianya lebih tua tiga tahun daripadaku. Saat aku SMP kelas satu, aku berusia 13 tahun, kakakku 16 tahun dan ibuku 34 tahun.

Ketika aku masih kecil, ibuku sangat menyayangiku. Ibu selalu membelaku bila aku bertengkar dengan Kakakku, bahkan kadang walaupun aku salah, ibu tetap membelaku dan memarahi kakakku itu. Bila aku nakal, ibu akan memarahiku, namun ia tidak pernah memukulku bahkan ibu tidak pernah menghukumku. Ini mungkin yang menyebabkan aku menjadi anak lelaki yang manja. Ayahku pun bila memarahi aku akan menyebabkan ibuku naik pitam sehingga mereka berdua menjadi bertengkar. Maka dari itulah ayah tidak pernah memarahiku lagi hingga aku besar.

Ketika aku masih di Sekolah Dasar, aku bandel sekali sehingga ibuku seringkali dipanggil ke sekolah untuk berbicara dengan guru ataupun kepala sekolah. Ibu akan memarahiku di depan guru-guru dan kepala sekolah dan selalu berkata ia akan menghukumku lebih berat ketika nanti kami sudah di rumah. Namun, ketika kami sampai di rumah, Ibu seakan lupa apa yang ia janjikan di depan guru-guru sebelumnya dan tidak menghukumku sama sekali. Bahkan, tidak tampak ada emosi di wajah ibu sama sekali. Ibu hanya sekali memohon kepadaku untuk mengurangi kenakalanku agar tidak membuat ibu malu ketika aku kelas 3 SD.

Lucunya, aku malah mengikuti nasehat ibu dan berusaha agar kenakalanku sebisa mungkin tidak terdeteksi oleh guru. Aku tidak mau membuat ibu malu, toh ibuku selalu membelaku tak peduli aku benar atau salah. sehingga, frekuensi ibu mengunjungi sekolah menjadi berkurang drastis setelah itu. Lanjut ke Kelas 4 aku masih anak sekolah bandel dengan kenakalan anak-anak yang lumrah dan biasa saja. kenakalanku tidak merusak, tidak merugikan orang lain (selain diri sendiri) dan tidak melangar norma kesusilaan.

Barulah ketika kelas 5, teman-teman laki-lakiku mengenalkan aku kepada dunia perlendiran. Waktu itu DVD yang sedang ngetrend, dan hampir semua orang punya DVD di rumah. teman-temanku ini mengenalkan aku kepada DVD bokep dengan variasi yang beragam. Ada temanku yang menyukai film jepang, ada yang suka film barat, ada yang suka genre pemerkosaan, ada yang suka genre gangbang dan lain sebagainya. Aku sendiri sangat suka genre MILF. wanita-wanita dewasa di atas 30 an bagiku sangat seksi dan matang sekali. dan karena sering mencari di Glodok namun seringkali tertipu juga (cover dan isi berbeda), maka aku membujuk ayahku untuk memasang internet menggunakan fiber optic di rumah. dan semenjak saat itu, aku dapat secara bebas browsing mencari film porno yang kusuka.

Waktu kelas 6 aku menemukan inses. Aku ingat saat itu aku mendapatkan klip film (bukan film yang lengkap) mengenai MILF yang dibintangi Jodi West, aktris yang stw namun seksi sekali. berhubung filmnya hanya klip, maka film itu tidak dari awal, melainkan langsung ketika para aktornya berhubungan seks. Aku langsung horny melihatnya, namun aku kaget ketika lelaki muda yang menjadi lawan Jodi West mengucapkan kata-kata "Oh yeah, Mom....." dst. ternyata film itu menceritakan hubungan terlarang antara anak dan ibu kandungnya!

Aku terkejut, dan seharusnya aku merasa mual. tetapi melihat Jodi West yang seksi dan cantik itu sedang digarap anak muda sambil keduanya mengucapkan kata-kata vulgar dicampur dengan panggilan "son" dan "mom" berkali-kali, malah membuat kontolku lebih cepat mengeluarkan sperma! Aku merasa tidak percaya bahwa hubungan terlarang yang digambarkan di film itu tidak membuat aku jijik sama sekali, bahkan membuat aku orgasme! Apa ada yang salah dengan otakku?

Selama beberapa hari aku menengangkan diri dan berusaha mencari jawaban dari apa yang sedang aku alami. Namun, setiap kali aku teringat ucapan anak muda itu... "mom" sambil mengocok-ngocok kemaluannya di dalam kemaluan perempuan yang dipanggilnya "mom" itu. dan aku selalu menjadi bernafsu membayangkan film vulgar itu lagi. Tidak dapat kupungkiri, inilah genre film yang paling aku gemari. Aku harus mengakui hal ini.

Ketika di rumah, aku jadi memperhatikan ibu. apakah ini menunjukkan bahwa secara tidak sadar, aku mengingini ibuku sendiri? Ibuku cukup tinggi badannya, yaitu 172 cm. Dengan kulit coklat terang mengarah ke kuning langsat. pinggul ibu besar dengan perut sedikit cembung yang kelihatan bila memakai baju ketat, di hiasi dua payudara yang cukup besar berukuran 38 B. tubuh ibuku tidak kurus, tetapi terlihat sekal di bagian tangan, paha apalagi pantatnya. wajahnya tidaklah secantik artis terkenal, tetapi bagiku wajah ibu yang paling menarik di seluruh sedunia, karena ibu selalu menyayangiku dan selalu ada bagiku. Aku menyukai setiap jengkal wajahnya, dengan hidung yang agak pesek dan mata yang lebar, bibir yang tipis di atas dagu yang kokoh, berhiaskan dua buah lesung pipit bila tersenyum, adalah wajah yang selalu membuatku merasa nyaman dan damai. Kulitnya yang kecoklatan bak sawo matang menambah manis keseluruhan ibu.

Barulah mataku terbuka akan keindahan ibu kandungku sendiri itu. Saat itu ingin sekali aku melihat tubuh ibu tanpa busana. aku menjadi horni mendadak, sehingga buru-buru aku ke toilet untuk melepaskan birahiku di sana.
by Pemanah Rajawali (semprot)
Facebook CommentsShowHide

0 comments