Nanang Si Pejantan Desa

Nanang Si Pejantan Desa



Pagi yang indah menyapa sebuah desa terpencil yang terletak di kaki bukit. Matahari memancarkan sinarnya sambil tersenyum dari balik celah awan pagi. Kicauan burung bersenandung merdu dari balik ranting pohon dan rimbunan dedaunan. Desa itu begitu hijau karena sejauh mata memandang hanya tampak hamparan sawah dan hutan yang luas.


Aliran sungai juga begitu jernih dan mengalir dengan tenangnya. Udara pagi itu juga terasa sejuk dan membuat tubuh bersemangat untuk beraktifitas. Satu per satu warga mulai menampakan diri di jalanan desa. Mereka saling menyapa satu sama lain dengan ramahnya. Seluruh warga desa tersebut telah menganggap diri mereka sebagai keluarga. Tak heran bila keramahan sangat dijunjung tinggi di desa tersebut. Beralih ke sebuah rumah kecil yang terletak di pinggi sungai, seorang pemuda desa bernama Nanang tampak bersiap - siap untuk pergi ke sawah. Ia telah menyiapkan peralatan bertaninya seperti cangkul dan sabit yang telah ia letak di atas sepeda tua peninggalan almarhum ayahnya. Tak lupa pula ia membawa bekal makan siangnya berupa nasi, ikan asin, dan kerupuk kesukaannya.


Nanang adalah seorang anak dari petani miskin. Ia tidak pernah mencicipi pendidikan apapun. Kedua orangtuanya tidak memiliki uang untuk bisa menyekolahkan Nanang. Meski begitu Nanang bisa membaca, menulis, dan berhitung dasar. Nanang menghabiskan sebagian waktunya dengan bertani di sawah membantu sang Ibu yaitu Bu Nining. Pada sore hari barulah ia menghabiskan waktunya dengan berkumpul bersama teman - temannya di balai desa. Pagi itu Nanang berangkat seorang diri ke sawah. Sang Ibu telah pergi ke suatu tempat di pagi buta. Nanang tidak tahu apa yang dilakukan Ibunya sepagi itu. Kemudian Nanang langsung mengayuh sepeda tuanya menuju sawahnya.



Sambil bersiul, ia mengayuh sepedanya menikmati udara di pagi hari. Tak lupa ia memberikan senyum kepada warga yang melintasinya. Bagi warga desa, Nanang adalah sosok pemuda yang taat dan berani. Banyak yang mengatakan kalau Bu Nining sangat beruntung memiliki seorang anak seperti Nanang. Ia tidak pernah mengeluh dan selalu mendengar apapun perintah Ibunya. Nanang sangat menyayangi Ibunya karena saat ini hanya Ibunya orangtua yang tersisa.



Saat setengah perjalanan, sebuah mobil tampak melintas di depan Nanang. Dengan segera Nanang turun dari sepedanya. Tiba - tiba Nanang membungkukkan tubuhnya ketika mobil itu melintas di depannya. Tak hanya Nanang, tapi warga desa ikut membungkukkan tubuhnya. Ada alasan kenapa Nanang dan beberapa warga membungkukkan tubuh mereka seperti memberikan hormat atau salam. Itu karena orang yang melintas dengan mobil tersebut adalah seorang juragan kaya yang tinggal di desa tersebut. Warga desa biasa memanggilnya dengan sebutan Nyonya Arini. Beliau adalah orang yang termahsyur dan paling dihormati di desa. Hanya saja Nyonya Arini adalah seorang yang sombong dan juga angkuh. Ia menganggap dirinya sebagai "Tuhan" di desa tersebut. Air dan Tanah yang ada di desa merupakan miliknya. Warga wajib membayar pajak atas semua kepemilikan berupa air dan tanah. Awalnya kedatangan Nyonya Arini tiga tahun lalu di desa tersebut sangat disambut baik oleh warga desa. Mereka menganggap Nyonya Arini sebagai malaikat penolong karena ia berjanji akan membuat desa tersebut menjadi desa yang maju. Namun kenyataan tidak sesuai apa yang diucapkan. Secara perlahan Nyonya Arini merampas semua harta benda milik warga desa yang tidak mau menuruti perintahnya. Kedudukan Nyonya Arini bahkan melebihi seorang kepala desa. Ia membuat peraturan yang semena - mena dengan diantaranya warga desa wajib membungkukkan tubuhnya sebagai rasa hormat ketika ia melintas. Kini warga desa sangat membenci Nyonya Arini, namun warga juga tidak bisa mengusir Nyonya Arini karena hanya Nyonya Arini yang bisa membantu mereka. Nyonya Arini selalu dikelilingi oleh pria - pria bertubuh tegap dan besar yang selalu siap melindungi Nyonya Arini.



Setelah Nyonya Arini melintas, Nanang kembali melanjutkan perjalanannya. Nanang sangat membenci Nyonya Arini karena gara - gara beliau lah Ayah Nanang meninggal dunia. Ketika itu Ayah Nanang sedang sakit keras dan terbaring lemah di rumah. Nanang berusaha keras untuk bisa meminjam uang dari Nyonya Arini agar ia bisa membeli obat untuk ayahnya. Nyonya Arini bersedia memberikannya uang yang banyak asalkan Nanang mau mendengar syarat darinya. Nyonya Arini memerintahkan Nanang untuk mencari kayu bakar di hutan sebanyak mungkin hingga memenuhi gudang penyimpanan yang ada di belakang rumahnya. Nanang merasa itu adalah tugas yang sulit karena Nanang tidak ingin merusak


hutan terlalu banyak. Namun Nanang tetap memenuhi persyaratan itu hingga apa yang diingin Nyonya Arini terpenuhi. Tak disangka Nyonya Arini hanya memberika uang dengan jumlah sedikit kepada Nanang. Dengan teganya Nyonya Arini mempermainkan Nanang karena dari awal ia tidak ingin memberikan sepeserpun uang kepada Nanang. Ayah Nanang pun akhirnya meninggal dunia dan Nanang masih menyimpan dendam yang besar kepada Nyonya Arini. Bila mengingat itu Nanang menjadi sedih karena seharusnya ia bisa menyelamatkan nyawa Ayahnya. Singkat cerita Nanang pun tiba di sawahnya yang berukuran kecil. Dari sawah itulah Nanang dan Ibunya mendapatkan uang. Meski hasilnya tidak seberapa, Nanang dan Ibunya tetap mensyukurinya. Nanang langsung bekerja di sawahnya karena matahari sudah semakin meninggi. Ia tidak mungkin menunggu Ibunya tiba dan seharusnya Ibunya sudah tiba sejak tadi. Tiba - tiba Nanang merasakan perutnya sakit dan ingin buang air besar. Nanang menghentikan aktifitasnya dan langsung menuju ke dalam hutan yang tidak jauh dari sawahnya. Di dalam hutan itu terdapat sungai dan Nanang biasa buang air besar di sekitar sungai tersebut. Tiba - tiba Nanang mendengar suara aneh dari arah sungai. Ia seperti mendengar suara wanita yang merintih dan sesekali menjerit. Tubuh Nanang mendadak bergetar hebat dan rasa sakit perutnya pun hilang. Nanang memang pemuda yang pemberani tapi ia juga takut kalau mendengar suara - suara aneh. Ia teringat akan kisah yang dulu pernah diceritakan oleh Ayahnya kalau hutan tersebut ada penghuninya. Secara samar - samar Nanang mendengar suara pria yang juga merintih. Nanang yang penasaran pun memutuskan untuk mengikuti asal suara tersebut. Ia mengambil sebilah kayu berukuran sedang sebagai senjatanya. Ia berjalan pelan agar tidak menimbulkan suara langkah kaki. Lalu suara tersebut semakin jelas terdengar dan Nanang pun melihat seorang pria dari balik semak - semak. Nanang berjalan sambil jongkok agar tidak ketahuan. Nanang menyibak semak - semaki tersebut dan ia kaget melihat seorang pria dan wanita dalam keadaan telanjang bulat. Ia lebih kaget ketika mengetahui kalau pria dan wanita itu adalah Pak Eman si Kepala Desa dan juga Ibunya. Nanang melihat pakaian keduanya tergantung di atas ranting pohon. Nanang yang udik karena tidak berpendidikan, tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh kedua manusia itu. Nanang hanya melihat burung Pak Eman sedang asik keluar masuk di dalam lubang kelamin Ibunya. Nanang sangat bingung sambil garuk - garuk kepala atas apa yang dilihatnya. Ia mendengar suara rintihan dan jeritan Ibunya seiring dengan burung Pak Eman yang terus menusuk lubang Ibunya.



"Ning....Memekmuuu makin hari makinnn mantaappp....kontolkuuu betahhh ngentoottt sama kamuuuu....Oooooohhh...oooohhhh" desah Pak Eman.



"Iyaaahhh Massss...aaahhhh....aaaahhhh...Cepetaaannn entotnyaaa...Nantiii si Nananggg nungguiiinnn akuuu....Aahhhh...aahhhh" desah Bu Nining.



Nanang semakin bingung dengan kata kontol, memek, dan entot yang diucapkan oleh Pak Eman dan Ibunya. Ia belum pernah mendengar kata - kata itu sebelumnya. Nanang hanya bisa melihat apa yang dilakukan oleh Pak Eman dan Ibunya dengan tatapan datar. Ia mempelajari apa yang tengah dilakukan oleh keduanya. Setiap kali burung Pak Emang keluar masuk di dalam lubang Ibunya, Ibunya selalu merintih sambil memejamkan matanya. Lalu Pak Eman dan Bu Nining berdiri bersama. Pak Eman menyuruh Bu Nining untuk berdiri sambil tangannya menopang pada pohon dan sedikit membungkukkan tubuhnya. Lalu Pak Eman menusuk burungnya dari belakang. Pak Eman begitu bergairah dan bersemangat menggempur lubang Bu Nining yang terlihat sempit itu.



"Ooohh Ninggg...Pejuuhhkuuu mau keluarrrrr...Aahhhhhh" jerit Pak Eman sambil memutar kontolnya di dalam memek Bu Nining.



"Keluaariinnn diluaaarrrr Massss" suruh Bu Nining.



Lalu Pak Eman mengeluarkan kontolnya dan memuntahkan seluruh spermanya di atas pantat Bu Nining yang besar dan bulat itu. Pak Eman pun tersungkur lemas di atas bentangan daun pisang. Pak Eman terlihat lelah sekali setelah mengeluarkan spermanya. Lalu Bu Nining memasukan kontol Pak Eman ke dalam mulutnya dan menyedot sisa - sisa sperma Pak Eman. Nanang merasa jijik dan aneh melihat kelakuan Ibunya yang memasukan kelamin Pak Eman ke dalam mulutnya. Kemudian Bu Nining membersihkan pantatnya dengan menggunakan celana dalamnya. Pak Eman pun bersiap mengenakan kembali pakaian dinasnya.



"Jangan lupa nanti malam kamu ke rumah Nyonya Arini" pesan Pak Eman sebelum meninggalkan Bu Nining seorang diri di dalam hutan.



Lalu Pak Eman pun pergi meninggalkan Bu Nining, sementara Bu Nining masih membersihkan tubuhnya dari keringat dengan merendamkan dirinya di dalam sungai. Nanang ingin sekali menghampiri Ibunya, tapi ia tidak berani karena Ibunya selalu marah kalau urusannya diganggu. Lalu Nanang pun kembali ke sawah nya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tak lama kemudian Ibunya pun muncul dan Nanang pura - pura tidak melihatnya.



"Maaf Ibu telat. Tadi ada urusan di balai desa" kata Bu Nining berbohong.



"Ya ndak apa - apa Bu. Mending Ibu istirahat saja di gubuk" suruh Nanang yang melihat Ibunya kelelahan.



"Gak usah. Sini Ibu bantu tanam padinya" kata Bu Nining.



Nanang hanya diam dan tidak berani bertanya kepada Ibunya atas apa yang barusan terjadi. Peristiwa itu juga masih terngiang dipikiran Nanang. Ia pun teringat akan raut wajah Pak Eman ketika ia mengeluarkan cairan putih tersebut. Ia merasa kalau Pak Eman begitu senang dan lega setelah mengeluarkan cairan putih nan kental itu. Raut wajah Ibunya juga sama ketika burung Pak Eman menusuk lubang kelamin Ibunya. Selama ini Nanang belum pernah melihat peristiwa seperti itu sebelumnya. Ia tidak memungkiri kalau terjadi sesuatu pada tubuhnya ketika melihat peristiwa itu. Ia merasakan tubuhnya mendadak panas dan nafasnya juga terasa berat. Nanang pun memutuskan untuk terus memata - matai Ibunya setelah ini.



Lalu malam hari pun tiba. Suasana sepi dan hening begitu terasa di seluruh penjuru desa. Hanya terdengar suara serangga malam yang bernyanyi menemani warga yang beristirahat. Nanang tengah duduk santai di depan rumahnya sambil memijat kakinya sendiri. Lalu dari kejauhan ia melihat sepeda motor yang mendekat menuju rumahnya. Itu adalah sepeda motor milik Pak Eman yang diberikan gratis dari Nyonya Arini. Pak Eman adalah tangan kanan Nyonya Arini dan tak heran kalau Pak Eman juga dibenci oleh sebagian warga.



"Nang, Ibumu mana ???" tanya Pak Eman.



"Ada tuh di dalam. Bentar ya aku panggilin" kata Nanang sambil beranjak dari duduknya. Tak lama kemudian ia pun kembali menemui Pak Eman bersama Ibunya yang telah berpakaian rapi.



"Ibu pergi dulu ya sama Pak Eman. Ada acara di desa sebelah. Kamu tidur aja duluan" kata Bu Nining.



"Iya, Bu. Hati - hati dijalan" pesan Nanang.



Lalu Bu Nining pun pergi sambil diboncengi Pak Eman. Nanang tahu kalau Ibunya tengah berbohong kepadanya. Ia teringat akan pesan Pak Eman tadi kalau mereka akan pergi ke rumah Nyonya Arini. Rasa penasaran Nanang pun muncul dan ia memutuskan untuk mengikuti keduanya. Lagi pula untuk apa Ibunya pergi ke rumah Nyonya Arini malam - malam begini dengan pakaian rapi. Nanang segera mengunci pintu rumahnya dan mengayuh sepedanya. Lalu ia melintas di depan rumah Pak Eman dan melihat sepeda motornya terparkir di sana. Ia menduga Pak Eman dan Ibunya berada di dalam rumah. Nanang pun meletakkan sepedanya di samping pos ronda yang ada di depan rumah Pak Eman. Ia berjalan berjingkat untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh keduanya. Sayangnya rumah Pak Eman tertutup rapat sehingga ia tidak bisa melihat ke dalam rumah. Tidak mungkin baginya untuk masuk ke dalam rumah Pak Eman secara diam - diam. Ia pun menguping di dinding rumah Pak Eman untuk mengetahui keberadaan mereka. Akhirnya diketahui kalau keduanya tengah berada di kamar Pak Eman yang terletak di bagian belakang rumah. Beruntung bagi Nanang saat itu karena jendela kamar Pak Eman sedikit terbuka. Ia mengintip melalui jendela yang terbuka itu dan melihat Pak Eman dan Ibunya sedang berbincang di dalam kamar.



"Apa yang harus ku katakan pada Nyonya Arini nanti ???" tanya Bu Nining sedikit gelisah.



"Kamu bilang saja kalau si Nanang bersedia jadi pengawalnya. Yang penting kamu bisa dapat duit" Jelas Pak Eman.



"Aku tidak yakin dengan hal ini. Nanang pasti tidak mau menjadi pengawal Nyonya Arini. Ia sangat benci padanya" kata Bu Nining dengan was - wasnya.



"Biar aku urus anakmu itu. Yang penting kamu harus bisa meyakinkan si sombong itu" kata Pak Eman yang merujuk kepada Nyonya Airin.



"Iya deh, Mas. Ayo kita ke sana, nanti keburu malam" ajak Bu Nining sambil beranjak dari duduknya. Dengan cepat Pak Eman menahan tangan Bu Nining.



"Gak usah buru - buru. Sekarang Nyonya Arini lagi di kota dan satu jam lagi baru tiba" kata Pak Eman.



"Jadi ngapain Mas nyuruh saya pergi secepat ini ???" tanya Bu Nining dengan sedikit kesal. Lalu Pak Eman menarik tubuh Bu Nining hingga Bu Nining terduduk dipangkuan Pak Eman.



"Aku mau ngeseks sama kamu dulu" bisik Pak Eman dan Bu Nining pun tersenyum malu serta wajahnya berubah menjadi merah.



Pak Eman membaringkan tubuh Bu Nining di atas kasurnya. Kemudian mereka berciuman lembut sambil tangan Pak Eman mengelus rambut Bu Nining yang panjang sebahu itu. Ciuman yang lembut itu perlahan berubah menjadi ganas. Mereka saling melumat bibir dan lidah mereka saling menjilat. Tangan Pak Eman dengan cekatan menyusup masuk ke dalam kemeja hijau yang dikenakan Bu Nining. Ia meremas toket Bu Nining yang besar meski sudah turun dan tidak lagi padat dan juga kenyal.



"Cepat buka bajumu, Ning" perintah Pak Eman.



Bu Nining dengan tergesa - gesa membuka kemejanya dan juga BH nya. Toketnya yang besar dan menggantung itu tampak membuat mata Pak Eman menjadi berbinar. Lalu Pak Eman memilin kedua puting itu dengan sedikit kasar. Bu Nining tampak memejamkan matanya sambi menikmati sentuham jemari Pak Eman.



"Tetekmu besar sekali, Ning. Aku ingin menghisapnya" kata Pak Eman dengan lirih.



"Hisaplah, Mas. Buat aku terbang seperti waktu itu" balas Bu Nining.



Lalu Pak Eman menghisap kedua puting itu secara bergantian. Puting Bu Nining semakin besar dan panjang. Pak Eman menggigit putingnya yang membuat Bu Nining semakin panas. Tubuhnya menggeliat tidak beraturan dan tangannya tidak berhenti meremas rambut Pak Eman. Hubungan gelap yang telah mereka jalani selama tiga bulan belakangan membuat Bu Nining semakin menikmatinya. Hubungan ini bermula ketika istri Pak Eman memutuskan untuk bekerja menjadi TKW di luar negeri. Pak Eman yang telah lama naksir dengan Bu Nining memberanikan diri untuk bisa menikmati tubuh Bu Nining yang semok. Awalnya Bu Nining merasa diperkosa oleh Pak Eman, namun lama - kelamaan Bu Nining menikmati


hubungan seks tersebut setelah bertahun - tahun ia tidak merasakannya. Selain itu sesekali Pak Eman membayar Bu Nining dengan sedikit uang sebagai imbalan atas pelayanan Bu Nining. Setelah puas bermain dengan toketnya, Pak Eman pun bangkit dan beranjak menuju lemari pakaiannya. Dari situ ia mengambil sebuah celana dalam wanita yang telah ia persiapkan sebagai hadiah untuk Bu Nining. Bu Nining merasa malu dan terkesima dengan hadiah pemberian Pak Eman. Terlebih lagi baru kali itu ia melihat celana dalam berukuran mini berwarna hitam. Bentuk celana dalam itu bagaikan seutas tali yang melingkar di pinggul.



"Bentuknya aneh sekali" kata Bu Nining sambil menyentuh celana dalam tersebut.



"Ini hadiah spesial buat kamu. Ayo pakai" perintah Pak Eman.



Lalu Pak Eman menyuruh Bu Nining berdiri tegak di depan cermin. Kemudian Pak Eman melepaskan rok panjang yang dipakai Bu Nining. Kemudian dengan kasarnya Pak Eman merobek celana dalam berwarna krim yang sudah lusuh yang dipakai Bu Nining. Kini Bu Nining sudah telanjang bulat. Bu Nining memperhatikan tubuhnya yang terpampang di depan cermin. Ia tidak menyangka di usianya yang sudah kepala 4, ia masih memiliki tubuh yang menarik dan seksi. Meski kedua toketnya sudah menggantung, tapi itu tidak mengurangi gairah Pak Eman yang terus menggebu - gebu. Memeknya yang tembem juga terlihat sangat menggairahkan dengan ditumbuhi bulu jembut yang tipis. Perutnya masih terlihat sedikit ramping dengan sedikit lemak di bagian bawah perut. Lalu ia memutar tubuhnya dan melihat keseksian pantatnya itu. Pantatnya yang besar dan bulat menjadi daya tarik sendiri untuknya. Selama ini ketika ia sedang berjalan di sekitar desa, banyak pemuda yang memperhatikan pantatnya itu. Pak Eman juga sangat suka memukul dan menumpahkan laharnya di atas pantatnya itu.



"Siapa bilang kamu sudah tua ??? Tubuhmu ini sudah menjawab semuanya" bisik Pak Eman sambil memeluk tubuh Bu Nining dari belakang.



Kemudian Pak Eman membantu Bu Nining mengenakan celana dalam seksi tersebut. Setelah dipakai, Pak Eman tampak semakin bergairah melihat seksinya Bu Nining dengan celana dalam itu. Celana dalam tersebut tampak ketat di pinggu Bu Nining dan membuat Pak Eman tak kuasa menahan libidonya.



"Kamu seksi sekali, Ning" bisik Pak Eman sambil meremas pantat Bu Nining.



"Makasih atas pujiannya, Mas. Pasti celana dalam ini harganya mahal" kata Bu Nining.



"Sebenarnya aku tidak membelinya" ucap Pak Eman. Bu Nining pun berbalik dan menatap wajah Pak Eman.



"Lalu ???" tanya Bu Nining.



"Ini milik Nyonya Arini yang aku curi dari jemurannya. Aku pikir celana dalam ini akan cocok bila dipakai olehmu" jawab Pak Eman dan Bu Nining pun kaget.



"Nanti kalau ketahuan Nyonya Arini bagaimana ??? Aku bisa mati nanti" kata Bu Nining dengan ketakutan.



"Makanya jangan sampai kamu cuci dan kamu jemur. Celana dalam ini kamu pakai bila hanya bertemu denganku" kata Pak Eman.



Bu Nining sedikit lega mendengarnya. Percumbuan mereka pun kembali dimulai. Kini Pak Eman yang minta dilayani oleh Bu Nining. Pak Eman menelanjangi dirinya dan ia berbaring di atas kasur. Bu Nining langsung menggenggam kontol Pak Eman. Ia sangat gemas dengan kontol panjang dan hitam milik Pak Eman. Ia tidak menyangka kalau kontol Pak Eman sanggup membuatnya terkapar dan menjerit keenakan. Lalu Bu Nining menjilati kontol Pak Eman dengan lidahnya. Pak Eman menutup matanya untuk menikmati setiap jengkal sapuan lidah Bu Nining. Lubang kontolnya dijilat mesra oleh Bu Nining. Batang kontolnya yang kekar juga tak luput dari jilatan Bu Nining. Lalu Bu Nining menghisap buah zakar milik Pak Eman yang membuat Pak Eman menjadi semakin tegang. Kemudian Bu Nining memasukan kontol Pak Eman ke dalam mulutnya. Bu Nining sangat suka melahap kontol Pak Eman dengan mulutnya. Cairan pelumas yang keluar dari lubang Pak Eman seperti jus jeruk baginya. Mulut Bu Nining terlihat penuh oleh kontol Pak Eman. Mulutnya terlihat begitu kuat menyedot kontol Pak Eman. Kepalanya naik turun sambil terus menjilati batang kontol Pak Eman. Hal itu memubuat Pak Eman menjadi semakin panas. Pak Eman meminta Bu Nining melakukan posisi 69. Bu Nining naik ke atas tubuh Pak Eman dengan pantatnya yang diarahkan ke wajah Pak Eman. Lalu Pak Eman membuka kembali celana dalam Bu Nining dan menjilati setiap sisi memek Bu Nining. Bu Nining mendesah dengan mulut yang penuh sesak oleh kontol Pak Eman.



"Haaahhhh...Haaahhh...Heruuusss...Hilaattt Heruuuusss...Oooohhhh" desah Bu Nining.



Lidah Pak Eman semakin berani dengan menusukannya ke dalam lubang memek Bu Nining. Cairan cinta Bu Nining semakin membanjiri liang memeknya. Pak Eman tanpa rasa jijik menyedot seluruh cairan cinta Bu Nining. Sementara itu Bu Nining semakin ganas menikmati kontol Pak Eman. Berkali - kali Pak Eman merasakan ngilu dan nyeri di kontolnya karena sedotan maut Bu Nining. Berkali - kali ia mengocok kontol itu dengan penuh semangat, berharap cairan Pak Eman keluar sebanyak - banyaknya untuk ia nikmati. Pak Eman semakin liar menikmati liang memek Bu Nining. Klitorisnya semakin merah dan semakin membuat Bu Nining geli. Anus Bu Nining pun tak luput dari sapuan lidahnya. Ia merasakan anus Bu Nining yang hitam itu berkedut kencang.



"Aku mau keluar nih, Mas...Jilat terus yang enakkkk...oooohhhh" desah Bu Nining.



Hanya dalam hitungan detik, Bu Nining sudah mendapatkan orgasmenya yang pertama. Ia menekan lubang memeknya tepat di mulut Pak Eman dan menggeseknya. Kepalanya mendongak ke atas sambil mencengkram kuat kontol Pak Eman.



"Enaaaakkkk...Aaahhhh Enaaakkkkk...Ohhhh Gussstiiiiiii...Ooohhhh" erang Bu Nining seiring orgasmenya yang hebat.



Bu Nining pun lemas tak berdaya di atas tubuh Pak Eman. Pak Eman melihat cairan putih dengan sedikit berbau keluar dari lubang memek Bu Nining. Pak Eman memasukan jarinya ke dalam lubang memek Bu Nining untuk mengambil cairan tersebut. Lalu ia memberikan jarinya kepada Bu Nining.



"Ayo jilat cairanmu sendiri, Ning" perintah Pak Eman.



Tanpa rasa jijik Bu Nining menjilati jari Pak Eman. Ia menjilatinya seperti menjilati sebatang es krim yang nikmat. Lalu Pak Eman memberikan waktu Bu Nining untuk beristirahat. Masih ada sisa 30 menit lagi sebelum mereka pergi ke rumah Nyonya Arini. Pak Eman kembali mencumbu Bu Nining dengan menjilati pantat Bu Nining. Ia sangat tergila - gila dengan montoknya pantat Bu Nining itu. Ia memukulnya dengan gemas dan kembali menjilatinya. Lubang anusnya juga tak luput dari jilatannya.



"Kamu sudah siap ngentot, Ning ???" tanya Pak Eman.



"Ayo, Mas. Aku mau ngentot gaya sapi" pinta Bu Nining.



Lalu Bu Nining melakukan posisi nungging di atas kasur. Tangannya membuka belahan pantatnya hingga lubang memeknya yang merekah itu terbuka lebar. Pak Eman membasahi kontolnya dengan ludahnya. Lalu hanya dengan sekali tekan, kontol Pak Eman sudah lenyap ditelan memek Bu Nining. Pak Eman menyuruh Bu Nining untuk menggerakan pantatnya maju mundur. Dengan penuh semangat Bu Nining menggenjot kontol Pak Eman. Bu Nining memang paling suka dengan gaya doggystyle. Ia sangat suka ketika Pak Eman memukul pantatnya dengan keras sehingga ia pun semakin bergairah. Bu Nining begitu liar menggenjot kontol Pak Eman. Pantat Bu Nining bergoyang ke sana kemari hingga membuat kontol Pak Eman terasa ngilu.



"Uuuuhhhh...Pelannn Ningggg...Nanti aku bisa keluuaarrr...Aaaahh...Aahhhh" kata Pak Eman sambil berusaha menahan orgasmenya yang sudah mulai terasa.



"Aaaahhh...Kan Mas suka kontolnya aku giniinnnnn....Aaaahhh...Aaahhhhh" erang Bu Nining tak mau kalah.



Lalu Pak Eman tak kuasa lagi menahan gairahnya. Ia menahan pantat Bu Nining dan langsung menusuk kontolnya dengan begitu cepat. Tubuh Bu Nining berguncang - guncang dan toketnya yang menggantung itu menjadi sasaran empuk untuk diremas oleh Pak Eman. Bu Nining hanya bisa menjerit dan mengerang merasakan batang kontol Pak Eman menggesek dinding memeknya. Ia tak menyangka Pak Eman yang sudah berusia hampir kepala 6 masih memiliki tenaga untuk bercinta.



"Ninngggg...Enakkknyaaa ngentooottt memekmuuuu....Ooohhh kentoootttt....Aaahhhhh" erang Pak Eman dengan vulgarnya.



"Massss...Aaaahhhhh....Entooottt memekkk Niningggg....Aaahhhhh...Buuaatt Nininnngggg Muncraaattt...Aaahhh sedaappp" jerit Bu Nining.



Lalu keduanya pun berganti posisi dengan gaya konvensional. Pak Eman sudah tidak sanggup lagi untuk segera mengeluarkan lahar panasnya. Ia semakin beringas dan kecepatannya semakin bertambah. Keringat Pak Eman mengucur deras dan menetes di atas tubuh Bu Nining. Wajah Bu Nining yang sangat mesum dan menggairahkan membuat Pak Eman semakin bersemangat. Bu Nining merasakan perih di memeknya, tapi hal itu tidak membuat Bu Nining menyerah. Ia ingin merasakan orgasme bersama Pak Eman.



"Ninnggg...Kontolkuu mau keluaaarrr...Aahhhhh...Aaaahhhh" rintih Pak Eman.



"Keluariinn di memek akuuu ajaaaa...Satuuu...Duaaaa...Tigaaaa...keluaaarkaaaa nnnnnnn !!!!" jerit Bu Nining sekuat - kuatnya.



Pak Eman menekan kontolnya sedalam - dalamnya di lubang Bu Nining. Lahar panasnya yang banyak itu mengucur deras di dalam memek Bu Nining. Sementara Bu Nining juga ikut orgasme dan ia merasakan betapa hangatnya sperma Pak Eman. Nanang yang terus melihat permainan keduanya mulai merasakan hal yang aneh dalam dirinya. Saat mengintip tadi, secara spontan ia mengelus kontolnya sendiri. Ia kaget melihat kontolnya yang tiba - tiba mengeras. Ketika ia mengelusnya, ia merasakan adanya sebuah sengatan nikmat di sekujur tubuhnya. Nanang semakin bingung dan menimbulkan rasa penasaran yang besar dalam dirinya. Ia ingin sekali mengetahui gejala apa yang saat ini sedang ia rasakan. Bahkan ketika melihat tubuh telanjang Ibunya, Nanang merasa ingin sekali menyentuh tubuh Ibunya itu. Nanang pun teringat akan seseorang yang mungkin bisa membantunya untuk menjawab semua rasa penasarannya. Ia ingin segera menemui orang tersebut besok pagi. Pak Eman dan Bu Nining sedang berbaring mesra di atas kasur. Mereka masih saling mencumbu meski mereka sudah mencapai puncak kenikmatan. Tiba - tiba handphone Pak Eman berdering. Ia segera mengambil Handphonenya dan ternyata Nyonya Airin yang meneleponnya.



"Selamat Malam Nyonya Airin" sapa Pak Eman.



"Datang ke rumah ku segera. Aku tidak punya banyak waktu" jawab Nyonya Airin dan telepon pun langsung terputus.



Pak Eman dan Bu Nining dengan tergesa - gesa mengenakan kembali pakaian mereka. Nanang pun segera bersembunyi dibalik Pos ronda agar tidak ketahuan. Ia melihat Pak Eman dan Ibunya menuju rumah Nyonya Airin. Nanang pun memilih untuk kembali ke rumah karena ia merasa tidak akan bisa mengintai Ibunya di rumah Nyonya Airin. Rumah Nyonya Airin bak istana besar nan mewah yang dipenuhi oleh penjaga. Selain itu rumah Nyonya Airin juga dikelilingi oleh tembok besar dan tinggi serta dilapisi oleh kawat berduri. Tidak ada celah untuk Nanang untuk mengintai Ibunya. Mau tak mau Nanang harus menyimpan rasa penasarannya itu.



Pada keesokan paginya, Nanang berpamitan kepada Ibunya untuk pergi ke desa sebelah. Alasannya karena ia ingin bertemu dengan salah seorang temannya di sana. Sebenarnya Nanang tidak berbohong karena ia benar - benar ingin bertemu dengan seseorang yang selama ini sudah dianggap sebagai kakak olehnya. Nanang biasanya memanggilnya dengan sebutan Mbak Yuyun. DUlu Mbak Yuyun tinggal tepat di samping rumah Nanang. Beberapa tahun yang lalu, keluarga Mbak Yuyun memutuskan untuk pindah ke desa sebelah karena Mbak Yuyun yang sudah diterima kerja sebagai guru di desa itu. Nasib Mbak Yuyun memang lebih beruntung ketimbang dirinya. Mbak Yuyun telah merasakan semua jenjang pendidikan yang membuatnya berhasil menjadi seorang guru. Oleh karena itu Nanang ingin sekali bertemu dengan Mbak Yuyun dan mencari jawaban atas semua pertanyaannya. Ia yakin Mbak Yuyun yang berpendidikan bisa menjawab semua rasa penasarannya. Nanang mengayuh sepedanya menuju desa sebelah yang letaknya tidak begitu jauh dari desanya. Hanya berjarak 10 Kilometer saja dari desanya. Tak lama kemudian Nanang pun tiba di desa sebelah. Desa tersebut bisa dibilang lebih maju ketimbang desa tempat tinggal Nanang. Desa tersebut terkenal dengan hasil perkebunannya sehingga warganya hidup cukup sejahtera. Ia pun tiba di rumah Mbak Yuyun yang letaknya berdampingan dengan balai desa. Ia bersyukur Mbak Yuyun sedang berada di rumah dan tengah sibuk bercocok tanam di sawah yang berada tepat di samping rumahnya.



"Mbak Yuyun !!!" teriak Nanang dari kejauhan.



Mbak Yuyun menoleh dan ia pun langsung melambaikan tangannya ketika mengetahui kalau suara itu berasal dari suara Nanang. Nanang pun mendekat dan keduanya saling berpelukan karena sudah cukup lama tidak bertemu.



"Kamu semakin tinggi dan tegap ya" kata Mbak Yuyun sambil memperhatikan penampilan Nanang.



"Hehehe Mbak juga makin cantik" balas Nanang memuji Mbak Yuyun.



"Ah kamu ini bisa saja. Ayo masuk ke dalam" ajak Mbak Yuyun menuju rumahnya.



Nanang sangat iri dengan rumah Mbak Yuyun yang sudah berdiri kokoh dengan batu bata. Beda dengan rumahnya yang hanya terbuat dari susunan kayu yang sudah lapuk. Nanang melihat sebuah foto dimana Mbak Yuyun sedang berfoto dengan beberapa murid di sekolah tempat ia mengajar. Nanang sangat ingin sekali merasakan duduk di bangku sekolahan. Namun karena keluarganya yang miskin, ia pun harus rela menjalani hidup tanpa merasakan pendidikan apapun kecuali pendidikan agama.



"Ada apa gerangan ??? Mau ketemu sama Abah ???" tanya Mbak Yuyun sambil menyuguhkan segelas air putih dingin kepada Nanang.



"Sebenarnya aku ingin ketemu sama Mbak. Ada yang ingin aku omongkan" jawab Nanang dengan nada serius. Mbak Yuyun pun merasa kalau saat ini Nanang sedang ada masalah.



"Dari wajahmu aku tahu kamu sedang ada masalah. Ceritakan saja" kata Mbak Yuyun.



Lalu Nanang pun menceritakan semua peristiwa yang ia lihat dan ia dengar. Mbak Yuyun mendengarkannya dengan seksama. Kemudian Mbak Yuyun agak sedikit kaget ketika mengetahui kalau cerita yang diutarakan Nanang ada hubungannya dengan seks. Ia juga kaget ketika Nanang mengatakan kalau Pak Eman berhubungan seks dengan Bu Nining. Mbak Yuyun benar - benar tidak percaya kalau Bu Nining dengan berani melakukan hubungan gelap dengan Pak Eman. Sementara itu Mbak Yuyun tidak begitu kaget dengan kelakuan Pak Eman. Ia sudah tahu kalau selama ini Pak Eman sering menjalani hubungan gelap dengan banyak wanita desa. Ia kaget kalau Bu Nining menjadi korban berikutnya. Nanang tak lupa menceritakan keanehan dalam dirinya ketika menyaksikan Pak Eman dan Bu Nining sedang bergumul di atas ranjang.



"Kira - kira keanehan apa yang terjadi padaku, Mbak ???" tanya Nanang dengan penasaran.



Mbak Yuyun tidak langsung menjawabnya. Ia bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan Nanang. Sulit baginya untuk menjelaskan apa itu seks kepada orang kampung dan udik seperti Nanang. Lalu Mbak Yuyun menutup pintu dan jendela rumahnya. Nanang heran untuk apa Mbak Yuyun menutup semua pintu dan jendela rumahnya. Lalu Mbak Yuyun mengambil beberapa buku dan juga komputer jinjing alias laptopnya. Mbak Yuyun sengaja menutup pintu dan jendela agar ia bisa dengan nyaman menjelaskan semua pertanyaan yang ingin Nanang ketahui jawabannya. Ia mulai menjelaskan dengan pengertian seks. Nanang mendengarkannya dengan seksama melalui buku yang dibacakan oleh Mbak Yuyun. Dalam buku tersebut terdapat gambar orang yang sedang bercinta dengan pasangannya. Apa yang tampak digambar tersebut sama persis dengan apa yang dilakukan oleh Pak Eman dan Ibunya. Nanang sedikit mengerti dengan penjelasan Mbak Yuyun.



"Jadi intinya seks itu dilakukan demi memuaskan nafsu batin. Kamu mengerti kan ???" tanya Mbak Yuyun.



"Sedikit sih, Mbak. Apakah seks itu bisa membuat orang menjerit seperti Ibuku ???" tanya Nanang penasaran.



"Bagi sebagian orang sih begitu. Karena apabila penis dimasukkan ke dalam vagina, akan menimbulkan gesekan yang menyebabkan rasa nikmat" jelas Mbak Yuyun.



"Lalu apa yang terjadi padaku ketika aku melihat mereka sedang bercinta ???" tanya Nanang lagi.



"Itu yang dinamakan libido. Di usia kamu saat ini, hal itu sangat wajar dan seharusnya memang seperti itu bila kamu melihat orang yang melakukan seks" jelas Mbak Yuyun lagi.



"Aku pikir aku akan sakit karena aku merasa seperti disengat listrik" kata Nanang.



Lalu Mbak Yuyun memperlihatkan sebuah adegan porno di laptopnya. Nanang memperhatikannya dengan seksama. Tubuh Nanang menjadi sangat panas ketika ia melihat si pria sedang asik menggenjot kontolnya di dalam lubang memek si wanita. Tanpa rasa malu Nanang mengelus kontolnya sendiri dari luar celananya. Mbak Yuyun sedikit malu melihat tingkah Nanang, tapi hal itu justru membuat Mbak Yuyun menjadi bergairah. Mata Mbak Yuyun tidak bisa lepas dari tonjolan besar di balik celana pendeka Nanang. Ditambah lagi tingkah Nanang yang sibuk meremas kontolnya itu. Mbak Yuyun menjadi semakin gila hingga lahirlah sebuah ide gila dari pikiran Mbak Yuyun.



"Apa kamu mau diajarin seks ???" tanya Mbak Yuyun.



"Sama siapa, Mbak ??? Memang ada guru seks di sekitar sini ???" tanya Nanang dengan polosnya.



"Sama Mbak aja. Mudah - mudahan Mbak bisa ngajarin seks buat kamu. Hitung - hitung bekal kamu kalau sudah nikah nanti" kata Mbak Yuyun yang sengaja ingin menjebak Nanang.



Nanang tidak perlu berpikir panjang dan langsung mengiyakan ajakan Mbak Yuyun. Mbak Yuyun merapatkan duduknya dengan Nanang. Ia menyuruh Nanang untuk terus berkonsentrasi dengan film porno yang masih diputar di laptopnya. Mbak Yuyun memberanikan diri untuk menyentuh tonjolan di balik celana Nanang. Kesan pertama yang ia dapat adalah betapa kerasnya tonjolan itu. Mbak Yuyun mengelusnya dan Nanang mulai merasa sesuatu yang nikmat mengalir ke seluruh tubuhnya.



"Coba keluarin kontol kamu" perintah Mbak Yuyun.



Nanang membuka celananya dan tanpa malu menunjukan kontolnya dengan bentuk yang sangat luar biasa. Mbak Yuyun begitu kagum dengan ukuran kontol Nanang yang hampir menyerupaikontol pria bule yang sedang melakukan adegan seks di film tersebut. Hanya saja kontol Nanang berwarna hitam legam dan bulu jembutnya tumbuh semrawut. Mbak Yuyun berusaha menjaga konsentrasinya agar sifat liarnya tidak keluar. Sebenarnya Mbak Yuyun adalah wanita binal dan sangat suka akan seks. Ia sering bermasturbasi demi menuntaskan nafsu batinnya itu. Mbak Yuyun menggenggam kontol Nanang yang keras dan sudah ereksi dengan sempurna. Ia tidak tahan lagi untuk segera menikmati kontol itu di dalam mulutnya. Mbak Yuyun membungkukkan badannya dan menjilati batang kontol Nanang. Nanang sama sekali tidak bereaksi meski ia merasakan nikmat yang amat luar biasa.



"Ya tuhan, betapa besarnya kontol anak muda ini. Apakah aku harus menjadi seorang lonte untuk bisa menikmati kontol besar ini" kata Mbak Yuyun dari dalam hati.



Mbak Yuyun semakin berani dengan menjilati batang kontol itu sampai basah. Ia menjilatinya seperti menjilati permen lolipop. Kemudian Mbak Yuyun memasukan kontol Nanang ke dalam mulutnya. Ia merasakan mulutnya terasa penuh karena ukuran kontol Nanang yang besar. Kali ini Nanang mulai bereaksi dengan melenguh pelan. Ia menggoyangkan pantatnya sendiri dengan perlahan. Lalu Mbak Yuyun memberikan ucapan selamat datang kepada kontol Nanang dengan melakukan deep throat yang hebat. Mata Mbak Yuyun terbuka lebar karena ia berusaha untuk menelan kontol Nanang sedalam mungkin ke tenggorokannya. Nanang merasakan kehangatan di kontolnya yang belum pernah ia rasakan. Fokus Nanang masih terhadap film yang ia tonton. Di film tersebut permainan seksnya semakin panas dan membuat Nanang ikut semakin panas.



"Enak sekali, Mbak" lirih Nanang.



"Kontol kamu besar sekali. Mbak yakin istri kamu nanti bakalan puas dilayani sama kamu" puji Mbak Yuyun.



Kali ini Mbak Yuyun tidak malu - malu lagi untuk menikmati kontol Nanang. Ia merubah dirinya menjadi wanita binal yang haus akan seks. Ia tidak sabar untuk memasukan kontol Nanang ke dalam memeknya. Selama ini hanya sebatang timun atau terong yang mengisi memeknya ketika ia bermasturbasi. Mbak Yuyun masih menjilati dan menghisap kontol Nanang dengan sesuka hati. Mbak Yuyun merasa kagum dengan kontol Nanang. Biasanya seseorang yang baru pertama kali petting atau ngeseks, akan cepat mendapatkan orgasme. Sedangkan Nanang masih bertahan hingga 20 menit lamanya Mbak Yuyun menikmati kontol Nanang.



"Bukain bajuku" perintah Mbak Yuyun.



"Aku malu, Mbak" jawab Nanang.



"Ayo lakukan. Biar kita tuntaskan pelajaran hari ini" kata Mbak Yuyun.



Lalu Nanang membuka kaos putih oblong yang dikenakan Mbak Yuyun. Kemudian ia membuka celana pendek Mbak Yuyun. Kini Mbak Yuyun hanya tinggal menyisakan BH dan celana dalamnya yang serba putih itu. Tubuh Mbak Yuyun yang kurus kerempeng bisa dibilang kurang menarik. Bagian vital tubuhnya terlalu datar dan kurang berisi. Termasuk payudara dan pantatnya yang sangat kecil. Kemudian Mbak Yuyun membuka BH nya. Ia menuntun tangan Nanang untuk meremas toketnya itu. Nanang merasa kalau toket Mbak Yuyun sangat berbeda dengan toket Ibunya. Toket Ibunya sangat besar sedangkan toket Mbak Yuyun kecil dan datar seperti dada pria. Mbak Yuyun menyuruh Nanang untuk memilin kedua pentilnya yang imut itu. Nanang melakukannya dengan penuh kelembutan dan hal itu disukai oleh Mbak Yuyun. Nanang melihat wajah Mbak Yuyun yang sepertinya sangat menikmatinya. Ia heran kenapa hanya dengan memilin pentilnya, Mbak Yuyun bisa jadi keenakan seperti itu. Saat itu Nanang sama sekali tidak merasakan nikmat apapun. Ia merasakan nikmat ketika Mbak Yuyun memainkan kontolnya dengan mulutnya tadi. Ia menduga kalau titik rangsang antara pria dan wanita itu berbeda - beda. Mbak Yuyun semakin beringas dan ia menarik kepala Nanang untuk menghisap pentilnya itu.



"Hisap, Nang. Hisap yang kuat seperti kamu netek dengan Ibumu dulu" perintah Mbak Yuyun.



Nanang hanya mengikuti perintah Mbak Yuyun. Ia menghisap pentil itu dengan kuat dan Mbak Yuyun merasakan kesakitan. Namun Mbak Yuyun tidak peduli karena hal itu justru membuatnya semakin bergairah. Nanang menghisap pentil itu silih berganti dan kali ini ia mulai menyukainya. Pentil Mbak Yuyun terasa kenyal dan keras di mulutnya. Semakin ia hisap, pentil Mbak Yuyun semakin keras. Mbak Yuyun tak ketinggalan dengan mengocok kontol Nanang dengan cepat.



"Kamu suka kontol kamu aku kocok seperti ini, kan ???" tanya Mbak Yuyun dengan nakalnya.



"Su...Suka, Mbak. Aku mau dijilat lagi seperti tadi" pinta Nanang dengan malu - malu.



Mbak Yuyun menyanggupi permintaan Nanang. Ia kembali memainkan lidahnya untuk menjilati kontol Nanang. Kali ini Nanang mulai mendesah seperti yang dilakukan oleh Pak Eman. Tiba - tiba saja Nanang berkhayal sedang dikulum kontolnya oleh Ibunya sendiri. Ia ingin sekali dijilati kontolnya oleh Ibunya. Nanang merasakan sesuatu dari dalam kontolnya yang mendesak ingin dikeluarkan. Nanang berusaha sekuat tenaga untuk menahannya, namun jilatan dan hisapan Mbak Yuyun membuatnya sulit untuk menahannya. Tapi untunglah Mbak Yuyun segera menyudahinya. Nanang lega sekali karena benda itu tidak jadi keluar dari kontolnya.



"Waktunya untuk pelajaran utama. Kamu diam saja, biar Mbak yang melayani kamu. Kalau ada sesuatu yang mau keluar dari kontol kamu langsung dibilang ya" ujar Mbak Yuyun.



Nanang hanya mengangguk pelan tanda mengerti. Nanang duduk bersender di sofa. Mbak Yuyun membuka celana dalamnya dan tampaklah memek Mbak Yuyun yang bersih dan mulus. Mbak Yuyun sangat pintar merawat bentuk dan kebersihan memeknya. Meski sering bermasturbasi, bibir memek Mbak Yuyun tampak rapat dan menggairahkan. Lalu Mbak Yuyun naik ke atas pangkuan Nanang. Ia menggesek kontol Nanang di bibir memeknya agar memeknya basah. Ia sebenarnya ingin dijilat memeknya oleh Nanang, tapi karena waktu sudah semakin siang, ia takut kedua orangtuanya kembali dari kota. Lalu dengan perlahan Mbak Yuyun menurunkan pantatnya. perlahan tapi pasti kontol Nanang ikut tenggelam di dalam lubang kenikmatan itu. Nanang mulai tidak nyaman karena rasa nikmat ini lebih hebat dibanding sebelumnya. Karena sudah tidak tahan, Mbak Yuyun menurunkan pantatnya dengan kuat dan keduanya pun melenguh nikmat.



"Aaaahhhhhhhhhhhhh" lenguh keduanya.



"Kamu diam saja ya. Biar Mbak yang entot kontol kamu" suruh Mbak Yuyun.



Dengan hati - hati, Mbak Yuyun menggerakkan pantatnya secara perlahan. Gesekan antara batang kontol Nanang dan dinding memeknya mulai terasa nikmat. Mbak Yuyun memompa kontol Nanang sambil mengalungkan tangannya di leher Nanang.



"Oooohhhh...Enakkk sekaliiii...Ooohhhhh...Memekkkkk.....Oooooohhhh... Kontollll....Aaahhhh" erang Mbak Yuyun.



Sementara Nanang berusaha untuk tetap tenang. Khayalan tentang Ibunya pun kembali muncul. Ia merasakan kalau Ibunya sedang asik menggenjot kontolnya. Memek Mbak Yuyun begitu rapat sehingga gesekan kenikmatan itu sangat terasa. Kali ini Nanang mulai sedikit aktif dengan memilin pentil Mbak Yuyun. Mbak Yuyun sendiri semakin bergairah dan ia tidak segan lagi untuk mengerang terus - menerus.



"Nannnggg...rasakaannn jepitaaannnn memek kuuuuu...Aaahhhhh...Aahhhhhh...akuuu entottt kamuu Nanggggg...Aaahhhhh" desah Mbak Yuyun yang mulai tak karuan.



Nanang agak sedikit kaget dengan binalnya Mbak Yuyun. Mbak Yuyun sama seperti Ibunya yang suka mendesah dengan kata - kata aneh. Pantat Mbak Yuyun tidak hanya bergerak naik dan turun, tetapi juga bergerak memutar dan membuat Nanang semakin terasa nikmat. Tiba - tiba saja Mbak Yuyun bergerak dengan sangat cepat. Gerakan nafasnya semakin tidak teratur dan sontak tubuh Mbak Yuyun bergetar hebat. Nanang juga merasakan adanya cairan panas yang menyemprot kontolnya.



"Enakkk Nanggg...Akuuu mau entooott kamuuu lagiii niihhhh..Aahhhh...Ahhhhh..Oooohhhhh" ceracau Mbak Yuyun.



Setelah orgasme itu, Mbak Yuyun tidak berhenti dan kembali menggenjot kontol Nanang dengan lebih cepat. Kali ini Nanang yang mulai tidak karuan. Ia menarik pentil Mbak Yuyun dengan keras. Kepalanya ia banting ke kiri dan ke kanan karena ia merasakan orgasmenya akan segera tiba.



"Mbaakkkk...Aku mauuu pipisss nihhhh...Aaaahhhhhh" erang Nanang.



Mendengar hal itu, Mbak Yuyun mencabut kontol Nanang dari memeknya dan kemudian berjongkok sambil mengocok kontol Nanang dengan cepat.



"Keluarkaann Nannggg...Beriiii akuu pejuhmuuuuuu...Ooohhhh...Ooohhh" erang Mbak Yuyun tak mau kalah.



Dan akhirnya Nanang pun melepas semua rasa nikmatnya yang sudah lama terpendam. Lahar Nanang berhamburan dengan begitu banyak hingga 10 kali semprotan non stop. Mbak Yuyun kaget, namun tidak berusaha untuk menghindar. Ia membiarkan sperma Nanang menutupi wajah ayu nya itu. Seketika Nanang pun lemah tak berdaya. Ia melihat wajah Mbak Yuyun yang belepotan spermanya. Wajah Mbak Yuyun seperti habis diguyur satu ember susu.



"Maafkan aku, Mbak" kata Nanang yang merasa bersalah karena mengeluarkan cairannya di wajah Mbak Yuyun.



"Kenapa harus minta maaf ??? Ini adalah bagian yang Mbak suka" kata Mbak Yuyun.



Masih dengan wajah yang belepotan, Mbak Yuyun kembali menghisap kontol Nanang. Ia tidak ingin sedikitpun kehilangan sisa sperma Nanang. Nanang sendiri merasa puas dan ia tidak menyangka seks akan senikmat ini. Pantas saja Pak Eman dan Ibunya sangat suka bercinta. Lama - kelamaan kontol Nanang mengecil karena sudah tidak berdaya lagi. Mbak Yuyun menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Kemudian ia kembali lagi dengan membawa handuk basah untuk membersihkan kontol Nanang.



"Bagaimana ??? Apa kamu puas ???" tanya Mbak Yuyun.



"Puas banget Mbak. Kalau begini caranya, aku bisa ketagihan" jawab Nanang.



"Hehehehe kalau kamu mau lagi, kamu bisa datang ke rumah Mbak. Kita akan terus melakukan seks sebanyak yang kamu mau" kata Mbak Yuyun yang tidak malu lagi untuk bercinta dengan Nanang.



"Iya, Mbak. Aku pasti akan datang lagi. Aku harus segera kembali. Kasihan Ibu sendirian berladang" kata Nanang.



Kemudian Nanang memakai kembali pakaiannya. Sebelum pergi, Mbak Yuyun memberikan sebuah ciuman hangat di bibir Nanang. Mbak Yuyun juga berpesan agar Nanang menjaga rahasia ini dari siapapun. Nanang mengangguk tanda mengerti dan ia pun kembali mengayuh sepedanya menuju desanya.



Nanang merasa senang sekali karena semua rasa penasarannya telah terjawab. Ia tidak menyangka kalau seks benar - benar nikmat. Ia bertekad untuk terus memata - matai Ibunya dan juga Pak Eman. Melihat mereka bercinta justru lebih nikmat. Ia juga ingin sekali merasakan kehangatan tubuh Ibunya. Ia beruntung bisa memiliki seorang sahabat seperti Mbak Yuyun yang telah mengajarinya tentang seks. Dalam perjalanan menuju desa, Nanang melintas di depan banyak gadis - gadis desa. Hal pertama yang dilihatnya justru tubuh mereka dan baru Nanang sadari kalau tubuh satu gadis dengan gadis lainnya berbeda - beda. Tak hanya para gadis, tubuh para Ibu pun tak luput dari pengamatannya. Ia baru sadar kalau melihat tubuh wanita justru sangat menyenangkan. Ia kembali menyesali hidupnya yang tidak berpendidikan. Seandainya ia berpendidikan, dari dulu ia sudah menikmati hal yang dianggap sebagai surga dunia itu. Sesaat kemudian Nanang tiba di desanya dan langsung menuju sawahnya. Ia melihat sang Ibu yang sendirian bekerja di sawah.



"Kenapa lama sekali ???" tanya Bu Nining.



"Tadi aku kelamaan ngobrol sampai lupa waktu" jawab Nanang.



"Nanti sore kamu ikut Ibu ke rumah Nyonya Arini ya" ajak Bu Nining.



"Ngapain ??? Aku tidak mau ke rumahnya" jawab Nanang ketus.



"Dia mau menawarkanmu pekerjaan. Bayarannya sangat besar dan Ibu mau kamu bekerja untuknya" jelas Bu Nining.



"Aku tidak mau. Ayah meninggal karena dia telah mempermainkanku. Pokoknya aku tidak mau" tegas Nanang.



"Ibu juga tidak peduli. Ibu ingin kamu bekerja untuknya dan kamu jangan membantah. Ingat pesan terakhir Ayahmu" kata Bu Nining yang kukuh pada pendiriannya.



Ibunya memang benar. Ayahnya berpesan agar Nanang mengikuti seluruh perintah Ibunya dan selalu membuat Ibunya senang. Akhirnya Nanang memilih mengalah meski hatinya sangat terpaksa untuk melakukan itu. Ia sangat yakin kalau ia akan dipermainkan seperti dulu. Dan ia juga yakin kalau Ibunya telah termakan hasutan Nyonya Arini. Semua orang juga tahu kalau Nyonya Arini sangat suka mempermainkan warga desa yang miskin.



Pada sore harinya, Nanang dan Ibunya pergi ke rumah Nyonya Arini. Mereka sudah berpakaian rapi dan bersih sebagai syarat apabila ingin bertemu dengan Nyonya Arini. Ternyata kedatangan mereka sudah ditunggu oleh Nyonya Arini. Ia sedang asik duduk santai di teras rumahnya sambil menyalakan sebatang rokok. Wanita setengah baya tersebut adalah seorang janda dan semua kekayaannya itu berasal dari suaminya. Penampilannya selalu berlebihan bahkan hanya untuk di rumah. Ia suka mengenakan dan memamerkan segala perhiasan yang mahal. Nyonya Arini juga tidak takut dicelakakan oleh orang lain karena selalu ada pengawalnya yang setia untuk mendampinginya. Banyak warga desa yang berusaha untuk mencelakakannya, namun semua usaha itu berhasil digagalkan. Nanang sendiri pernah mencoba untuk balas dendam dengan melempar sebuah batu berukuran sedang ke arah Nyonya Arini, namun dengan sigap para pengawal Nyonya Arini selalu menggagalkannya.



"Selamat sore Nyonya Arini" sapa keduanya sambil membungkukkan tubuhnya.



"Sore. Silahkan masuk" ajak Nyonya Arini ke dalam rumahnya.



Nanang dan Ibunya sedikit kaget karena mereka diajak untuk masuk ke dalam rumahnya. Biasanya Nyonya Arini hanya memperbolehkan tamunya untuk berada di halaman depan rumahnya saja. Nyonya Arini mempersilahkan mereka untuk duduk di sofanya yang mahal. Namun Ibu Nining menolak dan memilih untuk duduk di lantai.



"Apa kamu tahu tujuanmu datang ke sini ???" tanya Nyonya Arini kepada Nanang.



"Sudah Nyonya" jawab Nanang tanpa melihat ke arah wajah Nyonya Arini.



"Baguslah kalau begitu. Aku ingin kamu bekerja untukku dan aku akan membayarmu mahal" kata Nyonya Arini. Telinga Ibu Nining begitu tajam ketika ia mendengar kalau Nanang akan mendapat bayaran yang mahal.



"Apa pekerjaan yang Nyonya tawarkan ??? Mencari kayu bakar seperti dulu ???" tanya Nanang dengan nada menantang. Hal itu membuat Nyonya Arini menjadi tidak senang, tapi ia berusaha untuk tetap tenang karena ia ingin Nanang bekerja untuknya.



"Bersikaplah yang sopan di depan Nyonya Arini" bisik Ibu Nining yang merasa marah karena kelakuan anaknya itu.



"Aku ingin kamu menjadi pengawalku. Lebih spesifik, aku ingin kamu menjadi tangan kananku" kata Nyonya Arini dengan tenangnya. Ia berusaha untuk tidak terpancing emosi.



"Apa syaratnya ???" tanya Nanang lagi dan kali ini ia lebih berani menatap wajah Nyonya Arini.



"Syaratnya sangat gampang. Aku tahu kamu jago bela diri dan kamu harus siap melayaniku kapanpun dan dimanapun. Itu saja" kata Nyonya Arini sambil menghisap rokoknya dalam - dalam.



Nanang pun langsung menerima tawaran Nyonya Arini. Ia tidak takut dengan semua permainan Nyonya Arini asalkan Nyonya Arini berkata jujur soal bayaran mahal yang akan ia terima. Lalu Nyonya Arini menyuruh asistennya untuk memberikan uang 5 juta kepada Ibu Nining sebagai uang terima kasih karena telah membujuk Nanang untuk bekerja dengannya. Sebenarnya Nyonya Arini bersungguh - sungguh untuk memperkerjakan Nanang. Ia kagum dengan kemampuan bela diri Nanang yang pernah ia tunjukkan di perlombaan bela diri antar desa beberapa bulan yang lalu. Ia merasa kemampuan Nanang akan sangat berguna untuknya dan keselamatannya. Kemudian Nyonya Arini memanggil dua pengawalnya yang bertubuh besar dan kekar. Keduanya adalah pengawal terhebat yang dimiliki oleh Nyonya Arini.



"Aku ingin melihat kemampuanmu bertarung dan aku mau kamu melawan mereka berdua. Bila kamu berhasil, aku akan menambahkan uang sebagai imbalannya" tantang Nyonya Arini.



"Maaf, aku tidak mau. Bela diri bukan untuk dipamerkan, melainkan untuk menjaga diri" tolak Nanang dan Bu Nining pun langsung menjewer telinga Nanang.



"Dasar bodoh, kamu harus menerima tawaran itu. Ingat, uang itu bisa untuk memperbaiki rumah kita" kata Bu Nining.



Dan sekali lagi Nanang pun harus mengalah demi permintaan sang Ibu. Nanang menerima tawaran tersebut dan Nyonya Arini mengajak mereka menuju halaman belakang rumahnya. Di halaman belakang rumahnya akan menjadi arena pertarungan antara Nanang dan kedua pengawal terhebatnya. Nanang sama sekali tidak takut dengan mereka berdua. Dia ingat akan pesan Ayahnya yang mengatakan kalau bentuk tubuh bukan menjadi alasan untuk ditakuti. Kedua pengawal itu langsung memasang kuda - kuda untuk menyerang, sementara Nanang hanya berdiri tegak karena ia tidak ingin langsung menyerang keduanya. Lalu pengawal Nyonya Arini yang berambut cepak langsung melayangkan sebuah pukulan keras dan mengarah ke perut Nanang. Dengan cekatan Nanang berhasil menghindarinya. Nanang berhasil membaca gerakan pukulan itu dengan sangat cepat. Yang ia butuhkan hanyalah ketenangan karena ia tahu itulah cara untuk mengalahkan kedua pria berbadan besar itu. Lalu si pengawal berkepala botak ikut melayangkan pukulan keras dan kali ini mengarah tepat menuju wajah Nanang. Nanang hanya tersenyum melihat pukulan itu hanya tinggal beberapa centi saja di depan wajahnya. Namun Nanang berhasil menahan pukulan itu dengan tangan kirinya. Lalu dengan sekuat tenaga, Nanang membalas pukulan itu dengan memukul bagian perut si pengawal berkepala botak itu. Hanya dengan sekali pukul, Nanang berhasil membuat si pengawal itu tersungkur kesakitan. Ternyata tubuh besar si pengawal tak berarti apa - apa baginya. Melihat temannya tersungkur, si pengawal berkepala cepak pun menyerang Nanang dengan membabi buta. Ia melayangkan pukulan dan tendangan, namun Nanang berhasil menghindar. Dan dengan pukulan yang sama di bagian perut, Nanang berhasil menjatuhkan si pengawal itu. Ia menjerit kesakitan dibagian perut. Nyonya Arini yang menyaksikan hal itu begitu kagum dengan aksi Nanang. Ia pun memberikan tepuk tangan yang luar biasa untuk Nanang karena berhasil mengalahkan dua pengawal terhebatnya. Ibu Nining juga bangga dengan aksi anaknya itu.



"Luar Biasa ! Selama ini aku telah salah melihatmu. Ternyata dirimu cukup berbakat dan akan berguna untuk ku" puji Nyonya Arini dengan bangganya.



Nanang memilih bersikap rendah hati ketimbang besar kepala. Bagaimanapun juga ia harus tetap waspada karena bisa saja Nyonya Arini sedang mempermainkannya. Sesuai dengan janjinya, Nyonya Arini memberikan uang tambahan kepada Bu Nining. Bu Nining terlihat gembira sekali karena ia bisa mendapatkan uang yang sangat banyak. Ia lantas menghampiri Nanang dan memeluknya. Ia bangga sekali dengan keahlian Nanang yang bisa membuat kehidupan mereka lebih baik lagi.



"Kamu bisa bekerja mulai besok. Aku tunggu jam 8 pagi dan jangan sampai terlambat" kata Nyonya Arini.



Lalu Nanang dan Bu Nining kembali ke rumah mereka. Sepanjang perjalanan Bu Nining tidak bisa berhenti memperhatikan banyaknya uang yang saat ini sedang digenggamnya. Ia mulai berkhayal banyak hal dengan uang itu. Ia ingin sekali memperbaiki rumahnya dan membeli sebidang sawah serta membeli beberapa alat elektronik yang selama ini belum ia miliki. Nanang juga sedikit lega karena kali ini Nyonya Arini tidak mempermainkannya dan juga Ibunya. Kemudian Pak Eman melintas dengan sepeda motornya. Ia menghentikan motornya dan menyapa mereka berdua.



"Hei, Ning, kamu tidak lupa dengan acara nanti malam, kan ???" kata Pak Eman sambil mengerlingkan matanya kepada Bu Nining. Pak Eman memberikan sebuah kode rahasia kepada Bu Nining.



"Oh, iya, aku lupa dengan undangan itu. Kalau gitu kita pergi sekarang saja, mumpung belum terlalu malam" ucap Bu Nining dengan ikut mengerlingkan matanya kepada Pak Eman. Sebenarnya Pak Eman ingin mengajak Bu Nining ke rumahnya. Apalagi kalau bukan untuk menuntaskan nafsu syahwat mereka yang tidak akan pernah ada habisnya.



"Emang Ibu mau kemana ???" tanya Nanang pura - pura tidak tahu. Ia sudah tahu kalau keduanya ingin melakukan sesuatu dari gelagat aneh yang mereka tunjukkan.



"Kemarin si Yuyun ngundang syukuran di rumahnya. Hampir saja Ibu lupa" jawab Bu Nining berbohong. Nanang tersenyum di dalam hatinya. Ia tidak menyangka kalau Ibunya akan berani berbohong kepadanya.



"Kalau gitu aku boleh ikut kan ???" tanya Nanang sambil merengek.



"Jangan ikut. Kamu kan besok harus kerja di tempat Nyonya Arini. Lebih baik kamu istirahat saja" kata Bu Nining mencoba menahan keinginan Nanang.



"Baiklah kalau gitu. Hati - hati ya, Bu" kata Nanang.



Lalu Bu Nining naik ke atas sepeda motor Pak Eman. Ia merangkul mesra pinggang Pak Eman. Lalu keduanya pun langsung pergi meninggalkan Nanang seorang diri di tengah jalan. Tentu saja Nanang memilih untuk mengikuti mereka daripada pulang ke rumah. Kini ia sudah tergiur untuk terus mengintip pergumulan Ibunya dan Pak Eman. Dengan santainyaia menuju rumah Pak Eman yang tidak jauh dari tempatnya berada saat itu. Dan benar saja, sepeda motor Pak Eman terparkir di depan pintu rumahnya. Nanang melihat jendela kamar Pak Eman terbuka lebar dan terang benderang. Pasti keduanya berada di kamar Pak Eman saat ini. Ia pun berjalan perlahan menuju rumah Pak Eman. Ia melihat sandal Ibunya tergeletak di teras rumah Pak Eman. Ia mendengar suara Pak Eman dan Ibunya di kamar itu. Ia membungkukkan sedikit tubuhnya agar tidak terlihat. Lalu ia angkat sedikit kepalanya dan melihat ke dalam kamar itu. Ia melihat Pak Eman dan Ibunya sedang berbaring mesra di atas kasur Pak Eman. Ia sedikit kaget ketika melihat Ibunya sedang mengisap sebatang rokok bersama Pak Eman. Ia tidak habis pikir dengan Ibunya yang selama ini ia kenal berkelakuan baik, ternyata sudah berubah menjadi wanita yang nakal.



"Gimana ??? Si Nanang diterima kerja, kan ???" tanya Pak Eman sambil mengisap rokoknya.



"Tentu saja diterima. Bahkan Nyonya Arini sangat terkesan dengan Nanang. Aku saja sampai dikasih duit sebanyak ini" kata Bu Nining sambil menunjukkan uang yang ia dapat dari Nyonya Arini.



"Wah, banyak sekali uangmu. Kamu bisa membeli apapun dengan uang sebanyak itu" kata Pak Eman yang ikut senang dengan kebahagiaan Bu Nining.



"Pastinya. Ini aku beri sedikit uang yang aku dapat untuk Mas Eman. Hitung - hitung sebagai ucapan terima kasih karena Mas Eman telah membantuku" kata Bu Nining sambil memberikan uang sejumlah lima ratus ribu kepada Pak Eman.



"Tidak usah. Saat ini aku tidak butuh uang" tolak Pak Eman dengan sopan.



"Lalu ??? Apa yang Mas Eman butuhkan saat ini ???" tanya Bu Nining sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Pak Eman.



Lalu Pak Eman mematikan rokoknya dan rokok Bu Nining. Ia mencium bibir Bu Nining dengan penuh nafsu. Keduanya telah memulai malam yang penuh kehangatan. Kali ini Bu Nining yang lebih agresif ketimbang Pak Eman. Dengan tergesa - gesa ia mengeluarkan kontol Pak Eman dari dalam celananya. Pak Eman sangat senang dengan keagresifan Bu Nining. Ia ingin Bu Nining tampil lebih binal lagi. Bu Nining mengocok kontol Pak Emang dengan penuh nafsu. Pak Eman pun tak mau kalah dengan membuka kemeja Bu Nining. Lalu ia mengeluarkan kedua toket Bu Nining dan langsung melahapnya. Kedua manusia paruh baya itu kini sudah tenggelam ke dalam nafsu mereka. Desahan dan erangan mulai terdengar dari mulut mereka. Pak Eman begitu bernafsu menghisap kedua pentil Bu Nining yang besar itu. Nanang melihat pergumulan itu dengan mata yang tak berkedip. Ia ingin sekali bergabung dengan keduanya. Ia mengeluarkan kontolnya dan mulai mengelusnya sambil terus melihat pemandangan nikmat yang tersaji di depan matanya. Bu Nining dan Pak Eman saling berguling satu sama lain. Terkadang Pak Eman yang berada di atas dan terkadang Bu Nining yang berada di atas. Kemudian Pak Eman menarik kepala Bu Nining untuk melahap kontolnya dengan mulutnya. Dengan senang hati Bu Nining melahap kontol besar Pak Eman. Ukurannya memang tidak sebanding dengan punya Nanang yang lebih besar. Tapi dengan ukuran segitu, Bu Nining sudah cukup puas. Kepala Bu Nining maju mundur sambil menghisap kontol Pak Eman. Ia peras kontol Pak Eman agar tak kehilangan setetes pun cairan pelumas milik Pak Eman. Wajah Pak Eman terkadang meringis kesakitan karena hisapan yang kuat dari mulut Bu Nining. Sesekali Pak Eman berusaha untuk memasukkan seluruh kontolnya ke dalam mulut Bu Nining hingga Bu Nining terbatuk - batuk dan hampir muntah.



"Jilat memekku Mas" pinta Bu Nining sambil mengangkat roknya. Terlihat Bu Nining mengenakan celana dalam G-String yang diberikan Pak Eman waktu itu.



"Waw...Ini yang aku suka. Celana dalam itu membuatmu semakin seksi sayang" puji Pak Eman dengan mata berbinar melihat pemandangan indah di depannya.



Lalu Pak Eman membuka celana dalam Bu Nining. Ia menggesek memek Bu Nining dengan celana dalam itu. Cairan bening milik Bu Nining menempel di celana dalam itu. Lalu Pak Eman memasukkan celana dalam itu ke dalam mulut Bu Nining. Bu Nining menghisapnya dan menjilatinya dengan penuh nafsu. Ia tidak segan untuk menjilati cairannya sendiri. Kemudian Pak Eman mengambil posisi di antara kaki Bu Nining. Ia menghirup aroma memek Bu Nining yang begitu wangi untuk ukuran orang desa. Kemudian ia menjulurkan lidahnya dan menjilati bagian klitoris Bu Nining yang menonjol. Tubuh Bu Nining bergetar seketika. Kemudian dengan penuh kenikmatan, Pak Eman menjilati seluruh memek Bu Nining. Cairan beningnya semakin banyak keluar membanjiri lidahnya. Ia memasukkan dua jarinya ke dalam lubang memek Bu Nining. Lalu ia menggerakkannya keluar masuk hingga terdengar suara cipratan air. Bu Nining begitu menikmati sapuan lidah Pak Eman di memeknya.



"Ooohhhh...Makan Memek ku Masss...Aaahhhhh jilat itilkuuu lagiiii...Aaahhhhh" erang Bu Nining.



Pak Eman semakin bersemangat dan dengan sekuat tenaga ia menjilati klitoris Bu Nining sambil menusuku memek Bu Nining dengan cepat. Tiba - tiba Bu Nining merasakan geli yang amat sangat di klitorisnya. Saking gelinya, ia merasakan air kencingnya sudah hampir keluar dari memeknya.



"Berhenti dulu Mas. Aku mau pipis dulu" kata Bu Nining. Pak Eman tidak mempedulikannya dan terus menjilati memek Bu Nining. Bu Nining berusaha sekuat tenaga untuk menahan kencingnya.



"Udahan dulu. Aku sudah tidak tahan nih" kata Bu Nining yang berusaha mendorong kepala Pak Eman menjauh dari memeknya.



"Keluarkan saja, Ning. Aku akan menikmati kencingmu itu" kata Pak Eman dan ia pun semakin buas menjilati memek Bu Nining.



Akhirnya Bu Nining tidak sanggup lagi menahan kencingnya. Ia biarkan air kencingnya mengucur deras dari lubang kencingnya. Pak Eman terlihat senang sekali diguyur wajahnya oleh Air kencing Bu Nining yang berwarna sedikit kekuningan itu. Tanpa rasa jijik sedikitpun, ia biarkan sedikit air kencing Bu Nining masuk ke dalam mulutnya dan menelannya. Rasanya yang pahit tidak menyurutkan niat Pak Eman untuk menelan air kencing itu. Setelah air kencingnya selesai mengucur, Pak Eman kembali menjilati memek Bu Nining. Pak Eman sudah diselimuti oleh nafsu setan yang membuatnya tidak peduli akan rasa jijik dan kotor.



"Udah dulu jilatnya. Sini aku bersihkan dulu wajahnya" kata Bu Nining.



Bu Nining membersihkan wajah Pak Eman dengan celana dalamnya sendiri hingga kering. Setelah itu giliran Pak Eman yang merasa ingin kencing. Lalu Pak Eman meminta Bu Nining untuk mencicipi sedikit air kencingnya. Bu Nining menolaknya karena itu sangat menjijikkan. Ia bersedia untuk meminum sperma Pak Eman dibanding mencicipi air kencing Pak Eman. Namun Pak Eman tidak menyerah dan terus memaksa Bu Nining. Akhirnya Bu Nining pun mengalah dan bersedia dikencingi oleh Pak Eman. Nanang yang mendengar hal itu menjadi tidak sabar untuk melihat Ibunya dikencingi oleh Pak Eman. Melihat Ibunya kencing tadi membuat Nanang semakin panas dan ia bersedia untuk dikencingi oleh Ibunya. Bu Nining duduk atas lantai sambil membuka mulutnya lebar - lebar. Pak Eman mengarahkan kontolnya tepat di mulut Bu Nining. Lalu air kencing Pak Eman keluar tanpa hambatan. Air kencingnya tertampung di mulut Bu Nining dan sebagian lagi ia arahkan ke tubuh Bu Nining.



"Ayo telan" perintah Pak Eman.



Bu Nining menelannya secara perlahan dan ia pun memuntahkannya lagi. Rasa pahit itu membuat Bu Nining kesulitan untuk menelannya. Pak Eman hanya tertawa melihat Bu Nining yang terbatuk - batuk.



"Aku tidak mau lagi meminum air kencing" kata Bu Nining.



"Hahaha baiklah. Ayo kita ngentot. Kontolku sudah tidak tahan dijepit oleh memek mu" ajak Pak Eman.



Bu Nining meminta posisi WOT kali ini. Pak Eman memilih untuk berbaring di lantai karena kasurnya sudah terlampau basah oleh air kencing Bu Nining. Bu Eman menjilati kontol Pak Eman sebelum memasukkannya ke dalam lubang kenikmatannya. Bu Nining memasukkannya secara perlahan hingga amblas seluruhnya. Lalu Bu Nining bergerak naik turun dengan tempo sedang. Toketnya ikut bergerak naik turun dan diremas mesra oleh Pak Eman.



"Kenapa memekmu terasa begitu nikmat ???" tanya Pak Eman sambil merasakan genjotan Bu Nining.



"Mungkin karena memekku dientot terus sama Mas Eman makanya terasa nikmat" jawab Bu Nining nakal.



Sementara itu Nanang masih sibuk mengintip dari luar jendela. Ia berkhayal sedang menggantikan posisi Pak Eman. Ia begitu iri dengan Pak Eman yang hampir setiap hari merasakan tubuh Ibunya. Lalu secara tidak sengaja Bu Nining melihat wajah Eman dari luar jendela. Saat itu kepala Eman terlalu ke atas sehingga bisa terlihat jelas dari jendela. Bu Nining sontak kaget dan segera menutupi tubuhnya dengan selimut.



"Ada apa, Ning ???" tanya Pak Eman yang ikut kaget.



"Aku melihat wajah Nanang dari jendela itu" jawab Bu Nining ketakutan.



"Tidak mungkin. Dia kan sedang beristirahat di rumah" kata Pak Eman.



"Aku yakin itu pasti Nanang. Coba Mas Eman periksa di luar" suruh Bu Nining yang sangat khawatir sekali.



Lalu Pak Eman memeriksa ke luar jendela. Ia tidak melihat apapun kecuali langit malam yang sangat gelap. Sementara Nanang sendiri berhasil bersembunyi dibalik kandang ayam yang letaknya berada tepat di depan jendela kamar Pak Eman. Karena gelap, Pak Eman jadi tidak melihat apapun di luar sana.



"Tidak ada apa - apa, Ning. Mungkin itu hanya halusinasi kamu saja" kata Pak Eman.



"Mudah - mudahan saja, Mas. Aku benar - benar kaget sekali" kata Bu Nining.



"Sudahlah. Ayo kita ngentot lagi. Kontolku masih belum puas nih" kata Pak Eman sambil menunjukan kontolnya yang tegang di depan mata Bu Nining.



Lalu kedua orang itu melanjutkan kembali pergumulan itu. Nanang yang masih sedikit syok memilih untuk pulang ke rumah. Ia juga kaget dan hampir saja ketahuan oleh Ibunya. Padahal bila ketahuan, seharusnya yang malu itu adalah Ibunya, bukan Nanang.



-------------------------------------------------------------



Pada keesokan harinya, Nanang telah siap memulai hari bekerja di rumah Nyonya Arini. Belum jelas apa sebenarnya tugas yang diberikan oleh Nyonya Arini kepadanya. Yang penting ia hanya perlu bekerja sungguh - sungguh demi menyenangkan hati Nyonya Arini. Ia berpakaian rapi alakadarnya karena ia tidak memiliki pakaian yang bagus. Lalu ia langsung menuju rumah Nyonya Arini sebelum jam 8 pagi. Nyonya Arini sudah menunggu kehadirannya di depan rumahnya.



"Selamat pagi Nyonya Arini" sapa Nanang sambil membungkukkan tubuhnya.



"Pagi. Aku suka kamu datang tepat waktu. Silahkan masuk dulu. Ada beberapa hal yang harus aku sampaikan padamu" kata Nyonya Arini.



Nyonya Arini mempersilahkan Nanang untuk masuk ke dalam rumahnya. Nyonya Arini ingin menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan tugas Nanang dan fasilitas yang akan diberikan untuknya. Yang pertama, Nanang harus selalu siap siaga 24 jam untuk melayani Nyonya Arini dan tidak boleh menolak dengan alasan apapun. Nyonya Arini memberikan Nanang sebuah handphone dan ia tak lupa mengajarkan Nanang cara untuk mengoperasikannya. Yang kedua, Nanang harus menjalankan dan mengikuti semua perintah Nyonya Arini dan tidak boleh membantah. Yang ketiga, Nanang harus selalu berpakaian rapi bila sedang bekerja. Nyonya Arini memberikannya beberapa pakaian baru karena ia tidak suka melihat


penampilan Nanang sekarang ini. Meski sudah rapi, tetap saja kesan jorok dan kumuhnya masih terlihat. Yang keempat, Nanang akan diberikan sebuah kamar tidur sebagai tempat untuk beristirahat. Nyonya Arini menganjurkan Nanang untuk menetap di rumahnya dan sesekali saja pulang ke rumah. Untuk yang satu ini, Nanang memilih untuk menolak karena ia merasa kasihan dengan Ibunya yang tinggal seorang diri. Nyonya Arini juga memberikan Nanang sebuah sepeda motor sebagai kendaraan agar Nanang bisa tiba di rumah Nyonya Arini tepat waktu. Kemudian sebagai bagian terakhirnya, Nanang disuruh untuk menandatangani sebuah surat yang berisi semua kesepakatan yang telah diutarakan oleh Nyonya Arini tadi. Bila Nanang melanggarnya, maka Nanang harus mengganti semua fasilitas dan pemberian dari Nyonya Arini. Di kertas tersebut juga tertulis jumlah gaji yang diterima Nanang setiap bulannya. Nanang begitu kaget dengan jumlah uang yang ia terima setiap bulannya. Jumlah itu terlalu banyak baginya. Ia berharap kali ini Nyonya Arini benar - benar jujur dengan apa yang tertulis di kertas tersebut.



"Selamat bekerja" kata Nyonya Arini sambil bersalaman dengan Nanang.



Tugas pertama yang harus dilakukan Nanang adalah belajar mengemudikan mobil. Nyonya Arini ingin Nanang merangkap profesi sebagai pengawal dan supir pribadinya. Ia juga berencana untuk menjadikan Nanang sebagai satu - satunya pengawalnya. Nyonya Arini sendiri sedikit risih dengan banyaknya pengawal yang berada disekitarnya. Nyonya Arini pun memilih untuk memberhentikan beberapa orang yang selama ini menjadi pengikutnya demi menekan anggaran pengeluaran. Setelah belajar mengemudi mobil, Nanang dilatih untuk disiplin dalam bekerja. Nyonya Arini tidak suka dengan orang yang lalai dalam bekerja. Setelah semua itu selesai dilakukan, barulah Nyonya Arini mengajak Nanang untuk melakukan tugas lapangan pertamanya. Nyonya Arini mengajak Nanang pergi ke sebuah rumah yang letaknya cukup terpencil dan berada di pinggiran desa. Maksud kedatangan Nyonya Arini adalah untuk menagih hutang kepada keluarga petani miskin yang tinggal di rumah itu. Sudah tiga bulan lamanya mereka menunggak hutang tersebut. Nyonya Arini memilih untuk pergi berdua saja dengan Nanang. Setibanya di rumah itu, seluruh penghuni rumah tersebut tampak ketakutan melihat kedatangan Nyonya Arini.



"Bayar hutang kalian !" bentak Nyonya Arini.



"Beri kami sedikit waktu lagi Nyonya. Kami belum ada uang" kata si Ibu yang menjadi tulang punggung keluarga di rumah tersebut.



"Kalian pikir aku ini bisa terus bersabar. Cepat bayar atau aku suruh pengawalku ini untuk mengacak - acak rumah kalian" ancam Nyonya Arini.



Lalu si Ibu tersebut memberikan sedikit uang kepada Nyonya Arini. Uang tersebut belumlah cukup untuk bisa membayar hutang mereka. Nyonya Arini menjadi marah besar dan memerintahkan Nanang untuk mengacak - acak rumah keluarga itu dan mengambil barang berharga yang bisa dibawa. Nanang hanya berdiri kaku karena ia tidak ingin melakukannya. Kini ia menyesal telah bekerja di rumah Nyonya Arini. Ia pikir tugasnya hanya sekedar melindungi Nyonya Arini. Ternyata ia harus menjadi seorang eksekutor bagi orang - orang yang tidak membayar hutang kepada Nyonya Arini.



"Kenapa kamu diam saja ??? Cepat masuk ke dalam dan cari barang berharga mereka" bentak Nyonya Arini yang sudah tidak mampu lagi menahan emosinya.



Mau tak mau Nanang pun menjalankan perintah Nyonya Arini. Ia menarik nafas dalam - dalam sebelum masuk ke dalam rumah tersebut. Ia berusaha untuk merubah dirinya menjadi orang jahat. Lalu dengan langkah berani, Nanang mengobrak - abrik seluruh isi rumah. Ia mencari barang berharga yang bisa dijadikan tebusan untuk membayar hutang. Si Ibu berusaha menahan Nanang untuk tidak melakukan hal itu. Nanang pun berkali - kali meminta maaf kepada si Ibu karena semua ini bukanlah kehendaknya. Dari penggeledahan itu, Nanang berhasil menemukan sebuah kalung emas dan beberapa barang elektronik tua yang bisa dijadikan sebagai alat untuk membayar hutang. Namun Nyonya Arini menganggap semua itu belum cukup.



"Bagaimana kalau kita ambil saja rumah mereka ???" tanya Nyonya Arini kepada Nanang.



Si Ibu pun bersujud di depan Nyonya Arini. Ia menangis sambil memohon agar rumahnya tidak diambil. Ia bersedia melakukan apa saja agar ia tidak kehilangan rumahnya. Nanang merasa kasihan dengan si Ibu tersebut. Ia tidak bisa berbuat apa - apa karena saat ini ia bagaikan menelan buah simalakama. Nyonya Arini pun memikirkan sebuah cara untuk bisa menyenangkan hatinya.



"Baiklah kalau begitu. Aku punya cara lain agar hutangmu bisa segera lunas" kata Nyonya Arini.



"Apa itu, Nyonya ??? Aku bersedia melakukan apapun" kata si Ibu dengan penuh pengharapan.



"Aku mau kamu ngentot dengan pengawalku itu" kata Nyonya Arini yang membuat si Ibu dan Nanang terkejut.



"Apa tidak ada cara lain Nyonya ???" tanya si Ibu tersebut.



"Aku tidak terima tawar - menawar. Kamu lakukan atau aku ambil rumahmu" kata Nyonya Arini.



Nanang sendiri merasa sedih dengan pekerjaan yang ia lakukan saat ini. Ia merasa kesal dengan kelakuan Nyonya Arini yang seenaknya saja memberikan cara - cara aneh demi melunaskan hutang si Ibu. Kemudian si Ibu pun setuju untuk bercinta dengan Nanang. Nanang sendiri mencoba untuk memohon kepada Nyonya Arini dan ia pun mengancam Nanang karena Nanang terlalu banyak bicara. Ia mengingatkan Nanang soal kontrak yang telah disepakati. Nanang berusaha tegar menjalani semua cobaan yang sedang ia hadapi. Nyonya Arini meminta keduanya untuk bercinta di luar rumah dan di depan matanya. Si Ibu pun dengan terpaksa melepas kain yang dipakainya. Kemudian sedikit menungging sambil kedua tangannya menopang pada batang pohon. Tiba - tiba saja gairah Nanang muncul setelah melihat pantat si Ibu yang bulat seperti milik Ibunya. Hanya saja bentuk memeknya sudah tidak lagi menarik. Bibir memeknya sudah menggelambir karena sudah melahirkan empat orang anak. Lalu Nanang membuka celananya hingga selutut. Kontol Nanang yang besar, hitam, dan panjang itu terbuka bebas. Si Ibu dan Nyonya Arini langsung terkejut melihat bentuk kontol Nanang yang tidak lazim itu. Si Ibu itu saja terlihat ketakutan melihat ukuran kontol Nanang.



"Besar sekali kontol itu" gumam Nyonya Arini.



Kemudian Nanang berdiri di belakang si Ibu yang sudah pasrah untuk disodok oleh Nanang. Si Ibu berpesan agar Nanang melakukannya dengan hati - hati. Lalu Nanang pun mencoba mengingat pelajaran seks yang ia lakukan dengan Mbak Yuyun. Ia meludahi kontolnya dan memek si Ibu sampai basah. Kemudian ia menggesek kontolnya di bibir memek si Ibu. Tubuh Ibu itu sontak bergetar seperti tersengat listrik. Kemudian dengan perlahan Nanang memasukkan kontolnya ke dalam lubang memek si Ibu. Wajah si Ibu tampak meringis kesakitan menahan perih. Ia merasa lubang memeknya seperti sedang dimasukkan sebuah benda yang berukuran sangat besar. Bahkan milik almarhum suaminya, kontol Nanang masih lebih besar 3 kali lipat. Kemudian kontol Nanang pun berhasil masuk semuanya. Si Ibu meminta Nanang untuk memberikannya waktu untuk beradaptasi. Nanang merasakan jepitan yang luar biasa dari memek si Ibu. Bahkan jepitannya masih lebih baik daripada jepitan memek Mbak Yuyun. Setelah dirasa cukup beradaptasi, si Ibu pun menyuruh Nanang untuk menusuk memeknya secara perlahan. Nanang hanya bisa memejamkan mata merasakan nikmatnya lubang memek si Ibu. Si Ibu hanya bisa mendesah dan meringis kesakitan. Sementara Nyonya Arini hanya terpaku melihat batang kontol Nanang. Ia merasa ngeri sekaligus penasaran dengan kontol Nanang. Kemudian Nanang menaikkan tempo genjotannya. Si Ibu tidak bisa berbohong kalau saat ini ia mulai menikmatinya. Ia sudah orgasme berkali - kali, tapi kontol Nanang membuatnya ingin terus digenjot.



"Oh gusti, kontol ini terasa nikmat. Aku ingin keluar lagi" gumam Si Ibu.



Pergumulan keduanya dilihat secara langsung oleh keempat anak si Ibu yang masih kecil - kecil. Mereka tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh si Ibu. Ibu tersebut pun meminta anaknya untuk masuk ke dalam rumah. Ia malu dilihat tengah ngentot oleh anak - anaknya.



"Masuklah, Nak. Jangan lihat Ibu seperti ini" perinta si Ibu.



Kemudian keempat anaknya itu masuk ke dalam rumah. Kini ia berkonsentrasi dengan kontol Nanang. Nanang mendiamkan dirinya dan tanpa sadar si Ibu yang kini bergerak maju mundur menggenjot kontol Nanang.



"Dasar lonte munafik. Ternyata kamu ketagihan dientot" maki Nyonya Arini kepada si Ibu.



Si Ibu tidak peduli dengan makian Nyonya Arini. Ia hanya ingin menikmati setiap gesekan dari kontol Nanang. Nanang hanya bisa mengerang pelan. Ia pun mulai merasakan orgasmenya sudah hampir tiba. Ia menahan pantat si Ibu dan dengan brutalnya menusuk kontolnya dengan sangat cepat.



"Berhentiiii ! Memekkuuu sakiiitttt !" Jerit si Ibu.



Nanang sama sekali tidak peduli karena orgasmenya sudah tiba diujung. Tak lama kemudian ia pun mengeluarkan lahar panasnya di dalam memek si Ibu. Ia mengeluarkannya dengan sangat banyak dan membuat si Ibu menjadi ketakutan. Nyonya Arini juga terlihat takjub dengan denyutan kontol Nanang yang tidak berhenti. Kemudian Nanang mencabut kontolnya. Si Ibu pun terkulai lemas dengan menyenderkan dirinya di pohon. Lelehan sperma Nanang keluar dari memeknya bagaikan susu yang tumpah dari gelas. Si ibu masih merasakan perih dan nikmat di memeknya. Nanang sendiri merasa lega setelah mengeluarkan spermanya. Rasanya lebih nikmat ketimbang mengeluarkan spermanya di luar memek.



"Ini aku kembalikan kalungmu. Lain kali jangan berhutang kalau tidak bisa membayarnya" kata Nyonya Arini dan kemudian mengajak Nanang pergi.



Si Ibu begitu senang karena kalung pemberian suaminya tidak jadi diambil Nyonya Arini. Hanya itu satu - satunya harta benda yang dimiliki oleh si Ibu. Namun yang ia pikirkan saat itu bukanlah kalung atau hutangnya itu, melainkan kontol Nanang yang telah membuatnya orgasme berkali - kali. Sementara itu Nyonya Arini masih terus kepikiran dengan kontol Nanang. Ia tidak percaya kalau Nanang memiliki ukuran kontol yang cukup hebat. Selama ini ia telah menyicipi banyak kontol pria - pria muda, namun tidak pernah menemukan kontol sehebat kontol Nanang. Ia pun bertekad untuk bisa mencicipi kontol Nanang setelah melihat ekspresi si Ibu yang begitu menikmati setiap sodokan kontol Nanang.



Satu minggu pun telah berlalu semenjak Nanang bekerja di rumah Nyonya Arini. Tanpa sadar, Nanang kini telah berubah menjadi pemuda yang sangat ditakuti. Ia seperti iblis yang sangat kejam. Warga desa satu per satu mulai membencinya dan menganggapnya sebagai bakteri penyakit yang harus dimusnahkan. Warga juga sangat menyayangkan dengan keputusan Nanang yang memilih bekerja di bawah perintah Nyonya Arini. Setiap kali Nanang melintas, warga mencemooh dan memakinya. Rumah Nanang pun kerap dijadikan sebagai serang dari warga. Tanpa diketahui Nanang, selama ini Ibunya telah tinggal di rumah Pak Eman. Ibunya juga sudah jarang mengurus sawah dan kerjanya hanya memuaskan nafsu batin Pak Eman. Nanang sendiri juga tidak pernah pulang dan malah memilih untuk tinggal di rumah Nyonya Arini. Di rumah tersebut ia bisa makan enak dan menikmati semua fasilitas yang ada di rumah tersebut. Nyonya Arini mempersilahkan Nanang untuk berbuat sepuasnya karena ia benar - benar suka dengan kinerja yang dilakukan Nanang. Selain itu ia juga berusaha untuk mencuri perhatian Nanang agar ia bisa dengan segera menikmati kontol Nanang. Nanang juga sudah begitu akrab dengan Nyonya Arini. Ia tidak segan untuk mengobrol atau sekedar becanda dengan Nyonya Arini. Malah kelihatannya Nanang yang berhasil membuat Nyonya Arini bertekuk lutut.



Pada akhir pekan, Nyonya Arini mengajak Nanang untuk pergi ke kota. Ia ingin menghabiskan uangnya dengan berbelanja di kota. Nyonya Arini berencana untuk menginap satu malam di kota. Nanang terlihat senang sekali karena sangat jarang ia bisa pergi ke kota. Selama ini ia hanya menghabiskan waktu senggangnya dengan memancing atau berkumpul bersama teman - temannya. Lalu mereka pun tiba di kota dengan menaiki mobil Nyonya Arini. Hanya dalam waktu singkat, Nanang sudah terbiasa mengendarai mobil Nyonya Arini. Nyonya Arini meminta Nanang untuk mengunjungi sebuah mall besar karena ia ingin belanja habis - habisan di mall tersebut. Nyonya Arini memintanya untuk menemaninya berbelanja.


Nanang yang kampungan sampai terkagum - kagum melihat mall modern yang sedang ia kunjungi itu. Nyonya Arini tidak begitu peduli dengan sifat kampung Nanang dan memilih untuk berbelanja. Nyonya Arini belanja banyak sekali sehingga Nanang kesulitan untuk membawa belanjaan Nyonya Arini. Lalu Nyonya Arini mampir ke sebuah toko pakaian dalam khusus wanita. Nanang ikut masuk ke dalamnya meski ia ditertawakan oleh wanita - wanita penjaga toko. Ia tanpa malu melihat koleksi pakaian dalam yang terpampang di toko itu. Matanya pun tertuju pada beberapa gambar wanita yang tengah menjadi model pakaian dalam. Ia begitu takjub dengan tubuh para model itu yang menurutnya sangat luar biasa. Ia pun berangan - angan untuk bisa melakukan seks dengan mereka meskipun itu sangatlah tidak mungkin. Kedatangan Nyonya Arini ke toko pakaian dalam itu bukanlah tanpa alasan. Setibanya di hotel tempat mereka menginap nanti, ia ingin Nanang melayani nafsunya yang sudah lama tidak tersalurkan Ia sengaja untuk membeli beberapa pakaian dalam baru agar ia terlihat seksi di depan Nanang nantinya.



"Apakah ini terlihat seksi untukku ???" tanya Nyonya Arini sambil menunjukkan sebuah celana dalam bermotif hitam putih seperti zebra.



"Ukurannya sangat kecil sekali Nyonya. Apa muat kalau Nyonya yang pakai ???" kata Nanang sambil membayangkan Nyonya Arini mengenakan celana dalam itu. Ia merasa celana dalam itu terlalu kecil untuk pinggul Nyonya Arini yang menurutnya sangatlah besar.



"Ini kan terbuat dari bahan karet. Pasti akan muat bila aku pakai" kata Nyonya Arini.



"Bagaimana kalau yang ini saja ???" kata Nanang dengan menyarankan sebuah celana dalam G - String berwarna hijau tua dengan sisi depan yang transparan.



"Seleramu bagus juga. Padahal kamu itu hanya orang kampung" kata Nyonya Arini dan Nanang hanya tertawa malu mendengarnya.



Kemudian Nyonya Arini membeli beberapa pasang pakaian dalam dan juga gaun tidur. Setelah puas berbelanja dan makan untuk mengisi perut, Nyonya Arini langsung mengajak Nanang menuju hotel. Nyonya Arini sengaja memesan satu kamar saja dengan alasan agar Nanang dengan mudah mengawasinya. Nyonya Arini tampak tersenyum senang karena ia sudah tidak sabar lagi untuk segera "bermain" dengan Nanang. Setelah tiba di kamar, Nanang diperintahkan untuk menunggu di luar kamar selagi dirinya berganti pakaian. Nanang dengan setia menunggu di depan pintu kamar selama hampir setengah jam lamanya. Lalu pintu kamar terbuka dan Nanang dipersilahkan masuk. Alangkah terkejutnya Nanang dengan pemandangan indah yang tersaji di depan matanya. Ia melihat sesosok wanita cantik nan seksi bagaikan bidadari. Ia bingung apakah benar wanita yang ada di depannya itu adalah Nyonya Arini atau bukan. Yang pasti wanita itu telah berhasil memikat hatinya dan membuat gairahnya mulai mendidih. Wanita yang dilihatnya tentu saja Nyonya Arini. Ia sudah berdandan rapi dan cantik selama setengah jam hanya untuk Nanang. Selain itu ia juga mengenakan lingerie berwarna ungu yang tadi ia beli. Lingerie itu begitu transparan sehingga pakaian dalam serba hijau yang dikenakan Nyonya Arini terlihat dengan sangat jelas. Nyonya Arini sengaja berpenampilan seperti itu demi mendapat perhatian Nanang. Dan ternyata Nanang telah masuk ke dalam perangkapnya. Nanang seakan tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Kemudian Nanang masuk ke kamar dan Nyonya Arini segera menguncinya. Ia hidupkan pendingin ruangan agar terasa sejuk. Nanang hanya diam terpaku dengan matanya yang nakal tak berhenti untuk melihat keseksian Nyonya Arini. Toket Nyonya Arini bahkan terlihat lebih besar dari milik Ibunya dan begitu juga dengan pantatnya yang ikut bergoyang ketika Nyonya Arini berjalan. Lalu Nyonya Arini mempersilahkan Nanang untuk duduk di sofa sembari dirinya menuangkan segelas anggur untuk mereka berdua.



"Silahkan diminum. Ini sangat enak sekali" kata Nyonya Arini sambil memberikan segelas anggur untuknya.



Nanang mencium aroma anggur itu. Baunya cukup sedap dan tampaknya mengasyikkan. Nanang mengikuti cara Nyonya Arini bagaimana menyantap anggur tersebut sebelum diminum. Ia memutar - mutarkan gelas tersebut seperti yang Nyonya Arini lakukan. Lalu ia meminumnya sedikit dan rasanya terasa asam baginya. Ternyata rasanya tidak terlalu sedap dibanding baunya. Ia lebih suka minum teh manis daripada minum anggur. Nyonya Arini menyuruh Nanang untuk meneguk anggur itu sampai habis. Setelah itu Nyonya Arini berbaring tengkurap di atas tempat tidur. Dengan sengaja ia mengangkat lingerienya sedikit ke atas dan memamerkan pantatnya yang bulat. Mata Nanang mencoba untuk menghindar, namun pantat Nyonya Arini bagaikan magnet yang membuat matanya sulit untuk tidak menatapnya. Pantat Nyonya Arini sangat putih dan mulus. Berbeda dengan milik Ibunya yang penuh dengan benjolan dan bekas luka.



"Pijat punggungku" perinta Nyonya Arini.



Kemudian Nanang mendekati Nyonya Arini dan duduk di sampingnya. Dengan tangan yang gemetaran, Nanang memijat punggung Nyonya Arini dengan lembut. Ia memijat mulai dari punggung bagian atas sampai pinggang dan begitu seterusnya. Dengan sekuat tenaga Nanang menahan nafsunya yang mulai mengganggu pikirannya. Tubuhnya terasa panas dan nafasnya mulai terasa berat. Nyonya Arini mulai menyadari hal itu dan masih ingin memancing nafsu Nanang sebelum memulai permainan utama.



"Pijat pantatku juga. Jangan hanya punggungku saja" perinta Nyonya Arini.



Kali ini nafsu Nanang benar - benar sudah meledak. Ia meremas pantat Nyonya Arini dan terasa hangat di tangannya. Nanang memberanikan dirinya dengan mengelusnya sampai paha. Kontolnya semakin berontak di dalam celananya. Ia pun berkhayal tengan menjepit kontolnya di belahan pantat Nyonya Arini. Nanang semakin nakal dan ia ingin melihat bentuk memek Nyonya Arini. Ia berpura - pura memijat pantat Nyonya Arini sambil membuka belahannya. Samar - samar ia melihat belahan memek Nyonya Arini yang sepertinya sangat menggairahkan. Nyonya Arini hanya tersenyum dan berharap Nanang melakukan hal yang lebih berani lagi. Nyonya Arini pura - pura tidur sambil mendengkur. Nanang merasa ia sedang di atas angin untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih. Nanang menurunkan celana dalam Nyonya Arini sedikit agar memeknya bisa sedikit terlihat. Nanang membuka belahan pantatnya dan kali ini ia bisa melihat memek Nyonya Arini dengan jelas. Ia menggesek jarinya di bibir memek Nyonya Arini. Kali ini Nyonya Arini sangat menikmatinya dan ia pun juga sudah tidak tahan lagi menahan nafsu nakalnya itu. Nanang merasakan memek Nyonya Arini semakin basah dan lengket. Secara tidak sengaja jarinya terpeleset dan masuk ke dalam lubang memek Nyonya Arini. Sontak Nyonya Arini mengerang dan terbangun.



"Aaahhhhhhh...Apa yang kamu lakukan ???" tanya Nyonya Arini berpura - pura marah.



"Ma...Maaf Nyonya. Aku tidak sengaja melakukannya" jawab Nanang ketakutan.



Ia pun beranjak dari duduknya dan berdiri di sudut ruangan sambil ketakutan. Ia takut Nyonya Arini akan memarahinya dan memecatnya. Nyonya Arini ikut bangkit dan mendekati Nanang. Ia menatap mata Nanang dengan tajam seolah - olah ia sedang marah besar. Tanpa Nanang duga, Nyonya Arini malah memeluknya dan mencium bibir Nanang dengan mesra. Nyonya Arini semakin berani dengan mengelus dan meremas tonjolan besar dibalik celana Nanang. Nanang merasakan ngilu dan nikmat disaat yang bersamaan. Nanang hanya pasif ketika dicium ganas oleh Nyonya Arini. Ia belum pernah berciuman seperti itu dan membiarkan Nyonya Arini yang melakukannya. Di saat mulut Nanang sedikit terbuka, Nyonya


Arini langsung memasukkan lidahnya. Lidahnya menari - nari di dalam mulut Nanang dan Nanang pun mulai merespon dengan memainkan lidahnya juga.



"Kamu membuatku gila kontolku sayang" kata Nyonya Arini sambil terus mencium dan menjilati wajah Nanang. Kini Nyonya Arini seperti orang yang sedang kerasukan dan ia sulit mengontrol pikirannya.



Nyonya Arini begitu puas mencium bibir Nanang. Akibatnya, lipstik yang ia kenakan menjadi rusak dan menempel sebagian di wajah Nanang. Alhasil wajah Nanang menjadi sedikit merah. Setelah puas berciuman, Nyonya Arini langsung membuka celana dalamnya. Ia pun mengambil posisi nungging di atas tempat tidur. Ia membuka belahan pantatnya dan memamerkan memeknya yang merekah merah itu.



"Jilat memek ku sayang. Buat aku terbang melayang dengan lidahmu itu" pinta Nyonya Arini.



Nanang bagaikan anjing yang kepalaparan. Ia langsung menerkam memek Nyonya Arini yang tampak menggiurkan. Nanang pun teringat akan gaya Pak Eman ketika menjilati memek Ibunya. Ia menjulurkan lidahnya secara perlahan dan menjilatinya. Wajah Nanang menjadi masam karena cairan memek Nyonya Arini yang sangat asin. Ia tidak begitu suka dengan cairan tersebut. Selain itu baunya juga tidak terlalu sedap. Ia jadi heran kenapa Pak Eman sangat suka menjilati memek Ibunya.



"Kenapa tidak kamu jilat ??? Jangan sampai memek ku kering" kata Nyonya Arini yang sudah hilang kesabaran.



"Bau dan rasanya gak enak, Nyonya" kata Nanang dengan polosnya



"Semua memek memang seperti itu bau dan rasanya. Apa sebelumnya kamu tidak pernah melakukan ini ???" tanya Nyonya Arini.



"Belum Nyonya. Aku hanya sekedar memasukkan kontolku ke dalam memek" jawab Nanang.



Nanang sama sekali tidak begitu suka dengan yang namanya petting. Ia lebih suka memasukkan kontolnya langsung ke dalam lubang memek. Nyonya Arini memaksa Nanang untuk mengikuti kemauannya. Lagi - lagi masalah kontrak menjadi ancaman Nyonya Arini. Nanang memejamkan matanya dan kembali menjilati lubang memek Nyonya Arini. Rasa asin dan bau amis itu membuat Nanang ingin muntah. Nyonya Arini merasa belum puas dengan jilatan Nanang. Ia hanya merasakan lidah Nanang menjilati disekitar lubang memeknya saja. Kemudian Nyonya Arini berbaring di tempat tidur. Ia merasa saatnya untuk mengajari Nanang untuk lebih tahu apa itu seks sebenarnya. Nyonya Arini meminta Nanang untuk


mendengarkan semua ajarannya. Dimulai dari bagian memeknya, Nyonya Arini menjelaskan apa itu labia mayora, labia minora, dan bagian yang paling merangsang yaitu klitoris. Nanang merasa lucu dengan bentuk klitoris Nyonya Arini yang sedikit besar seperti butiran kacang. Nyonya Arini menyuruh Nanang untuk menggosok klitorisnya dengan jempolnya. Nanang melakukannya dengan lembut dan Nyonya Arini sangat menyukainya karena Nanang cepat belajar. Kali ini Nyonya Arini menyuruhnya untuk menjilatinya. Nanang tidak menduga kalau rasa asin itu sedikit tidak terasa di bagian klitorisnya. Rasa asin yang menyengat itu hanya terasa di bagian lubang memeknya saja. Nanang begitu menikmatinya dan dengan senangnya ia menjilati klitoris itu hingga Nyonya Arini menggelepar seperti ikan yang berada di darat.



"Iyaahhhh yang ituuuu....Ooohhhh enaaakkkkk itilnyaaaa...ohhh yaaa....ooouuhhhhhh...teruuusssss" desah Nyonya Arini.



Nanang begitu betah menjilati klitoris itu. Sesekali ia menjilati lubang memek Nyonya Arini karena meskipun rasanya tidak enak, tapi masih membuatnya penasaran. Mata Nanang pun tertuju pada lubang anus Nyonya Arini yang berwarna hitam gelap itu. Ketika ia menjilati memek Nyonya Arini, lubang anus itu tampak berkedut. Nanang yang penasaran pun menjilati anus Nyonya Arini. Betapa senangnya Nyonya Arini karena Nanang melakukannya tanpa perintahnya. Nyonya Arini kembali nungging agar Nanang bisa leluasa menjilati anusnya. Ia membuka pantatnya lebar - lebar agar lidah Nanang bisa menjilati seluruh permukaan anusnya. Nanang sangat suka dengan lubang anus itu. Ia mencucukkan lidahnya berulang kali dan ia tidak mendapati rasa apapun.



"Kamu suka anusku, Nang ???" tanya Nyonya Arini.



"Suka, Nyonya. Anus Nyonya membuatku semakin betah untuk menjilatinya" jawab Nanang sambil menggosok anus Nyonya Arini dengan jempolnya.



"Nikmati terus. Aku ingin kamu memuaskanku malam ini" kata Nyonya Arini.



Lama - kelamaan lidah Nanang mulai lelah dan kaku. Nyonya Arini memakluminya dan sudah saatnya ia untuk mencicipi benda yang membuatnya menjadi tergila - gila. Ia menyuruh Nanang untuk berbaring di tempat tidur. Dengan perlahan Nyonya Arini membuka celana Nanang. Ia sengaja untuk melakukannya dengan pelan agar ia semakin bergairah. Nanang sendiri juga membiarkan Nyonya Arini berbuat apa saja sesukanya. Yang penting malam ini ia akan melakukan seks lagi dan kali ini ia melakukannya dengan orang yang dulu sangat dibencinya. Perasaan benci itu seketika hilang di malam ini. Setelah celananya terbuka, kontol Nanang yang sudah ereksi sempurna terlihat begitu menantang. Kontolnya sudah semakin keras dan siap untuk mencari lubangnya. Nyonya Arini sampai ngeri melihat ukuran kontol Nanang. Lalu ia mengelus kontol Nanang yang terasa hangat ditelapak tangannya. Kerasnya kontol Nanang seperti batang pohon yang besar. Nanang merasakan nikmat karena elusan yang lembut itu. Ia berharap Nyonya Arini segera menikmati kontolnya dengan mulutnya. Tak perlu menunggu lama, kontol Nanang kini sudah berada di dalam mulut Nyonya Arini yang hangat. Kontolnya hanya bisa masuk seperempat ukuran saja di dalam mulut Nyonya Arini. Saking gemasnya, Nyonya Arini menggigit kontol Nanang hingga berbekas. Nanang menjerit karena perihnya. Namun rasa perih itu langsung berubah nikmat ketika Nyonya Arini menjilati kontolnya.



"Kontol kamu besar dan kuat. Apa boleh aku memilikinya ???" tanya Nyonya Arini sambil mengocok kontol Nanang.



"Boleh, Nyonya. Apapun akan aku lakukan demi Nyonya" jawab Nanang.



"Jawaban yang bagus. Mulai sekarang kamu harus menyediakan kontolmu untukku" kata Nyonya Arini.



Lalu Nyonya Arini kembali memainkan kontol Nanang di dalam mulutnya. Ia menjadi semakin liar karena kontol Nanang. Ia menjilati dan menghisapnya sesuka hati. Nanang sekuat tenaga menahan agar spermanya tidak keluar. Namun dengan binalnya Nyonya Arini ia tidak yakin akan bisa menahannya lebih lama lagi. Jilatan dan hisapan Nyonya Arini lebih baik ketimbang yang dilakukan Mbak Yuyun.



"ooohhhh kontol enakkkk...beriii aku pejuuhmuuu ooohhhhh....haaammmmmm...haaammmmm" erang Nyonya Arini semakin gila.



Nanang yang sudah dikuasai oleh nafsunya pun menarik tubuh Nyonya Arini ke atas tubuhnya. Ia mencium bibir Nyonya Arini dengan ganas meski belum begitu mahir. Ia meremas pantat dan sesekali mencolokkan jarinya ke dalam lubang memek Nyonya Arini.



"Apa kamu mau ngentot ??? Ahhhhhhh....Aaahhhhh" tanya Nyonya Arini dengan nakalnya.



"Ma....Mau Nyonya" jawab Nanang.



"mau apa ??? jawab yang jelas" pancing Nyonya Arini sambil mengocok kontol Nanang dengan tempo yang lebih cepat.



"Mau ngentot dengan Nyonya" jawab Nanang.



"Siapa yang mau kamu entot ???" Nyonya Arini semakin memancing gairah Nanang untuk lebih nakal lagi.



"Aku mau ngentot memek Nyonya Arini...Aaahhhhh...Nyonyaaaaa...Aahhhhh" jawab Nanang sambil mengerang.



"Anak pintar. Mulai sekarang kamu harus jadi tukang entotku ya" kata Nyonya Arini.



Kemudian Nyonya Arini langsung menunggangi kontol Nanang. Ia tidak peduli dengan memeknya yang perih karena dipaksakan masuk oleh kontol Nanang yang besar. Nanang membuka lingerie Nyonya Arini dan juga BH nya. Ia penasaran dengan bentuk toket Nyonya Arini yang ternyata lebih besar dan kenyal ketimbang milik Ibunya. Ia takjub ketika melihat pentilnya yang sangat panjang dan besar. Ia meremas toket Nyonya Arini sambil ikut menggerakkan pinggulnya menusuk memek Nyonya Arini. Memek Nyonya Arini sangat sempit sehingga ia kesulitan untuk menusuknya. Tapi Nyonya Arini malah semakin bersemangat dan ia tidak bisa mengontrol gerakannya.



"Aahhhhh...Nananggg sayangggg...Aaahhhhh...Entottt akuuu...Entooottt akuu sayangggg...Aaahhhh" kata Nyonya Arini dengan semakin nakal.



Nanang semakin bergairah mendengar erangan erotis dari Nyonya Arini. Ia pun menahan pinggul Nyonya Arini dan menusuk kontolnya dengan cepat. Mata Nyonya Arini terbuka lebar merasakan memeknya yang terisi penuh oleh batang kontol Nanang. Air liurnya bertumpahan seperti seekor anjing.



"Entott akuuuu Nanggggg...ENTOOTTT AKUUUUUUU !" Jerit Nyonya Arini dengan sangat kuat.



Lalu Nanang mulai lelah dan ia pun berhenti sejenak. Tanpa sadar Nyonya Arini sudah dua kali orgasme karena tusukan maut yang dilakukan Nanang. Memeknya terasa kebas seperti mati rasa. Ia tidak bisa merasakan kedutan memeknya. Setelah beberapa menit beristirahat, Nanang kembali menggenjot Nyonya Arini dengan posisi konvensional. Nanang tak bisa berhenti dan terus menggenjot memek Nyonya Arini. Begitu juga dengan Nyonya Arini yang tidak mau menyerah untuk merasakan gesekan nikmat itu. Toket Nyonya Arini bergerak naik turun. Tubuh keduanya basah oleh keringat. Lalu keduanya berganti posisi dan kali ini dengan posisi doggystyle. Nanang memukul dengan keras pantat Nyonya Arini dan membuatnya semakin bergairah. Lubang Anus Nyonya Arini terlihat begitu menggairahkan. Nanang berpikir untuk bisa memasukkan kontolnya ke dalam lubang anusnya yang kecil itu. Lalu Nanang mengeluarkan kontol dan membuat gairah Nyonya Arini menjadi tersendat.



"Kenapa kamu cabut ??? Ayo Entot lagi Nanang" kata Nyonya Arini sambil menggoyangkan pantatnya.



"Aku mau memasukkannya di sini" kata Nanang sambil mencucuk anus Nyonya Arini.



Nyonya Arini pun terkejut. Nanang langsung mendekapnya sehingga Nyonya Arini tidak bisa berontak. Nyonya Arini tidak ingin Nanang menusuk anusnya karena rasanya pasti akan sakit. Nanang menekan kontolnya dengan sedikit paksaan hingga lubang anus Nyonya Arini mulai sedikit terbuka. Nyonya Arini begitu kaget dan ia mulai merasakan sakit yang amat perih. Air matanya menetes karena tak sanggup menahan perih di dinding anusnya. Nanang tidak peduli dan terus memaksa masuk ke dalam anus Nyonya Arini hingga setengah ukuran kontolnya. Kemudian Nanang mengeluarkan kontolnya dan ia melihat ada noda berwarna merah di batang kontolnya. Noda itu berasal dari dinding anus Nyonya Arini yang lecet karena terlalu dipaksa. Lalu Nanang memasukkannya lagi dan mengeluarkannya lagi hingga anus Nyonya Arini sedikit renggang. Perlahan rasa sakit itu berubah menjadi nikmat. Nyonya Arini mulai menikmati tusukan kontol Nanang di anusnya. Ia meminta Nanang untuk melakukannya dengan perlahan. Nanang pun mengerti dan menusuk kontolnya dengan perlahan. Nanang merasa kontolnya semakin dijepit di lubang yang lebih sempit.



"Uuuhhhh...Enak juga ya Nang....Ahhhhhh....tusuk anusku lebih dalam lagi" pinta Nyonya Arini.



Kini Nyonya Arini semakin menikmati tusukan di anusnya. Rasa perih itu sudah hilang sepenuhnya. Penetrasi yang dilakukan kontol Nanang sangat membantunya untuk menghilangkan rasa sakit itu. Nyonya Arini juga tak mau tinggal diam. Ia ikut menggerakkan pantatnya agar Nanang ikut merasakan kenikmatan itu. Ia melihat ke arah cermin besar yang ada di sampingnya. Ia melihat dirinya yang sedang ngentot dengan Nanang. Ia memperhatikan kontol Nanang yang keluar masuk di dalam anusnya. Ia merasa seperti anjing yang sedang kawin. Ia benar - benar beruntung bisa memperkerjakan Nanang. Seandainya dari dulu ia tahu kalau Nanang punya kontol sehebat itu, ia pasti sudah merasakan kenikmatan itu sejak dulu. Di usianya yang sudah hampir setengah abad, mutlak baginya untuk terus merasakan seks. Selama hidupnya ia tidak pernah merasakan kenikmatan dalam bersenggama. Bahkan dengan suaminya sekalipun. Ia sudah pernah bercinta dengan banyak pemuda tampan, tapi tetap tak bisa menyalurkan hasrat seksnya dengan sempurna. Hanya Nanang, seorang pemuda desa yang berwajah tidak begitu tampan, berkulit gelap, dan juga udik, yang bisa membuatnya terbang melayang setinggi mungkin. Mulai saat ini ia tidak ingin kehilangan kontol Nanang walau hanya sedetik. Ia ingin terus merasakan kenikmatan itu hingga ia benar - benar tidak sanggup lagi untuk melakukannya.



"Nyonya....Aku...aahhhhh...Aku mau keluarrr....AAhhhh" lenguh Nanang sambil terus memompa anus Nyonya Arini.



"Keluariinn di dalam memek aja, Nang....Aku juga mau keluarrr...Sama - sama ya....Aahhhhh" suruh Nyonya Arini.



Lalu Nanang mencabut kontolnya dan memasukkannya ke dalam memek Nyonya Arini. Ia percepat temponya karena ia merasakan spermanya sudah tiba di ujung lubangnya. Tubuh Nyonya Arini berguncang hebat. Kedutan di memeknya semakin kuat dan ia pun akhirnya orgasme terlebih dahulu. Ia ambruk seketika dan Nanang menyadari kalau Nyonya Arini sepertinya sudah tidak kuat lagi. Nanang semakin cepat dan akhirnya ia pun mengeluarkan lahar panasnya yang sangat banyak di dalam memek Nyonya Arini. Nyonya Arini merasakan sperma Nanang mengalir masuk ke dalam rahimnya dan terasa penuh. Nanang mencabut kontolnya dan lelehan spermanya pun ikut keluar. Dengan isengnya Nanang mengambil sedikit spermanya dan memasukkannya ke dalam anus Nyonya Arini. Keduanya sudah tampak lemah tak berdaya. Nafas mereka saling memburu dan keringat mereka semakin membasahi tempat tidur. Nanang berbaring di samping Nyonya Arini. Dengan mesranya Nyonya Arini menyenderkan kepalanya di atas dada Nanang.



"Baru kali ini aku merasa puas ketika bercinta" ujar Nyonya Arini yang merasa bahagia sekali.



"Memang selama ini Nyonya Arini gak pernah bercinta ???" tanya Nanang dengan polosnya.



"Ya pernah. Bego banget sih kamu. cuma aku gak pernah sampai selelah ini" jawab Nyonya Arini.



"Berarti aku hebat dong bisa membuat Nyonya puas" kata Nanang memuji diri sendiri.



"Gak usah sombong deh. Dasar kontol kamu" ejek Nyonya Arini.



Keduanya pun tertawa dan malam indah itu diakhiri dengan ciuman mesra diantara keduanya. Setelah itu mereka pun tertidur pulas sambil berpelukan. Senyum kepuasan terpancar di wajah keduanya, terutama untuk Nyonya Arini yang benar - benar puas dengan kehebatan kontol Nanang.



Pada keesokan paginya, keduanya telah kembali ke desa. Nyonya Arini mempersilahkan Nanang untuk mengambil libur selama satu hari. Ia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk kembali ke rumahnya. Satu minggu lebih tak melihat rumahnya membuatnya sangat rindu. Ia juga tak sabar untuk bertemu dengan Ibunya untuk memberikan oleh - oleh berupa pakaian baru yang ia beli di kota. Nanang pun tiba di rumahnya. Ia terkejut dengan kondisi rumahnya yang sudah amburadul tak terawat. Namun Nanang melihat rumahnya seperti sedang ramai orang. Banyak sandal yang bergelatakan di depan rumahnya, hanya saja pintu rumahnya dalam keadaan tertutup. Ia juga mendengar suara banya orang di dalam rumahnya. Apa mungkin itu suara Pak Eman pikir Nanang. Tapi ia tidak melihat sepeda motor Pak Eman di sekitar rumahnya. Nanang semakin penasaran dan bermaksud untuk masuk dari pintu belakang rumahnya. Ia melintasi jendela kamar Ibunya yang terbuka. Ternyata dari situlah suara - suara itu berasal. Ia sangat kaget melihat apa yang terjadi di kamar Ibunya itu. Ia melihat Ibunya sedang sibuk melayani nafsu bejat lima orang pria yang terdiri dari tua dan muda. Dari kelima orang tersebut, salah satunya adalah sahabat Nanang sendiri yaitu Trisno. Sementara keempat orang lainnya ia sama sekali tidak mengenal mereka. Trisno tidak ikut bergabung dengan keempat orang tersebut melainkan hanya bertindak sebagai penonton. Ia sibuk menyemangati keempat orang rekannya itu yang tengah dilayani oleh Ibu Nanang. Anus dan memek Bu Nining silih berganti digenjot oleh para pria itu. Tangan dan mulutnya juga sibuk mengulum dan mengocok kontol para pria itu. Tubuh Ibunya juga belepotan dengan sperma. Nanang terus memperhatikan sambil bersembunyi. Ia ingin tahu ada hubungan apa antara Ibunya dan Trisno. Selama ini ia hanya mengetahui affair antara Ibunya dan Pak Eman. Ia tidak percaya kalau saat ini Ibunya sudah memiliki pasangan lain yaitu sahabatnya sendiri. Hampir satu jam Nanang memata - matai mereka, akhirnya keempat orang itu selesai "memperkosa" Bu Nining. Anehnya, keempat orang itu memberikan uang kepada Trisno sebagai bayaran. Trisno terlihat senang dengan banyaknya uang yang ia dapatkan. Setelah keempat orang rekannya itu pergi, barulah


Trisno menghampiri Bu Nining yang terkulai lemas.



"Ini uang yang aku janjikan. Jangan lupa lusa nanti ada beberapa temanku lagi yang ingin dilayani oleh Ibu" kata Trisno sambil memberikan setengah uang yang ia dapat kepada Bu Nining sebelum ia meninggalkan rumah Nanang.



Nanang menjadi marah besar karena mengetahui kalau Ibunya saat ini sudah menjadi pelacur murahan. Dengan beraninya Trisno menggunakan Ibunya sebagai wanita pemuas nafsu. Nanang menjadi sangat geram dan ingin sekali menghajar Trisno. Namun ia tidak bisa melakukan itu mengingat keluarga Trisno sudah cukup banyak membantu keluarganya. Nanang pun mencari ide untuk bisa membalaskan dendamnya itu. Akhirnya ia berhasil mendapat sebuah ide yang brilian dan ia yakin ide ini sangat cocok untuk membalaskan dendamnya. Nanang kembali ke rumah Nyonya Arini. Dengan beraninya ia memasuki ruang kerja Nyonya Arini. Ia mengambil sebuah buku catatan yang tergeletak di atas meja. Buku catatan itu berisi daftar orang - orang yang memiliki hutang dengannya. Ia pun mengecek daftar tersebut satu per satu. Ia berharap keluarga Trisno memiliki hutang dengan Nyonya Arini. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pencariannya membuahkan hasil dan ternyata keluarga Trisno memiliki banyak hutang yang belum terbayarkan. Nanang berencana menggunakan daftar hutang itu untuk bisa menjebak keluarga Trisno, terutama Ibu Trisno. Lalu Nyonya Arini memergoki Nanang memasuki ruang kerjanya tanpa izin.



"Apa yang sedang kamu lakukan di ruang kerjaku ???" tanya Nyonya Arini tanpa emosi.



"Anu...Aku sedang memeriksa daftar hutang di buku ini" jawab Nanang gemetaran.



"Memang buat apa ??? Ada sesuatu yang ingin kamu cari ???" tanya Nyonya Arini.



Lalu Nanang pun memberanikan diri untuk menceritakan semua kejadian yang ia lihat tadi. Nyonya Arini hanya tertawa dan menyebut Ibu Nanang sebagai lonte murahan. Ia juga sudah tahu kalau Pak Eman dan Ibunya menjalin hubungan gelap. Semua rahasia yang ada di desa bisa diketahui dengan muda oleh Nyonya Arini.



"Jadi intinya kamu ingin balas dendam ???" tanya Nyonya Arini.



"Iya, Nyonya. Aku tidak terima Ibuku diperlakukan seperti itu" jawab Nanang dengan geramnya.



"Ya sudah kalau begitu. Aku izinkan kamu untuk menagih hutang mereka" kata Nyonya Arini yang telah mengizinkannya dan Nanang senang sekali karena Nyonya Arini mau membantunya.



Dan sore harinya, Nanang bersama dengan Nyonya Arini bergegas menuju rumah Trisno. Beruntung saat itu Ibu Trisno dan Kakak perempuannya sedang berada di rumah. Keduanya tampak bersantai di bawah pohon sambil menikmati cuaca segar di sore hari. Kakak Trisno melihat kedatangan Nanang dan Nyonya Arini dari kejauhan. Ia mulai cemas karena ia sudah tahu perihal kedatangan mereka berdua. Ibu Trisno ikut cemas karena hari ini adalah tenggat waktu untuk mereka membayar hutang. Sementara uang yang terkumpul masih setengah.



"Selamat sore, Nyonya" sapa Ibu Trisno dan Kakaknya sambil memberikan hormat dengan membungkukkan tubuh.



"Gak perlu basa - basi, cepat bayar hutangnya. Aku tidak punya waktu untuk banyak untuk meladeni kalian" kata Nyonya Arini dengan sombongnya. Ibu Trisno segera masuk ke dalam rumah untuk mengambil uang yang mereka kumpulkan dan menyerahkannya kepada Nyonya Arini.



"Hanya segini yang bisa kami bayar" kata Ibu Trisno sambil menyerahkan uang tersebut. Nyonya Arini pun menghitung jumlah uang tersebut.



"Ini belum cukup. Sisanya mana ???!" tanya Nyonya Arini dengan membentak.



"Sisanya minggu depan kami bayarkan" jawab Ibu Trisno sambil ketakutan.



"APAAAA ???! Kalian kira aku harus bersabar menghadapi orang miskin seperti kalian ??? Cepat bayar atau aku musnahkan rumah kalian" ancam Nyonya Arini.



"To...Tolong Nyonya. Kami belum punya uang. Beri kami waktu hingga minggu depan" pinta Kakak Trisno sambil berlutut di depan Nyonya Arini.



"Dasar miskin. Aku paling tidak suka tawar - menawar. Kalian lunaskan hari ini juga atau kalian bisa menyanggupi syarat yang aku berikan" kata Nyonya Arini memberikan pilihan. Nanang hanya tersenyum karena sebentar lagi dendamnya akan segera terbalaskan.



"Syaratnya apa Nyonya ???" tanya Ibu Trisno.



"Syaratnya sangat mudah sekali. Aku ingin kalian berdua telanjang di depan kami berdua dan aku anggap sisa hutang kalian sudah lunas" kata Nyonya Arini dan keduanya pun terkejut mendengar syarat yang diberikan Nyonya Arini. Untuk Ibu Trisno, ia bisa saja menyanggupi permintaan Nyonya Arini. Hanya saja ia tidak ingin anak perawannya ikut telanjang di depannya. Apalagi ada Nanang di sana.



"Bagaimana kalau saya saja yang telanjang. Anak perempuan saya tidak usah" mohon Ibu Trisno.



"Aku bilang kan kalian berdua yang harus telanjang. Kalau kalian tidak mau ya tidak apa - apa" kata Nyonya Arini.



Demi melunaskan hutang mereka, kakak Trisno pun rela bertelanjang bugil di depan Nanang dan Nyonya Arini. Dengan sedikit ragu dan malu, keduanya mulai melepaskan pakaian mereka satu per satu. Kakak Trisno dengan santai membuka pakaiannya, sementara Ibu Trisno tampak malu - malu untuk membuka pakaiannya. Nanang menelan ludah ketika melihat keduanya sudah telanjang bulat. Matanya langsung tertuju pada tubuh Kakak Trisno yang sangat menggiurkan. Tubuhnya hampir sama dengan Mbak Yuyun, hanya saja toketnya sedikit lebih besar dan putih. Sementara tubuh Ibu Trisno biasa saja dengan toket berukuran sedang yang sudah menggantung dan pantatnya yang tidak terlalu besar. Kontol Nanang pun mulai bereaksi di dalam celananya. Nyonya Arini menghampiri keduanya. Ia melakukan inspeksi terhadap tubuh kedua wanita tersebut. Dengan kasarnya Nyonya Arini memilin puting Ibu Trisno. Lalu ia menarik kasar bulu jembut tipis yang tumbuh di memek Kakak Trisno. Nyonya Arini merasa puas dengan apa yang ia lakukan.



"Nang, hisap tetek mereka berdua" perintah Nyonya Arini.



"Ta...Tapi Nyonya, syaratnya kan kami hanya telanjang di depan kalian" kata Ibu Trisno.



"Aku yang punya kuasa di sini. Kalau kalian tidak terima yaudah, berarti hutang kalian masih belum lunas" kata Nyonya Arini dengan sombongnya.



"Sudahlah, Bu. Kita ikuti saja apa mau Nyonya Arini" kata Kakak Trisno kepada Ibunya.



"Anakmu saja ngerti, masa Ibunya gak ngerti. Udah miskin, belagu lagi" ejek Nyonya Arini.



Nanang pun mendekat ke Ibu Trisno. Ibu Trisno langsung menyilangkan kedua tangannya di depan toketnya. Ia malu sekali karena harus telanjang di depan sahabat anaknya sendiri. Bila bukan karena hutang itu, ia tidak akan pernah rela tubuhnya dilihat oleh pria lain. Ibu Trisno menggelengkan kepalanya sebagai tanda agar Nanang tidak melakukan perintah Nyonya Arini. Nanang mengatakan ia tidak bisa dan harus melakukannya. Jiwa Nanang yang lain tertawa puas karena saatnya ia untuk melakukan balas dendam. Nanang menyingkirkan kedua tangan Ibu Trisno. Lalu ia mengelus toket Ibu Trisno yang sudah kendur dan tidak kenyal lagi. Ia meremas kecil kedua toketnya dan Ibu Trisno memejamkan kedua matanya. Ia tidak berani melihat harga dirinya dipermalukan seperti ini. Lalu Nanang mendekatkan mulutnya dan mulai menghisap pentil yang besar itu.


Nanang agak terkejut karena toket Ibu Trisno bisa mengeluarkan air yang berupa ASI. Rasanya hambar namun cukup nikmat di mulut Nanang. Kemudian Nanang semakin berani dan menghisap pentil itu dengan kuat. Kali ini giliran Ibu Trisno yang mulai merasakan hal aneh dalam dirinya. Hati kecilnya berkata kalau ia sangat menikmati pentilnya dihisap oleh Nanang. Sementara Kakak Trisno tak mengedipkan matanya ketika melihat toket Ibunya sedang dihisap dan diremas oleh Nanang. Hisapan Nanang begitu kuat hingga pentil Ibu Trisno ikut membesar dan memanjang. Air susu Ibu Trisno sangat nikmat hingga Nanang betah berlama - lama bermain dengan toket Ibu Trisno.



"Hei, masih ada satu wanita lagi yang harus kamu layani" kata Nyonya Arini sambil menarik rambut Nanang.



Nanang jadi malu sendiri karena ia terlalu menikmati toket Ibu Trisno. Ia pun beralih fokus ke kakak Trisno. Tampak Kakak Trisno sudah pasrah dengan apa yang akan dilakukan Nanang meski ia begitu malu ketika Nanang menatap tubuhnya dengan penuh arti. Kakak Trisno memang tidaklah cantik dan usianya hanya terpaut dua tahun darinya. Namun tubuhnya cukup seksi dan membuat Trisno menelan ludah ketika melihatnya. Nanang mendaratkan tangan kirinya di toket Kakak Trisno yang sebelah kanan. Nanang merasakan betapa padat dan kenyalnya toket Kakak Trisno. Lalu ia dekatkan mulutnya di putingnya. Ia hembuskan nafasnya dan membuat Kakak Trisno merinding. Pentilnya masih perawan dan bentuknya masih seperti tanda titik. Kemudian Nanang menjulurkan lidahnya dan menjilati pentil itu. Kakak Trisno kembali merinding dan kali ini ia merasakan sesuatu yang aneh. Tubuhnya mendadak panas dan ia sangat menikmati setiap jilatan Nanang di putingnya. Nanang semakin berani dengan menghisap puting itu semakin dalam. Tubuh Kakak Trisno ikut bergerak ke depan. Wajah Kakak Trisno berubah menjadi merah. Ia tidak bisa berbohong kalau ia sangat menikmatinya. Setiap kali Nanang menghisap putingnya, gejolak aneh itu semakin ia rasakan. Sementara Ibu Trisno sudah menyadari kalau anaknya itu telah jatuh dalam lubang kenikmatan.



"Aaaahhhhhh" erang Kakak Trisno dengan pelan.



Nyonya Arini pun ikut terbuai dengan apa yang dilakukan oleh Nanang. Ia berkhayal kalau saat ini Nanang juga sedang menghisap toketnya. Tanpa sadar ia meremas toketnya sendiri dengan remasan yang lembut. Nafasnya mulai terasa berat dan kakinya mulai gemetar. Kali ini tangan Nanang mulai berani dengan mengelus permukaan memek Kakak Trisno. Ibu Trisno langsung menahan tangan Nanang agar Nanang tidak melakukan hal yang lebih. Tapi hal itu justru membuat Nyonya Arini marah.



"Biarkan saja dia mengelus memek anakmu. Lihat saja anakmu sudah menikmati cumbuan Nanang" kata Nyonya Arini.



Mau tak mau Ibu Trisno membiarkan Nanang berbuat sesuka hati kepada tubuh anak gadisnya itu. Kakak Trisno semakin terangsang dan kini ia tidak segan untuk terus mengerang. Nanang merasakan memek Kakak Trisno semakin becek dan lengket. Kemudian Nanang memilin klitorisnya dan membuat Kakak Trisno semakin kehilangan kontrol. Tubuhnya mulai bergerak tak karuan. Ia melebarkan kedua kakinya agar Nanang bisa dengan bebas membelai memeknya. Lalu tiba - tiba Kakak Trisno merasakan sesuatu yang mendesak untuk segera dikeluarkan. Sesaat kemudian Kakak Trisno pun orgasme dengan dahsyatnya. Kepalanya mendongak ke atas sambil memejamkan matanya. Nanang ikut bergairah dengan


menghisap toket Kakak Trisno dengan semakin kuat. Ibu Trisno terkejut karena anaknya sudah orgasme. Sementara Nyonya Arini terlihat puas dengan apa yang dilakukan Nanang. Kakak Trisno terduduk di atas rumput karena tidak sanggup menahan kakinya. Orgasme yang pertama kali ia rasakan seperti membuat tulang dalam tubuhnya menjadi retak. Nanang menjilati jarinya yang basah karena cairan memek Kakak Trisno. Ibu Trisno memeluk anaknya dan meminta maaf karena telah gagal melindunginya. Justru Kakak Trisno malah berterima kasih kepada Ibunya karena telah membiarkannya merasakan orgasme yang begitu nikmat untuknya.



"Sepertinya ini akan menjadi semakin menarik. Ayo kita masuk ke rumahmu" Ajak Nyonya Arini.



Lalu mereka berempat masuk ke dalam rumah. Nyonya Arini mengunci semua pintu dan jendela rumah agar tidak ada yang melihat mereka. Nyonya Arini telah merencanakan sebuah pesta yang menarik untuk mereka. Nyonya Arini menyuruh Nanang untuk telanjang dan memamerkan kontol supernya itu. Ibu dan Kakak Trisno begitu takjub dan ketakutan melihat kontol Nanang yang bentuk sangat besar. Mulut Ibu Trisno sampai terbuka lebar saking terkejutnya. Melihat mulutnya yang terbuka, Nanang memasukkan kontolnya ke dalam mulut Ibu Trisno. Mata Ibu Trisno terbuka sangat lebar seperti mau copot. Ia tak percaya kontol Nanang yang besar itu terasa penuh di dalam mulutnya. Kakak Trisno juga merasa


ngeri melihat ukuran kontol Nanang. Lalu Nanang menggenjot mulut Ibu Trisno dengan perlahan hingga mentok ke kerongkongannya. Sesekali Nanang merasakan kontolnya dihisap oleh Ibu Trisno. Lalu ia diamkan kontolnya untuk merasakan kehangatan mulut Ibu Trisno. Tiba - tiba Nanang meringis dan berjinjit. Itu karena Ibu Trisno menghisap kontol Nanang dengan sangat kuat hingga Nanang merasa ngilu. Ia tidak tahan lagi untuk segera merasakan kontol Nanang. Kini Ibu Trisno sudah tidak malu lagi dan mulai aktif untuk melayani kontol Nanang. Ia menjilati kontol Nanang dengan penuh nafsu. Hisapan demi hisapan membuat Nanang semakin bergairah. Kakak Trisno begitu penasaran dan ia juga ingin merasakan kontol Nanang. Nyonya Arini sendiri tengah sibuk bermasturbasi dengan memasukkan tangannya ke dalam celananya sambil berdiri.



"Hei, bagi kontol itu dengan anakmu. Wajah anakmu itu sudah seperti anjing yang meminta tulang" kata Nyonya Arini sambil tertawa.



Lalu Ibu Trisno membagikan kontol Nanang kepada anaknya itu. Ibu Trisno mengajarkan anaknya bagaimana cara menikmati kontol. Ia menyuruh anaknya untuk menjulurkan lidahnya dan menjilati batang kontol itu. Kakak Trisno melakukan semua apa yang diperintahkan oleh Ibunya. Kakak Trisno tak menyangka kalau menjilati kontol begitu nikmat untuknya. Ia menggelitik lubang kontol itu dan membuat Nanang menjadi geli. Lalu Ibu Trisno menyuruh anaknya untuk mengocok sambil menjilati kontol Nanang. Kakak Trisno dengan cepat sudah bisa melayani kontol Nanang dengan sangat baik. Kemudian Ibu Trisno mengajarkan bagaimana cara mengulum kontol.



"Coba kamu hisap seperti kamu sedang makan permen. Jangan sampai terkena gigi kamu" perintah Ibu Trisno kepada anaknya.



Lalu Kakak Trisno memasukkan kontol Nanang ke dalam mulutnya. Kakak Trisno merasakan mulutnya seperti disumpal oleh batang kayu hingga ia sedikit tersedak. Ibu Trisno menyuruh anaknya untuk menggerakkan kepalanya maju mundur sambil menghisap kontol itu. Nanang mulai gelisah karena sepongan Kakak Trisno terasa sangat nikmat. Ia pun merasakan orgasmenya akan segera tiba. Lalu Nanang menahan kepala Kakak Trisno dan dengan leluasanya ia mengeluarkan semua lahar panasnya itu di dalam mulut Kakak Trisno. Kakak Trisno sangat terkejut karena ia merasakan adanya cairan kental dan hangat memenuhi mulut dan masuk ke tenggorokannya. Kakak Trisno mencoba mendorong tubuh Nanang tapi Nanang berusaha untuk bertahan. Cubitan Kakak Trisno yang kuat tidak dirasakan olehnya. Lalu ia mengeluarkan kontolnya dan Kakak Trisno pun menumpahkan seluruh sperma Nanang yang sangat banyak itu. Ia sampai muntah karena tidak tahan dengan bau dan rasa sperma Nanang yang menurutnya sangat tidak enak. Seketika Kakak Trisno pun pingsan karena terlalu syok. Ibu Trisno menjerit histeris melihat anaknya tak sadarkan diri.



"Nyonya harus bertanggung jawab" jerit Ibu Trisno yang khawatir dengan kondisi anaknya



"Tidak usah khawatir. Sebentar lagi juga dia akan sadar" kata Nyonya Arini dengan santainya.



Setelah orgasme, kontol Nanang masih tetap berdiri tegak. Ia pun menarik tubuh Ibu Trisno dan menyuruhnya untuk tiduran di atas lantai. Ibu Trisno sadar kalau ia akan disetubuhi oleh Nanang dan ia pun meronta. Nyonya Arini pun ikut turun tangan dengan membantu Nanang menahan tubuh Ibu Trisno. Ia memegang kedua tangan Ibu Trisno sementara Nanang mencoba untuk memasukkan kontolnya ke dalam lubang memek Ibu Trisno yang ditumbuhi oleh bulu jembut yang sangat rimbun. Nanang sampai kesulitan untuk menemukan lubang memeknya. Ia pun menggesek kontolnya di permukan memek Ibu Trisno dan ia pun berhasil menemukan lubangnya. Ia dorong kontolnya dengan paksa hingga menerobos


masuk ke dalam lubangnya yang terasa sempit oleh Nanang. Ibu Trisno seketika menjerit dan menangis karena ia merasa memeknya seperti dirobek oleh sebatang besi yang kuat. Ibu Trisno tidak sanggup menahan perih di memeknya dan ia pun terus meronta untuk dilepaskan.



"Cepat entot memeknya, Nang. Aku akan menahan tubuhnya" kata Nyonya Arini sambil berusaha untuk menahan tubuh Ibu Trisno yang terus menggeliat seperti cacing.



Nanang pun dengan cepat menggenjot kontolnya. Ia merasa senang sekali meski ia juga merasa bersalah karena telah memperkosa Ibu sahabatnya itu. Baginya Ibu Trisno sudah dianggap seperti Ibunya sendiri karena kebaikannya terhadap Nanang. Tapi ia juga tidak kuasa untuk menahan dendamnya dan kini dendam itu telah tersalurkan. Nanang terus memompa kontolnya dan lama - kelamaan Ibu Trisno mulai pasrah. Rasa perih itu perlahan berubah menjadi rasa nikmat yang tiada tara. Gesekan itu membuat dirinya tidak kuasa untuk menahan gairahnya yang sudah lama terpendam. Semenjak suaminya sering sakit - sakitan, Ibu Trisno sudah jarang mendapat nafkah batin. Nyonya Arini melepaskan tubuh Ibu Trisno.



"Ahhhhh...Aahhhhh...Aahhhhhh" desah Ibu Trisno.



"Dasar lonte bejat. Dientot kontol baru ketahuan deh sifat aslinya kalau anda itu memang lonte murahan" maki Nyonya Arini yang kesal dengan Ibu Trisno yang kini telah menikmati genjotan kontol Nanang.



Ibu Trisno menarik kepala Nanang untuk menghisap kembali kedua putingnya. Dengan senang hati Nanang melakukannya karena ia sudah ketagihan dengan air susu yang keluar dari toket Ibu Trisno.



"Entottt Ibu lebih kuatt Nanggg...Entooott terusss...Oooohhhh....oooohhhh" erang Ibu Trisno yang tidak bisa menahan kicauan vulgarnya.



Lalu Kakak Trisno mulai tersadar setelah pingsan selama beberapa menit. Ia melihat Ibunya tengah disodok oleh Nanang di atas lantai. Kakak Trisno melihat bagaimana kontol Nanang yang besar itu keluar masuk ke dalam memek Ibunya. Ia juga melihat Nyonya Arini yang tengah sibuk meremas toketnya sendiri sambil menonton persetubuhan antara Nanang dan Ibunya. Rasa horni Kakak Trisno pun kembali muncul. Ia mendekati Ibunya dan Ibunya merasa senang karena anaknya telah siuman. Kakak Trisno memeluk tubuh Ibunya yang berguncang hebat karena sodokan kontol Nanang.



"Bu, aku juga mau dientot seperti Ibu" pinta Kakak Trisno yang tidak tahan melihat Ibunya yang keenakan dientot oleh Nanang.



"Jangan sayang...Aaahhhh...Nantiiii keperawanannnn kamuuu pecahhh...Aaahhh...Aahhhh" kata Ibunya yang melarangnya untuk dientot seperti dirinya.



Kakak Trisno sedikit kecewa mendengar larangan Ibunya. Tapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk memberikan keperawanannya kepada orang yang dicintainya. Alhasil Kakak Trisno hanya bisa menonton Ibunya yang lagi digenjot oleh Nanang. Ia mengelus rambut Ibunya dan sesekali mencium kening Ibunya itu. Ia mengelap tubuh Ibunya yang sudah banjir oleh keringat. Nyonya Arini yang semakin horni pun menarik tubuh Kakak Trisno dan menyuruhnya untuk duduk di atas pangkuannya. Nyonya Arini melebarkan kedua kaki Kakak Trisno dan langsung membelai memeknya. Kakak Trisno berusaha untuk lepas dari dekapan Nyonya Arini tapi tenaganya terlalu kecil. Apalagi gesekan jari Nyonya Arini di klitorisnya membuatnya tenggelam dalam kenikmatan.



"Lihat Ibumu yang lagi dientot itu. Ibumu seperti lonte murahan yang lagi menjual tubuhnya" bisik Nyonya Arini dengan begitu erotis dan membuat Kakak Trisno semakin terbuai.



"Aaahhh Nyonyaaaa...gesekk memek kuuu dengan kuaaatttt....Aaahhhh...Aaahhhh" erang Kakak Trisno.



"Dasar lonte jalang. Berikan memek busukmu itu padaku" kata Nyonya Arini dan menyuruh Kakak Trisno untuk nungging di atas kursi.



Lalu Nyonya Arini menjilati memek itu dengan buasnya. Ia tenggelamkan wajahnya di belahan pantat Kakak Trisno. Lubang memek dan anus Kakak Trisno tak luput dari jilatannya. Kakak Trisno semakin menikmati cumbuan yang dilakukan oleh Nyonya Arini. Selain itu ia juga semakin horni tatkala melihat wajah Ibunya yang mesum itu. Ibunya benar - benar seperti lonte murahan seperti yang diejek oleh Nyonya Arini. Awalnya ia menolak, tapi kini ia malah ketagihan dan membiarkan sifat binalnya itu menguasai tubuhnya. Kakak Trisno ikut menggoyangkan pantatnya seirama dengan jilatan Nyonya Arini. Sementara itu Nanang semakin gila dan semakin menikmati sodokannya. Ibu Trisno tak kuasa menahan gairahnya dan terus mengerang tanpa terkendali.



"Entooott akuuu...Entoooottt akuuuu...Aaahhhh...Aaahhhh...Nananggggg beri akuu pejuuhmuuuu..Aaahhhhh" erang Ibu Trisno.



Lalu Nanang mencabut kontolnya dan meminta Ibu Trisno untuk menghisap kontolnya. Ibu Trisno melahap kontol Nanang dengan penuh gairah. Ia memeras kontol Nanang dan kembali mengocoknya demi mendapatkan sperma Nanang. Lalu Nanang menjerit sekuat - kuatnya ketika orgasmenya tiba. Ia semburkan spermanya di seluruh permukaan wajah Ibu Trisno. Kakak Trisno segera beranjak untuk bisa kebagian sperma Trisno di wajahnya. Kini wajah Ibu dan anak itu diselimuti oleh sperma Nanang yang kental dan berbau khas. Ibu Trisno terlihat puas setelah mendapatkan sperma Nanang. Ibu dan anak itu saling menjilati wajah agar bisa mencicipi rasa sperma Nanang. Sementara itu Nyonya Arini menyepong kontol Nanang demi mendapatkan sperma Nanang meski hanya sedikit. Nanang pun ambruk karena terlalu lelah. Kakak Trisno menjilati kontol Nanang bersama dengan Nyonya Arini. Keduanya saling berebutan untuk bisa menikmati kontol itu di dalam mulut mereka. Sungguh persetubuhan yang luar biasa yang pernah dilakukan oleh Nanang dan ia sangat puas sekali.



-------------------------------------------



Bulan demi bulan pun telah berlalu. Nanang semakin betah bekerja di bawah perintah Nyonya Arini. Ia tidak begitu peduli dengan uang yang ia dapatkan. Ia lebih mementingkan memuaskan nafsu batinnya ketimbang mendapatkan uang. Ia memilih untuk menyerahkan semua uang yang ia dapat kepada Ibunya yang kini telah resmi menjadi istri kedua Pak Eman. Meski begitu Nanang tidak pernah menganggap Pak Eman sebagai Ayah tirinya karena bagaimanapun juga ia sangat benci kepada Pak Eman atas semua yang ia lakukan kepada Ibunya. Nanang sudah merasakan hidup yang enak selama tinggal bersama Nyonya Arini. Nyonya Arini juga sangat puas dengan kinerja yang dilakukan Nanang. Ia tidak hanya bisa melindunginya atau menjadi seorang penagih hutang yang handal, tetapi juga mampu memuaskan nafsunya yang selalu menggebu - gebu. Namun Nanang harus rela tidak bisa sepuasnya bersetubuh dengan beberapa wanita. Nyonya Arini telah melarangnya karena ia merasa cemburu. Nyonya Arini ingin kejantanan Nanang hanya untuk dirinya seorang. Namun Nanang tidak pernah kehilangan akal dan sering diam - diam bersetubuh dengan beberapa wanita desa yang ketagihan akan kejantanannya. Bagi Nanang kepuasannya dalam melakukan seks adalah hal yang paling ia sukai dan kini telah menjadi hobinya. Ia seperti tidak pernah lelah untuk bercinta setiap hari. Namun masih ada masalah yang hingga kini masih membayanginya. Apalagi kalau bukan masalah Trisno dan juga Ibunya. Hingga sekarang ini Trisno masih menggunakan Ibunya sebagai tempatnya untuk mencari uang. Ia terus menjual tubuh Ibunya kepada beberapa orang dan mendapatkan uang. Pak Eman yang sekarang telah menjadi suami Ibunya sama sekali tidak tahu kalau istrinya dijadikan sebagai sarang untuk mencari kenikmatan. Entah kenapa Ibunya sama sekali tidak menolak dan membiarkan tubuhnya digunakan untuk memuaskan nafsu para pria. Nanang menduga ada sebuah kesepakatan antara Trisno dan Ibunya yang tidak ia ketahui. Ia pun berusaha untuk mencari tahu dan akan menghakimi Trisno bila itu terjadi.



Hari itu adalah hari ulang tahun Nyonya Arini. Sebagai kemurahan hatinya, ia pun menggelar konser dangdut satu malam penuh di balai desa. Seluruh warga desa dan juga warga desa sebelah turut diundang untuk meramaikan acara tersebut. Warga juga sangat antusias dan mereka melupakan sejenak kebencian mereka terhadap Nyonya Arini. Berbagai makanan dan hiburan telah disediakan di balai desa. Semua warga ikut bernyanyi dan bergoyang sambil menikmati lantunan musik dangdut dari para biduan. Nanang ikut serta berkumpul bersama warga dan berjoged bersama. Rasa benci berubah menjadi kesenangan bersama dengan para warga. Saat sedang asik menikmati musik dangdut, tiba - tiba saja seseorang dengan jubah berwarna cokelat dan memakai penutup kepala menarik tangan Nanang. Nanang berusaha melepaskan diri, tapi ia dengan cepat membawa Nanang ke semak - semak yang berada di belakang balai desa. Orang tersebut membuka penutup kepalanya dan ternyata dia adalah Mbak Yuyun. Nanang sampai kaget karena ia pikir orang tersebut adalah musuhnya. Mbak Yuyun langsung mencium bibir Nanang dan memintanya untuk memeluknya. Keduanya pun berciuman dengan penuh kemesraan karena sudah lama tidak bertemu sejak terakhir kali Mbak Yuyun mengajarkan seks dengan Nanang.



"Kenapa kamu tidak menemuiku lagi ???" tanya Mbak Yuyun sambil memeluk Nanang dengan erat.



"Maafkan aku, Mbak. Sekarang ini aku bekerja untuk Nyonya Arini. Aku tidak bisa bebas bertemu dengan orang lain" jawab Nanang yang bahagia sekali bertemu dengan Mbak Yuyun.



"Aku rindu sekali padamu. Ayo kita lakukan seperti yang dulu lagi" kata Mbak Yuyun yang ingin mengajak Nanang untuk bercinta dengannya lagi.



"Aku tidak bisa. Saat ini aku harus berada di samping Nyonya Arini. Kalau tidak ia akan marah kepadaku" tolak Nanang meski ia sangat ingin sekali bercinta dengan Mbak Yuyun. Nyonya Arini memerintahkannya untuk tidak berada jauh darinya sehingga ia terpaksa untuk menolaknya.



Mbak Yuyun sama sekali tidak menyerah. Ia memasukkan tangan Nanang ke dalam celananya. Nanang merasakan betapa lembabnya memek Mbak Yuyun.



"Apa kamu tega membiarkan memek ku kesepian seperti ini" kata Mbak Yuyun dengan nakalnya.



"Tapi Mbak..." kata Nanang terputus.



Mbak Yuyun kembali melumat bibir Nanang. Ia memainkan lidahnya di dalam mulut Nanang. Saat ini Mbak Yuyun sedang sangat bergairah dan ingin sekali merasakan kejantanan Nanang. Ia sangat rindu akan kontol Nanang yang mampu memberikan kepuasan kepadanya. Dengan tergesa - gesa Mba Yuyun melepaskan celananya. Nanang langsung terpana melihat memek Mbak Yuyun yang juga ia rindukan. Nanang pun mengeluarkan kontolnya menyuruh Mbak Yuyun untuk bersender di pohon. Nanang ingin sekali menjilati memek Mbak Yuyun tapi Mbak Yuyun menolaknya.



"Langsung entot aja. Waktu ku juga tidak banyak" kata Mbak Yuyun.



Nanang meminta Mbak Yuyun untuk meludahi kontolnya. Lalu ia meratakan air liur Mbak Yuyun ke seluruh permukaan kontolnya agar basah. Kemudian Nanang memasukkan kontolnya secara perlahan. Mbak Yuyun kembali merasakan perih karena besarnya kontol Nanang. Kuku - kukunya menancap di pundak Nanang untuk menahan rasa sakitnya. Lalu Nanang mendiamkan kontolnya sejenak agar untuk menghilangkan rasa sakit Mbak Yuyun.



"Entot yang pelan ya. Kontolmu kok rasanya makin besar" kata Mbak Yuyun sambil sedikit tertawa.



"Memek Mbak yang makin sempit" balas Nanang.



Kemudian Nanang mulai menusuk kontolnya secara perlahan. Nanang memejamkan matanya merasakan jepitan memek Mbak Yuyun yang sangat luar biasa. Mbak Yuyun pun menutup matanya sambil mendesah pelan. Kemudian Nanang menaikkan temponya menjadi sedang. Desahan Mbak Yuyun pun semakin keras. Nanang meminta Mbak Yuyun untuk tidak mendesah terlalu keras karena bisa didengar oleh orang lain.



"Aaahhhh...Akuuu gak bisaaaa...Kontolmuuu terlaluuu nikmaattt...Aaahhhhhh...Aaaahhhh" erang Mbak Yuyun.



Kemudian Nanang membuka paksa kaos Mbak Yuyun. Ia ingin menghisap puting Mbak Yuyun untuk membuat Mbak Yuyun semakin nikmat. Puting Mbak Yuyun semakin terasa keras di mulutnya. Mbak Yuyun pun mendorong kepala Nanang agar ia semakin kuat menghisap putingnya.



"NANANGGGGG ! NANANGGGGG !"



Tiba - tiba terdengar suara Nyonya Arini yang memanggil Nanang sambil berteriak. Nanang pun kocar - kacir dan segera memakai bajunya. Tapi Mbak Yuyun melarangnya dan meminta Nanang untuk menggenjot memeknya lagi.



"Masukinn lagiii...masukiinnnnnn...entottt akuuuu Nanggggg" rengek Mbak Yuyun sambil menggesek kontol Nanang di memeknya.



"Tapi Nyonya Arini sudah memanggilku. Aku bisa mati kalau tidak segera menemuinya" kata Nanang dengan begitu khawatir.



"Biarkan saja Nyonya Arini melihat kita lagi ngentot. Ayo masukiinn cepaattt" kata Mbak Yuyun manja.



Mbak Yuyun pun memasukkan kembali kontol Nanang ke dalam memeknya. Nanang sama sekali tidak bergerak karena ia takut Nyonya Arini memergokinya sedang bersetubuh dengan wanita lain.



"Nanngggg...entottt akuuuu....Kamu jangan siksa aku sepertii iniii" rengek Mbak Yuyun sambil menepuk dada Nanang.



Nanang pun tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan persetubuhannya. Nanang dengan cepat menggenjot kontolnya agar semua ini bisa selesai dengan cepat. Suara teriakan Nyonya Arini terasa semakin dekat. Jantung Nanang berpacu semakin cepat dan keringat dingin mulai bercucuran di keningnya. Lalu ia merasakan adanya cairan hangat yang menyembur kontolnya sebagai pertanda kalau Mbak Yuyun sudah orgasme. Kemudian Nanang mencabut kontolnya dan membuat Mbak Yuyun semakin kesal padanya.



"Entoottt lagi Nanggg...Akuu belum puassss" rengek Mbak Yuyun semakin menjadi - jadi.



"Kan Mbak udah keluar" ucap Nanang.



"Aku mau pejuh kamuuu...Kasih aku pejuhmuu yang banyak itu...entoott lagiii" rengek Mbak Yuyun sambil menyambar kontol Nanang untuk disepong olehnya.



Nanang tidak bisa berbuat banyak selain membiarkan Mbak Yuyun untuk menikmati kontolnya. Tiba - tiba secara tidak sengaja melihat Nyonya Arini tidak berada jauh dari tempatnya berdiri. Mereka berdua saling bertatap - tatapan. Nyonya Arini Mbak Yuyun yang sedang berjongkok di depan Nanang. Ia pun menyadari kalau Mbak Yuyun pasti sedang menikmati kontol Nanang. Dengan penuh emosi Nyonya Arini menghampir mereka berdua. Lalu dengan kerasnya ia menampar pipi Nanang dan menarik rambut Mbak Yuyun dengan kasar.



"Dasar lonte ! Seenaknya saja kamu bercinta dengan pengawal pribadiku" bentak Nyonya Arini.



"Nyonya tidak ada hak untuk melarangku. Memang Nanang itu suami Nyonya apa" kata Mbak Yuyun yang sama sekali tidak takut dengan kemarahan Nyonya Arini.



"Kontolnya sudah menjadi milikku sepenuhnya dan hanya aku yang boleh menikmati atau ngentot dengannya" jelas Nyonya Arini dan Mbak Yuyun agak terkejut mendengarnya.


"Apa itu benar, Nang ???" tanya Mbak Yuyun kepada Nanang.


Nanang menjawabnya dengan mengangguk pelan. Saat itu ia benar - benar ketakutan melihat Nyonya Arini yang telah menamparnya. Mbak Yuyun merasa kecewa karena Nanang telah dikendalikan sepenuhnya oleh Nyonya Arini. Ia sangat kesal dengan Nanang dan ikut membencinya. Mbak Yuyun mengenakan kembali pakaiannya dan meninggalkan mereka berdua. Mbak Yuyun menangis dan mungkin ia akan menyesal karena tidak bisa lagi merasakan kejantanan Nanang. Nanang terkulai lemas dan bersender di pohon. Ia menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian yang telah menimpa dirinya. Ia mulai sadar kalau apa yang ia lakukan ini salah. Awalnya ia hanya sekedar ingin tahu apa itu seks dan tidak berniat untuk begitu menikmatinya. Setelah dicoba, Nanang mulai ketagihan dan ia pun lupa akan daratan. Ditambah lagi Nyonya Arini yang berhasil menghipnotisnya untuk selalu tunduk di bawah perintahnya. Nanang mulai menangis sambil memeluk dirinya sendiri. Ia rindu akan dirinya yang dulu yang dikenal baik oleh semua warga. Nyonya Arini melihat Nanang yang menangis akibat perbuatannya. Ia mulai merasa kasihan dengan keadaan Nanang yang tersiksa karenanya. Jika bukan karena kejantanan Nanang, semua ini tidak mungkin terjadi. Beberapa wanita berebut ingin mendapatkan kejantanan Nanang. Nyonya Arini memeluk Nanang dan mencium pipi Nanang yang ia tampar tadi.



"Maafkan aku. Ini semua adalah salahku" kata Nyonya Arini.

"Nyonya....." panggil Nanang sambil menatap wajah Nyonya Arini yang sendu itu.

"Iya, Nang. Jangan menangis lagi. Ayo kita kembali ke balai desa" ajak Nyonya Arini sambil menarik tangan Nanang, tapi Nanang menolaknya.



"Aku ingin berhenti bekerja untuk Nyonya" kata Nanang dengan sangat berani dan membuat Nyonya Arini terkejut.



"Kenapa ??? Kamu tidak bisa melakukan itu. Kamu harus ingat dengan kesepakatan yang telah kita janjikan" kata Nyonya Arini yang kini ketakutan akan ditinggal oleh Nanang.



"Aku ingin kembali menjadi diriku yang dulu. Aku akan mengganti semua yang Nyonya berikan kepadaku sesuai dengan perjanjian itu" kata Nanang.



"Tidak, aku tidak mau. Kamu harus tetap berada di sisiku. Bahkan untuk selama - lamanya" kata Nyonya Arini yang berusaha untuk mencegah niat Nanang.



"Aku tidak mau. Terima kasih atas semua yang telah Nyonya berikan kepadaku" kata Nanang. Ia pun mengembalikan jam tangan dan kalung mahal yang diberikan Nyonya Arini. Tekad Nanang untuk berhenti sudah sangat bulat dan tidak bisa diganggu gugat.



"Aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku sayang kepadamu. Hanya kamu yang bisa membuatku merasa nyaman" kata Nyonya Arini yang jujur dari dalam hatinya. Ia pun berlutut di depan Nanang. Ia rela merusak harga dirinya sebagai wanita yang harusnya dihormati dan disegani. Ia memeluk kaki Nanang dan terus memohon untuk tidak ditinggal oleh Nanang.



"Aku hanya berhenti dari pekerjaanku. Aku tidak mengatakan akan meninggalkan Nyonya" kata Nanang dan ia pun menyuruh Nyonya Arini untuk berdiri. Nanang memeluk Nyonya Arini dengan mesra. Ia merasa berhutang banyak kepadanya karena bagaimanapun juga Nyonya Arini yang telah membuatnya menjadi pria tangguh.



Dan sebagai kado ulang tahun untuk Nyonya Arini, Nanang mengajak Nyonya Arini untuk bercinta. Nyonya Arini yang masih dirundung oleh kesedihan hanya mengikuti Nanang kemanapun ia membawanya. Nanang mengajak Nyonya Arini menuju ke sebuah sungai yang merupakan tempatnya bermain. Aliran sungai itu begitu tenang dan airnya sangat jernih. Keadaan di sekitar sungai juga sangat sepi karena kebanyakan warga sedang berpesta di balai desa. Nanang mengambil beberapa lembar daun pisang sebagai alas untuk berbaring. Nanang membaringkan tubuh Nyonya Arini di atas lembaran daun pisang itu. Ia menyeka air mata Nyonya Arini yang terus mengalir. Nyonya Arini membenamkan wajahnya di dada Nanang. Nanang memeluknya dengan mesranya. Lalu tangan nakal Nanang membelai pantat Nyonya Arini yang membusung itu. Secara perlahan kesedihan Nyonya Arini mulai sirna dan ia mulai menikmati setiap belaian Nanang.



"Berikan aku kehangatan dengan pejuhmu itu" kata Nyonya Arini sambil tersenyum.



Nanang mencium bibir Nyonya Arini dengan mesra. Nanang yang mulai mahir dalam berciuman berinisiatif untuk memainkan lidahnya. Nyonya Arini tak mau kalah dan ia membalas permainan lidah Nanang. Lidah mereka saling membelit. Sesekali Nanang menghisap lidah Nyonya Arini yang membuat Nyonya Arini semakin bergairah. Tangan Nyonya Arini mulai turun ke selangkangan Nanang dan membelai kontol Nanang. Ia membuka resleting celana Nanang dan mengeluarkan kontol Nanang. Ia menggenggam dengan lembut kontol Nanang yang gagah itu. Nanang juga tak mau tinggal diam dan menyusupkan tangannya ke dalam rok panjang yang dikenakan Nyonya Arini. Ia menyentuh memek Nyonya Arini yang ternyata


tidak terbungkus oleh celana dalamnya. Dengan bebasnya Nanang membelai memek Nyonya Arini sambil sesekali memasukkan dua jarinya ke lubang memeknya. Nyonya Arini mengerang dan membuat kocokan di kontol Nanang semakin cepat. Lalu Nyonya Arini membuka kancing kemejanya satu per satu. Lalu ia mengeluarkan kedua toketnya yang besar itu dari dalam BH nya.



"Hisap tetek ku, Nang. Hisap yang kuat ya" pinta Nyonya Arini.



Nanang tersenyum mendengarnya dan segera melahap kedua gunung kembar milik Nyonya Arini. Ia menghisapnya dengan sangat kuat hingga tubuh Nyonya Arini ikut terangkat. Kedua putingnya silih berganti mendapat hisapan mulut Nanang. Kemudian Nanang ingin merasakan kontolnya dijepit diantara kedua gunung kembar itu. Nanang meletakkan kontolnya diantara belahan toket Nyonya Arini. Nyonya Arini pun segera menjepit kontol Nanang dengan toketnya itu. Lalu Nanang bergerak maju mundur dengan perlahan dan ia mulai merasakan sesuatu yang cukup nikmat.



"Lebih enak dijepit memek atau sama tetek ???" tanya Nyonya Arini dengan nakalnya.



"Sudah pasti dijepit sama memek. Apalagi kalau dijepit memek Nyonya" jawab Nanang dan membuat Nyonya Arini tertawa.



"Mulai sekarang kamu tidak usah memanggilku dengan sebutan Nyonya. Cukup panggil namaku saja" suruh Nyonya Arini.



"Benarkah ??? Baiklah kalau Nyonya...Eh maksudku Arini mau seperti itu" kata Nanang sambil mencium bibir Nyonya Arini.



"Jilatin memek ku dong. Udah gatel nih" pinta Nyonya Arini dengan manjanya.



Lalu Nanang meminta Nyonya Arini untuk melakukan posisi 69. Dengan lahapnya kedua manusia yang tengah dirasuki nafsu itu saling melahap kelamin satu sama lain. Nanang begitu bersemangat menjilati memek Nyonya Arini dan mencucukkan lidahnya ke dalam lubangnya. Anus Nyonya Arini juga tak luput dari jilatannya dan membuat anus Nyonya Arini berkedut kencang. Sementara Nyonya Arini tengah menikmati es krim lezat yang bentuknya panjang dan keras. Ia menjilati batang kontol Nanang dengan lahapnya. Mereka saling memberikan rangsang dan juga kepuasan. Nanang ingin menikmati tubuh Nyonya Arini yang mungkin akan menjadi yang terakhir untuknya. Begitu juga dengan Nyonya Arini yang seakan tidak ingin melepaskan kontol Nanang dari genggamannya. Setelah puas melakukan foreplay barulah acara utama dimulai. Kali ini Nyonya Arini meminta Nanang untuk bercinta di pinggiran sungai. Keduanya saling menelanjangi diri sebelum menyeburkan tubuh mereka ke dalam sungai yang dangkal. Keduanya seperti anak kecil yang saling bermain air. Mereka saling kejar - kejaran di dalam sungai sebelum Nanang berhasil memeluk tubuh Nyonya Arini. Ia mencium leher dan belakang telinga Nyonya Arini yang merupakan titik rangsang Nyonya Arini. Nyonya Arini merasa begitu bahagia dan ia tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Ia sangat senang bisa mengenal Nanang yang dulu sempat ia remehkan dan ia permainkan. Ia jadi menyesal karena tidak menolong Ayah Nanang kala itu. Karena terlalu gembira keduanya pun tidak sadar kalau sedang


diawasi oleh seorang pria yaitu Pak Eman. Saat itu Pak Eman sedang kebelet buang air kecil dan secara tidak sengaja melihat Nanang dan Nyonya Arini tengah bermadu kasih. Pak Eman menjadi iri kepada Nanang yang berhasil menyetubuhi Nyonya Arini karena ia dari dulu adalah penggemar berat Nyonya Arini. Ia sering berangan - angan untuk bisa bercinta dengan Nyonya Arini. Pak Eman pun bersembunyi di balik semak - semak sambil melihat Nanang dan Nyonya Arini yang akan segera melakukan senggama. Nanang berbaring di atas sebuah batu besar dan Nyonya Arini menunggangi kontol Nanang dari atas. Pantat Nyonya Arini bergerak maju mundur dan juga memutar. Nanang sangat suka ketika Nyonya Arini melakukan hal itu.



"Kamu suka ngentot dengan ku kan....aaahhhh...Aahhhh" erang Nyonya Arini.



"Su...Suka banget. Aku tidak ingin kontolku keluar dari memek kamu....Aaahhhh...Aaaahhh" erang Nanang sambil mencoba mengimbangi gerakan Nyonya Arini.



Gerakan Nyonya Arini yang liar dan tidak teratur itu membuat Nanang tidak bisa mengimbanginya. Ia ingin ikut menggerakkan pinggulnya, tapi gerakan Nyonya Arini yang erotis itu membuatnya hanya bisa diam dan menikmatinya. Lalu keduanya merubah posisi dengan bercinta sambil berdiri. Keduanya saling berhadap - hadapan dan Nanang mengangkat kaki kiri Nyonya Arini untuk membuka belahan memeknya. Lalu Nanang memasukkannya dan langsung menggunakan tempo penuh untuk menggenjot memek Nyonya Arini. Pak Eman sendiri ikut takjub dengan kejantanan Nanang. Ia mengira kalau satu - satunya pria jantan yang ada di desa ini hanyalah ia seorang. Pak Eman telah banyak bersetubuh dengan beberapa


gadis dan wanita yang ada di desa. Itulah kenapa Mbak Yuyun pernah mengatakan kalau kelakuan Pak Eman itu bukan menjadi rahasia lagi untuknya. Tubuh Nyonya Arini berguncang - guncang dan nafsunya semakin meningkat hingga ke ubun - ubun.



"Naaanngggg...Memekkuuuuuu muncraatttt...Aaaahhhhhh....Kontoooollllll...Aaahh hhh" jerit Nyonya Arini.



Nanang memeluk tubuh Nyonya Arini dengan kuat agar ia tidak jatuh. Nanang merasakan kontolnya semakin terjepit di dalam memek Nyonya Arini. Lalu Nanang mengeluarkan kontolnya dan terdapat cairan putih yang menempel di batang kontolnya. Nyonya Arini berjongkok dan menjilati kontol Nanang sampai bersih. Lalu Nyonya Arini menungging sambil bertopang di atas batu. Ia meminta Nanang untuk menggenjot anusnya yang terlihat sedikit terbuka karena Nyonya Arini yang suka meminta untuk bermain anal. Nanang menjilati anus Nyonya Arini sampai basah. Lalu Nanang masukkan kontolnya secara perlahan. Nyonya Arini mengeluh pelan karena meski sering digenjot Nanang, anusnya masih terasa perih ketika kontol Nanang masuk ke dalamnya. Pak Eman semakin iri dengan Nanang. Selama ini Pak Eman belum pernah merasakan yang namanya anal seks. Baginya lubang anus itu sangat jorok dan setelah melihat persetubuhan itu, pikiran Pak Eman berubah dan ia ingin sekali melakukan anal. Nanang menggenjot anus Nyonya Arini dengan penuh gairah, sementara tangan Nyonya Arini mengelus klitorisnya untuk menambah rasa nikmat.

"Nannngggg...Keluaariiinnn pejuuhmuuu di anuskuuu yaaahhh...Aaahhhhhh...Uuhhhhhhh" desah Nyonya Arini yang meminta Nanang memenuhi anusnya dengan spermanya.

Nanang mulai merasakan orgasmenya sudah hampir tiba. Ia percepat temponya sambil meremas toket Nyonya Arini yang menggantung dengan indahnya. Lalu dengan sekuat tenaga ia keluarkan spermanya di dalam anus Nyonya Arini. Belum lagi spermanya habis keluar, Nanang mencabut kontolnya dan menumpahkan sisa spermanya di wajah Nyonya Arini. Nyonya Arini terkulai lemas hingga ambruk di atas batu tersebut. Nanang yang masih merasa bergairah pun memasukkan kontolnya ke dalam memek Nyonya Arini hingga Nyonya Arini orgasme berkali - kali. Persetubuhan itu pun ditutup dengan Nanang dan Nyonya Arini bersantai di pinggir sungai. Mereka melihat matahari senja yang sangat indah di langit. Nyonya Arini merangkul lengan Nanang dan menyenderkan kepalanya di pundak Nanang. Nyonya Arini sangat bahagia sekali dan ia tidak ingin hari yang bahagia ini segera berakhir.



"Apakah kamu benar - benar ingin berhenti ???" tanya Nyonya Arini lagi yang masih ingin membujuk Nanang untuk bertahan.



"Keputusanku sudah bulat, Arini. Aku ingin kembali seperti diriku yang dulu. Aku merasa diriku yang ini bukanlah diriku yang sebenarnya" jawab Nanang sambil merangkul tubuh Nyonya Arini untuk semakin dekat dengannya.



"Baiklah, aku hargai keputusanmu itu. Tapi berjanjilah kalau kamu akan selalu ada bila aku membutuhkanmu" pinta Nyonya Arini yang berharap agar Nanang mau memenuhi permintaanya yang satu ini.



"Aku janji. Kapanpun Arini membutuhkanku, aku pasti akan ada di sana" kata Nanang sambil tersenyum lebar dan kemudian mencium bibir Nyonya Arini sebelum mereka kembali


ke rumah.



Pada hari - hari berikutnya, Nanang memulai aktifitas hariannya seperti dulu lagi. Ia kembali tinggal di rumahnya dengan sedikit melakukan renovasi agar rumahnya tampak cantik. Ia kini tinggal sendirian karena sang Ibu yang memilih untuk tinggal bersama Pak Eman. Berita tentang mundurnya Nanang dari pekerjaannya sudah diketahui oleh semua warga desa. Mereka mengapresiasi langkah Nanang yang dinilai tepat dan sangat berani. Warga mengembalikan image baik kepada diri Nanang yang sempat tercoreng. Nanang senang sekali bisa kembali ke kehidupan normalnya. Ia bisa bekerja di sawah dan berkumpul bersama teman - temannya lagi termasuk dengan Trisno. Bagi Trisno, kembalinya Nanang ke rumah itu membuatnya tidak bisa lagi menggunakan Ibu Nanang sebagai alat untuk mencari duit. Nanang sendiri masih berusaha mencari tahu ada kesepakatan apa antara Ibunya dan juga Trisno hingga ia dengan tega memperalat Ibunya. Trisno juga tidak tahu kalau Ibunya dan juga Nanang sering bersetubuh ketika ia sedang tidak ada di rumah. Ibu Trisno yang selalu meminta Nanang untuk menyetubuhinya karena sudah ketagihan. Sementara Kakak Trisno hanya bisa menjadi penonton karena ia dilarang oleh Ibunya untuk bercinta. Setidaknya Kakak Trisno bisa sedikit puas karena foreplay yang dilakukan oleh Nanang. Hubungan Nanang dan Mbak Yuyun mulai merenggang meski Mbak Yuyun telah mendengar berita tentang pengunduran diri Nanang. Bagi Mbak Yuyun, Nanang telah menyakiti hatinya dengan membagi kejantanannya dengan banyak wanita. Ia pikir hanya dirinya yang berhak merasakan kejantanan Nanang.



Sementara itu Pak Eman semakin hari semakin gelisah karena ia ingin sekali untuk bisa mencicipi tubuh Nyonya Arini. Rasa irinya terhadap Nanang membuatnya terus memikirkan cara untuk bisa melakukan niat bejatnya itu. Ia ingin mengancam Nyonya Arini karena ia adalah saksi persetubuhan


antara Nyonya Arini dan juga Nanang. Hingga pada suatu malam niat bejatnya itu pun berhasil dilakukannya dan bahkan ia melakukannya lebih dari yang ia duga. Saat itu hujan deras dan angin kencang sedang melanda desa Nanang. Malam - malam sekali Pak Eman keluar dari rumahnya sambil melawan cuaca ekstrem demi bisa merasakan tubuh Nyonya Arini. Ia menunggu waktu hingga pukul satu pagi di dalam hutan yang ada di depan rumah Nyonya Arini. Setiap pukul satu pagi selalu terjadi pergantian penjaga dan ia bisa memanfaatkan kelengahan itu untuk menyusup masuk ke dalam rumah Nyonya Arini. Sebagai mantan tangan kanan Nyonya Arini, ia tentu tahu seluk - beluk tentang rumah Nyonya Arini termasuk keamanannya.Saat pukul satu pagi tiba, Pak Eman langsung bergerak menuju pintu gerbang rumah Nyonya Arini. Ia melihat pos penjagaan tengah kosong melompong. Ia pun bergerak ke halaman belakang rumah Nyonya Arini dengan sangat hati - hati. Lalu ia memanjat ke atas balkon yang langsung terhubung dengan kamar Nyonya Arini. Ia beruntung karena pintu balkon tidak dalam keadaan terkunci dan ia pun masuk ke dalam kamar Nyonya Arini. Gairahnya pun langsung naik ketika melihat Nyonya Arini yang tengah tertidur pulas dengan telanjang bulat. Ia menelan ludah melihat keseksian tubuh Nyonya Arini yang tidak tertutupi satu helai benang pun. Ia melihat dada Nyonya Arini yang besar itu naik turun seiring dengan gerakan nafas Nyonya Arini. Ia mengeluarkan kontolnya dan mengocok kontolnya sambil melihat tubuh bugil Nyonya Arini. Lalu ia mendekat dan memberanikan diri meremas toket Nyonya Arini yang kenyal itu. Ia meremasnya dengan sangat kasar hingga membuat Nyonya Arini terbangun. Dengan keadaan kamar yang gelap gulita, Nyonya Arini melihat bayangan seseorang yang sedang meremas toketnya. Ia pikir kalau itu adalah Nanang dan ia terlihat bahagia sekali. Nyonya Arini menghidupkan lampu dan ia kaget melihat sosok bayangan itu yang ternyata adalah Pak Eman.



"EMAAANNN ! Apa yang kamu......."



Belum lagi Nyonya Arini menyelesaikan omongannya, mulut Nyonya Arini langsung disumpal oleh kontol Pak Eman. Nyonya Arini meronta dan berusaha mengeluarkan kontol Pak Eman dari dalam mulutnya. Ia mendorong dan memukul tubuh Pak Eman, namun Pak Eman terus bertahan sambil menggenjot kontolnya di dalam mulut Nyonya Arini. Lalu Nyonya Arini menggigit kontol Pak Eman dengan keras hingga Pak Eman langsung mengeluarkan kontolnya. Ia melihat kontolnya sedikit berdarah karena gigitan itu. Ia pun marah besar dan mencekik leher Nyonya Arini serta menamparnya.



"Kalau Nyonya tidak mau melayaniku, aku akan laporkan kepada warga tentang hubungan spesial Nyonya dengan Nanang" ancam Nyonya Arini.



"Uhuukkk..Uhukkkk...Hu...Hubungan apa yang kamu maksud ???" tanya Nyonya Arini sambil berusaha menyingkirkan tangan Pak Eman dari lehernya.



"Aku melihat Nyonya sedang ngentot dengan Nanang di sungai beberapa hari yang lalu" jawab Pak Eman dan Nyonya Arini pun terkejut.



"Dasarr bajingannn ! Aku tidak takuut padamuuuu !" kata Nyonya Arini yang tidak takut dengan ancaman Pak Eman.



Lalu Nyonya Arini berusaha untuk membuka lacinya. Ia berhasil meraih sebuah pisau belati peninggalan suaminya dan melayangkan pisau itu hingga menggores pipi Pak Eman. Pak Eman semakin emosi dan ia juga semakin beringat. Ia berusaha untuk mengambil pisau itu dari tangan Nyonya Arini dan secara tidak sengaja, Pak Eman justru menancapkan pisau itu tepat di leher Nyonya Arini. Pak Eman langsung kaget dan ia mulai ketakutan. Nyonya Arini yang masih tersadar berusaha untuk mencabut pisau itu dari lehernya yang mulai berceceran banyak darah. Ternyata rasa ketakutan Pak Eman masih lebih kecil dibanding gairah Pak Eman. Ia pun memanfaatkan situasi itu dengan langsung menusuk memek Nyonya Arini dengan kontolnya. Ia menyetubuhi Nyonya Arini sambil melihat Nyonya Arini yang sudah hampir mati karena kehilangan banyak darah. Lalu beberapa saat kemudian Nyonya Arini harus merenggang nyawa. Dengan seketika tubuh Nyonya Arini menjadi kaku, namun Pak Eman masih terus menggenjot kontolnya dengan penuh nafsu sambil memaki Nyonya Arini yang telah tiada. Sementara itu secara mengejutkan Nanang sudah berada di depan pintu gerbang Nyonya Arini. Entah kenapa malam itu ia tidak bisa tidur dan terus teringat akan Nyonya Arini. Ia memiliki firasat buruk tentang Nyonya Arini yang telah ia tinggalkan selama beberapa hari. Lalu ia pun meminta izin kepada penjaga untuk diterima masuk ke dalam Nyonya Arini. Lalu penjaga mengizinkan Nanang untuk masuk dan Nanang segera menuju ke lantai dua dimana kamar Nyonya Arini berada. Ia membuka pintu kamar Nyonya Arini dengan pelan karena ia sengaja ingin mengejutkan Nyonya Arini. Setelah pintu sedikit terbuka, Nanang mendengar suara ribut dari arah ranjang Nyonya Arini. Ia pun masuk ke dalam kamar dan ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ia begitu kaget dan juga syok melihat tubuh Nyonya Arini yang bersimbah darah dengan pisau yang masih menancap di lehernya. Lalu matanya tertuju pada pria yang masih sibuk menggenjot memek Nyonya Arini. Lalu Nanang mengambil sebuah tongkat panjang dan memukulkan tongkat itu ke punggung Pak Eman. Lalu Pak Eman tersungkur sambil memegangi punggungnya. Nanang terkejut kalau pria tersebut adalah Pak Eman dan Pak Eman juga kaget bukan main setelah dipergoki oleh Nanang. Dengan tergesa - gesa Pak Eman keluar dari kamar Nyonya Arini melalui balkon dan ia pun memberanikan diri untuk melompat ke bawah. Alhasil pendaratannya pun tidak sempurna yang mengakibatkan kakinya patah. Para penjaga yang melihat kejadian itu langsung mengepung Pak Eman. Nanang ikut turun ke bawah dan langsung menghajar Pak Eman hingga habis - habisan. Ia begitu emosi sampai sulit untuk mengontrol dirinya sebelum para penjaga berhasil memegang tubuh Nanang. Para penjaga terkejut setelah mendengar Nyonya Arini telah tewas dibunuh oleh Pak Eman. Lalu para penjaga melaporkan Pak Eman kepada polisi. Nanang kembali ke kamar Nyonya Arini untuk melihat jasad seseorang yang ia sayangi. Nyonya Arini tengah dikerubungi oleh para pembantunya yang syok melihat tubuh kaku Nyonya Arini yang mengenaskan. Nanang memeluk Nyonya Arini dan menangis sejadi - jadinya. Ia merasa gagal karena tidak mampu melindungi Nyonya Arini. Ia merasa menyesal setelah meninggalkan Nyonya Arini. Rasa penyesalan Nanang tidak akan mengembalikan Nyonya Arini yang telah meninggal dunia. Nanang menutup mata Nyonya Arini yang masih terbuka dan kemudian mencium kening Nyonya Arini untuk terakhir kali.



"Aku cinta padamu Arini. Maafkan aku karena gagal melindungimu" kata Nanang dengan mengucapkan kata - kata terakhir untuk Nyonya Arini.



Meninggalnya Nyonya Arini menjadi berita besar pada keesokan harinya. Warga terkejut mendengar kematian Nyonya Arini yang harus meregang nyawa di tangan Pak Eman selaku kepala desa. Dilain sisi, warga merasa senang karena sosok juragan desa yang sombong dan menakutkan telah pergi untuk selamanya. Hutang - hutang yang belum sempat mereka lunaskan secara otomatis telah hilang seiring dengan kepergian Nyonya Arini. Ada yang menganggap kematian Nyonya Arini sebagai azab dari Tuhan karena sifat sombongnya itu. Ada pula yang menganggap peristiwa ini sebagai langkah bagi desa itu untuk menjalani kehidupan yang baru. Namun dengan rasa solidaritas dan kekeluargaan yang tinggi, warga desa tetap berbondong - bondong mengantar kepergian Nyonya Arini ke peristirahatannya yang terakhir. Mungkin hanya Nanang satu - satunya orang yang menangisi kepergian Nyonya Arini. Air mata terus mengalir membasahi wajahnya seiring tubuh Nyonya Arini yang telah dibaringkan di liang lahat. Warga menganggap aneh kesedihan Nanang yang terlalu berlebihan. Warga pun merasa kalau Nanang akan mewarisi semua sifat Nyonya Arini karena kedekatan mereka selama ini. Padahal alasan Nanang bersedih karena baginya Nyonya Arini adalah sosok wanita yang baik dan telah memberikan segalanya untuknya. Ia sudah terlanjur jatuh cinta pada Nyonya Arini meski usia mereka yang terpaut sangat jauh. Padahal ia memiliki rencana - rencana hebat bersama Nyonya Arini suatu hari nanti. Namun semua itu hanya tinggal kenangan dan yang telah terjadi tidak akan bisa


kembali. Sementara Pak Eman telah dijebloskan ke dalam penjara untuk membayar pembunuhan itu meski ia tidak sengaja untuk melakukannya. Bu Nining sendiri memilih untuk bercerai dan ia sangat menyesal mengenal Pak Eman. Ia sangat menyesal karena dengan mudahnya memberikan tubuhnya untuk Pak Eman.



Kini Nanang dan Bu Nining telah kembali ke kehidupan mereka. Nanang memilih untuk menutup diri karena tidak bisa menerima kepergian Nyonya Arini. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah setelah mengurus sawahnya dan menjadi seorang pria yang pendiam. Ibunya merasa khawatir dan juga aneh dengan kesedihan Nanang yang berlebihan ini. Disaat warga senang dengan kepergian Nyonya Arini, Nanang justru menangis dan berharap Nyonya Arini bisa hidup kembali.



"Kenapa kamu terus bersedih seperti ini ???" tanya Bu Nining kepada anaknya yang terus dirundung kesedihan.



"Aku rindu Nyonya Arini" jawab Nanang dengan tangis yang terisak. Setiap kali menyebut nama Nyonya Arini, air mata Nanang terus mengalir.



"Semua orang bahagia karena Nyonya Arini telah tiada, tapi kenapa kamu malah sedih ???" tanya Ibu Nining yang semakin penasaran.



"Ibu tidak tahu kalau aku punya hubungan yang spesial dengan Nyonya Arini" jawab Nanang dengan jujurnya.



"Hubungan spesial bagaimana maksudnya ???" tanya Ibu Nining lagi.



Lalu dengan kejujuran hatinya, Nanang menceritakan semua kisah indahnya dengan Nyonya Arini. Bu Nining tidak terlalu kaget mendengar kisah persetubuhan anaknya dengan Nyonya Arini. Ia memilih untuk diam karena ia sendiri juga melakukan hal yang sama dengan Pak Eman dan pria lain. Nanang mengatakan kalau ia sudah jatuh cinta kepada Nyonya Arini. Ibunya memakluminya dan menganggap kalau Nanang telah tumbuh menjadi pria dewasa. Bu Nining hanya berpesan agar Nanang mau melupakan Nyonya Arini dan memulai hidupnya seperti dulu lagi.



"Aku juga ingin tanya sesuatu pada Ibu" kata Nanang dengan serius.



"Mau tanya apa ???" kata Bu Nining yang merasa was - was dengan wajah serius yang ditunjukkan oleh Nanang.



"Ada hubungan apa antara Ibu dan Trisno ???" tanya Nanang dan bagaikan petir yang menyambar, Ibu Trisno begitu kaget mendengar pertanyaannya itu.



Ia kaget karena ternyata Nanang telah mengetahui hubungannya dengan sahabat anaknya itu. Tapi rasa kaget itu tidak berlangsung lama. Bu Nining memilih untuk berkata jujur karena anaknya juga telah mengatakan hal yang jujur kepadanya. Ibunya mengakui ada kesepakatan antara Trisno dan juga dengannya. Kesepakatan itu terjadi karena Trisno telah mengetahui affair antara dirinya dan juga Pak Eman jauh Nanang mengetahuinya. Trisno pun memanfaatkan itu untuk mencari uang dengan menjadikannya sebagai pelacur. Bu Nining tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti permintaan Trisno. Jika tidak, Trisno akan melaporkannya kepada Nanang. Mendengar pengakuan Ibunya itu, Nanang hanya tersenyum mendengarnya. Ternyata apa yang ia duga selama ini benar adanya. Ia sudah menduga kalau Trisno pasti sedang mengancam Ibunya dengan sesuatu hal. Nanang pun kembali jujur kalau ia sudah tahu affair antara Ibunya dan juga Pak Eman. Bu Nining rasanya mau pingsan setelah mendengar pengakuan anaknya itu. Ternyata rahasia yang selama ini ia simpan telah diketahui oleh anaknya. Lalu Nanang kembali jujur kalau ia telah balas dendam dengan menyetubuhi Ibu Trisno dan juga kakaknya. Bu Nining nyaris marah besar karena kelakuan anaknya itu. Tapi ia berusaha untuk meredam amarahnya karena semua ini adalah kesalahannya. Bu Nining merasa gagal sebagai seorang Ibu yang seharusnya


membesarkan anaknya dengan kasih sayang. Keduanya pun berpelukan dan menangis.



"Ibu harus janji padaku untuk tidak melakukannya lagi" pinta Nanang.



"Iya, Nak. Kamu juga harus janji pada Ibu untuk tidak balas dendam lagi" pinta Bu Nining.



Lalu Ibu dan anak itu saling bertatap - tatapan untuk beberapa saat. Secara spontan Nanang mengecup bibir Ibunya dengan mesra. Bu Nining sedikit kaget tapi tidak berusaha untuk marah. Melihat tidak ada reaksi dari Ibunya, Nanang kembali mengecup bibir Ibunya dan kali ini ia bertahan sedikit lama. Bu Nining mulai terbuai karena ciuman hangat anaknya itu. Mulutnya sedikit terbuka dan dengan segera lidah Nanang menyusup masuk ke dalam rongga mulut Ibunya. Nanang memainkan lidahnya di dalam mulut Ibunya. Lalu lidah Bu Nining ikut bergerak dan kini lidah mereka saling menjilat. Nanang mendorong kepala Ibunya agar bibir mereka semakin rapat. Nanang membelai punggung Ibunya dan membuka kaitan BH Ibunya dari luar baju Ibunya. Bu Nining masih terbuai dengan ciuman Nanang hingga tidak sadar kalau pengait BH nya telah terbuka. Lalu Nanang semakin memberanikan diri dengan menyusupkan tangannya ke dalam celana kain Ibunya. Ia berhasil membelai memek Ibunya dan kini Bu Nining mulai tersadar dari lamunannya. Ia mengeluarkan tangan Nanang dari celananya.



"Kita tidak boleh melakukan ini" kata Ibunya sambil beranjak keluar dari kamar Nanang. Tapi dengan segera Nanang menahan tangan Ibunya dan Ibunya kembali duduk di kasur Nanang.



"Aku sudah lama ingin melakukan ini. Bolehkah aku ngentot dengan Ibu ???" tanya Nanang dengan penuh pengharapan.



"Tapi, kita memiliki hubungan sedarah. Kita tidak boleh melakukan ini" jawab Bu Nining.



"Aku mohon, Bu. Aku sudah lama ingin merasakan tubuh Ibu. Aku iri dengan Pak Eman dan Trisno yang bisa menyicipi tubuh Ibu" kata Nanang sambil memohon.



Seberapa kuatnya Nanang memohon, Ibu Nining tetap tidak mau melakukannya karena ia takut akan terkena kutukan bila bersetubuh dengan anaknya sendiri. Nanang pun tidak kehilangan akal. Ia berdiri dan membuka celananya. Kemudian ia memamerkan kontolnya yang besar dan panjang itu kepada Ibunya. Sontak Bu Nining merasa kaget dengan ukuran kontol Anaknya yang tidak lazim itu. Ia kira selama ini hanya kontol Pak Eman yang memiliki ukuran terbaik, ternyata justru kontol anaknya yang lebih mengerikan. Nanang meraih tangan Ibunya dan meletakkannya di kontolnya. Ibu Nining menggenggam kontol Nanang yang terasa hangat di telapak tangannya. Ia begitu takjub melihat kontol anaknya itu yang berwarna hitam gelap. diameter ujung kontolnya juga sangat lebar yang membuatnya berandai - andai ketika kontol itu masuk ke dalam memeknya. Nanang membiarkan tangan Ibunya mengelus kontolnya. Ia harap setelah ini Ibunya mau bersetubuh dengannya sesuai dengan apa yang ia inginkan sejak dulu. Bu Nining mulai merasakan gairahnya setelah menggenggam kontol Nanang. Ia tidak tahan untuk segera mencicipi kontol Nanang di mulut dan juga memeknya. Nanang mulai menyadari kalau Ibunya sudah mulai bergairah untuk bersetubuh dengannya. Nanang membuka baju Ibunya dan kemudian melepaskan BH nya. Toket Ibunya yang menggantung indah itu seperti sudah tidak sabar untuk dijamah oleh mulut Nanang. Dengan rakusnya, Nanang menghisap kedua pentil Ibunya yang panjang itu. Bu Nining begitu menikmatinya dengan tangannya yang tak mau lepas dari kontol Nanang. Nanang senang sekali karena akhirnya ia bisa merasakan kenikmatan toket Ibunya meski tak lagi padat. Kemudian Nanang meminta Ibunya untuk berdiri dan melepas celana Ibunya. Nanang tersadar kalau Ibunya mengenakan celana dalam G - String yang pernah diberikan oleh Pak Eman yang merupakan milik Nyonya Arini. Kembali Nanang teringat akan Nyonya Arini yang sangat suka mengenakan celana dalam model tersebut. Kemudian Nanang menenggelamkan wajahnya di selangkangan Ibunya. Ia menghirup aroma selangkangan Ibunya yang sangat khas itu. Kemudian Nanang membuka celana dalam itu dan membelai lembut jembut Ibunya yang lebat hingga menutupi belahan memeknya. Nanang meminta Ibunya untuk berbaring dan melebarkan kedua kakinya. Nanang menyibak bulu jembut itu untuk bisa menjilati memek Ibunya. Ia melihat lubang memek Ibunya yang merekah merah. Lubangnya tampak sedikit lebar karena sudah ditusuk oleh banyak kontol. Nanang menjilati klitosi Ibunya yang menonjol itu. Bu Nining menggeliat seperti cacing karena gelinya. Ia meremas rambut Nanang dan menekan kepala Nanang agar Nanang semakin buas menjilati memeknya. Aliran cairan cinta Bu Nining semakin banyak dan membuat Nanang semakin bersemangat. Ia masukkan tiga jarinya sekaligus ke dalam lubang Ibunya. Ia tusuk dengan cepat sembari menjilati klitoris Ibunya.



"Aaahhhh...Naaanggggg....itilll Ibuuuu rasanyaaa enaaaakkk..Aaahhhhhhh...Ibuuu mauuuu keluuuarrr....Oooouuuhhhhhh" erang Bu Nining.



Sesaat kemudian Bu Nining mulai orgasme. Ia menekan kepala Nanang agar lidahnya terus menjilati klitorisnya. Nanang merasakan dinding memek Ibunya berkedut kencang dan terasa semakin hangat. Lalu ia keluarkan jarinya yang basah dan lengket itu. Kemudian ia memasukkan jarinya ke dalam mulut Ibunya. Bu Nining menjilatinya dengan penuh penghayatan. Ia begitu menikmati cairan cintanya sendiri. Kemudian Nanang memberikan waktu untuk Ibunya beristirahat guna menikmati sisa - sisa orgasmenya. Sementara itu Nanang sibuk menjilati anus Ibunya yang terlihat sempit dan menantang. Bu Nining tersenyum dalam hati karena baru kali ini ada seseorang yang berani menjilati anusnya. Nanang membasahi jarinya dan menusuk anus Ibunya dengan jari tengahnya. Bu Nining kembali merasakan nikmat yang tiada tara. Mungkin dikarenakan anusnya yang masih perawan sehingga masih terasa sempit dan nikmat.



"Sini kontolmu. Giliran Ibu yang pengen merasakan kontol gedek" kata Bu Nining.



Lalu Nanang berbaring di atas kasurnya. Bu Nining mengocok kontol Nanang sambil menatap wajah anaknya yang sangat menikmati kocokannya itu. Kerasnya kontol Nanang membuat Bu Nining betah untuk terus mengocoknya. Kemudian Bu Nining mulai menjilati batang kontol Nanang dan juga menghisap buah zakarnya. Nanang menggeliat dan mengerang ketika Ibunya menggelitik lubang kontolnya dengan lidahnya. Kontolnya tak berhenti berkedut dan pelumasnya terus mengalir. Kemudian Bu Nining memasukkan kontol Nanang ke dalam mulutnya. Bu Nining terlihat kesulitan karena besarnya kontol anaknya itu. Ia pun menghisap kontol Nanang dengan perlahan sambil terus mengocok kontol anaknya. Tangan Nanang juga tak berhenti meremas toket Ibunya itu. Lalu Bu Nining melakukan deep throat hingga batang kontol Nanang mentok di ujung kerongkongannya. Ia bertahan hingga 15 detik sebelum akhirnya tersedak - sedak. Tapi ia tidak mau menyerah dan terus melakukan deep throat hingga kerongkongannya mulai terasa kebas. Bu Nining terlihat bahagia sekali dan ia seperti seorang wanita binal yang maniak kontol. Ia tidak peduli akan pandangan anaknya yang menganggapnya seperti seorang pelacur yang ketagihan kontol. Ia terus menjilat dan mencium batang kontol Nanang. Sementara Nanang hanya tersenyum melihat tingkah Ibunya itu. Ia biarkan Ibunya untuk menikmati kontolnya selama yang ia suka.



"Ayo kita ngentot sayang" ajak Bu Nining yang telah bersiap mengambil posisi nungging di samping Nanang.



"Aku gak mau. Tadi Ibu melarangku untuk bersetubuh dengan Ibu" tolak Nanang. Sebenarnya ia hanya berpura - pura untuk memancing nafsu Ibunya.



"Tadi Ibu hanya becanda. Ayo sini masukin kontol kamu ke memek Ibu" kata Bu Nining sambil memperlihatkan lubang memeknya.



"Gak mau ah. Nanti kita bisa terkena kutukan" jawab Nanang seperti yang dikatakan Ibunya diawal tadi.



"Jangan gitu sayang. Itu sama saja kamu akan menyiksa Ibu. Ayo sini kontolin memek Ibu. Buat Ibu seperti lonte yang haus kontol" rengek Bu Nining.



Nanang tertawa terbahak - bahak mendengar ucapan Ibunya itu. Nanang beruntung sekali bisa memiliki Ibu yang binal seperti Ibunya. Lalu Nanang segera mengambil posisi enak untuk bisa menikmati memek Ibunya itu. Nanang tusukan kontolnya dengan sangat mudah hanya dalam sekali tekan. Bukannya yang Nanang yang menggerakkan pinggulnya, justru Ibunya yang berinisiatif lebih dulu menggenjot kontol Nanang dengan gerakan maju mundur. Nanang hanya diam sambil sesekali memukul pantat Ibunya yang besar itu. Sesekali Bu Nining menggoyangkan pantatnya dengan cara diputar sehingga kontol Nanang semakin terasa nikmat di dalamnya. Kali ini Nanang ikut menggerakkan pinggulnya. Keduanya saling beradu tusukan yang membuat keduanya semakin tenggelam dalam lembah kenikmatan. Nanang menarik rambut Ibunya sehingga sambil terus menusuk kontolnya. Bu Nining tidak bisa membohongi dirinya kalau ia sangat menikmatinya. Setiap tusukan kontol Nanang semakin membuatnya bergairah. Sesaat kemudian Bu Nining telah orgasme untuk kedua kalinya. Nanang merasakan kontolnya semakin dijepit dan hangat.



"Ibu keluar lagi. Memek Ibu gak tahan disodok kontol besar" kata Bu Nining.



"Yaudah Ibu istirahat aja dulu" kata Nanang yang ingin memberikan Ibunya waktu untuk beristirahat.



"Gak usah. Kamu entot aja memek Ibu lagi. Entot lontemu ini dengan sodokan yang nikmat" suruh Bu Nining yang tidak ingin Nanang berhenti menyodok kontolnya.



Nanang pun mendengar apa yang disuruh Ibunya. Nanang kembali menggenjot memek Ibunya dan kali ini dengan tempo yang sedang. Ia ingin Ibunya semakin bergairah dan memohon untuk terus digenjot. Nanang memang sangat suka memancing gairah Ibunya agar permainan mereka semakin hot.



"Ibu mau di atas. Gantian Ibu yang mau memekin kamu" pinta Bu Nining sambil menggeser tubuhnya.



Nanang kembali berbaring dan Ibunya langsung memasukkan kontol Nanang ke dalam memeknya. Kali ini Ibunya semakin liar dengan gerakan yang tidak bisa dikendalikan. Nanang menyuruh Ibunya untuk bergerak perlahan, tapi Bu Nining tidak mau mendengarkannya. Pinggulnya seakan tidak mau berhenti dan terus menggenjot kontol Nanang. Suara denyitan kasur Nanang mulai terdengar. Suara itu semaki terdengar nyaring ketika Ibu Nanang dengan kuatnya menghentakkan pinggulnya. Kasur Nanang yang sudah lapuk membuat suara denyitan itu terdengar semakin nyaring dan kuat. Dan BRAAAKKKKKKKKKKK, kasur Nanang pun akhirnya roboh karena tidak mampu menahan beban akibat genjotan Ibunya yang tidak


terkendali. Nanang sempat merasakan serangan jantung ringan, sementara Ibunya seakan tidak merasakannya dan terus menggenjot Nanang meski kasur Nanang telah roboh. Bu Nining menarik kepala Nanang untuk menghisap toketnya. Dengan sigap Nanang melahap kedua gunung kembari milik Ibunya itu. Ia bernafsu sekali menghisapnya hingga kedua puting Ibunya semakin panjang dan membesar.



"Kamu suka dimemekin atau dikontolin ???" tanya Bu Nining di sela - sela genjotannya.



"Akuuu...Akuuuu suka dua - duanya Bu....Aaaahhhh...Pelaaann Buuuu" pinta Nanang yang mulai merasakan ngilu di kontolnya.



"Aaaahhhhh...Kalauuu Ibuuu sukaaa dimemekiinnn...Ibuuuu jadii bebas ngentooott kontol kamuuuu...Aaaahhhh....Uuuuuhhh" erang Bu Nining yang semakin tidak terkendali.



Nanang suka sekali melihat Ibunya yang binal itu. Ia semakin gemas dan semakin bergairah dengan kebinalan Ibunya itu. Karena terlalu bersemangat, tenaga Bu Nining mulai kendur dan ia pun sudah tak sanggup lagi menggenjot kontol anaknya.



"Aaahhhh...Ibu capeekkkk...Gantian kamuu yang kontolinn Ibu" pinta Bu Nining dengan nafas yang naik turun.



Nanang menggenjot memek Ibunya dengan menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ia melakukannya dengan pelan agar ia bisa menikmati gesekan antara batang kontolnya dan juga dinding memek Ibunya. Tapi Bu Nining tampak tidak puas dan meminta anaknya untuk melakukannya dengan lebih cepat. Ia pun merasakan orgasmenya akan segera tiba.



"Nangggg...Entoott yang cepaatttt...loyo bangeett sihhhh" rengek Ibunya sambil memukul dada Nanang.



"Aku mau Ibu memohon" pancing Nanang dan ia pun menghentikan genjotannya untuk mendengar suara permohonan dari Ibunya.



"Nanang sayangggg...Entoott memek Nininggg yaaa...Entoottt yang kuuattt...Soalnyaaa memekk Nininggg udah mauu muncratt nihhh" mohon Bu Nining.



Setelah mendengar permohonan Ibunya, barulah Nanang kembali menggenjot memek Ibunya dengan tempo yang luar biasa cepatnya. Nanang mengerahkan seluruh tenaganya dan berharap ia segera mendapatkan orgasmenya. Nanang merasakan orgasme Ibunya yang tidak terkendali. Bu Nining mengerang dan mendesah dengan hebatnya. Ia tidak peduli apakah desahannya itu terdengar sampai ke luar rumahnya. Nanang pun juga sudah mulai merasakan orgasmenya sudah dekat. Nanang semakin cepat hingga memek Ibunya terasa perih.



"Hentikaaannnn...Hentikaaannnnnn !" Jerit Bu Nining yang tidak kuat menahan sakit di memeknya.



Nanang tidak berhenti dan terus menggenjotnya. Air liur Ibunya bertumpahan di dadanya seperti anjing yang terkena rabies. Bu Nining mulai menangis karena tak sanggup menahan perih. Dan akhirnya orgasme Nanang pun tiba. Dengan sekuat tenaga ia menancapkan kontolnya semakin dalam hingga menyentuh rahim Ibunya. Ia keluarkan seluruh cairan panasnya di dalam memek Ibunya. Bu Nining merasakan betapa hangatnya sperma anaknya itu. Ia merasakan aliran sperma Nanang masuk ke dalam rahimnya. Bu Nining memeluk Nanang dengan erat dan ia takjub karena Nanang tidak berhenti mengeluarkan spermanya hingga belasan kali semprotan.



"Kenapa pejuhmu begitu banyak ???" tanya Bu Nining.



"Aku tidak tahu, Bu. Aku selalu begitu setiap kali keluar" jawab Nanang yang tidak tahu penyebabnya.



Lalu keduanya pun terkulai lemas tak berdaya. Kontol Nanang masih menancap di dalam memek Ibunya sambil merasakan pijatan lembut dinding memeknya. Tanpa sadar keduanya pun mulai tertidur karena kelelahan. Keduanya tidur sambil berpelukan dengan kontol Nanang yang tetap menancap di memek Ibunya. Sementara itu Mbak Yuyun tampak mengayuh sepedanya menuju rumah Nanang. Ia ingin meminta maaf karena atas sikapnya yang lalu dan sekaligus untuk mengucapkan bela sungkawa atas kematian Nyonya Arini. Ia tidak datang di hari pemakaman Nyonya Arini. Ia sudah mendengar gosip kalau Nanang berubah menjadi seorang yang pendiam setelah kematian Nyonya Arini. Mbak Yuyun meletakkan sepedanya di bawah pohon mangga yang ada di depan rumah Nanang. Ia mengetuk pintu rumah Nanang tapi tidak ada jawaban. Ia pun memutuskan untuk nyelonong masuk ke dalam rumah Nanang. Ia mencari Nanang di seluruh ruangan dan akhirnya menemukan Nanang di kamarnya. Mbak Yuyun begitu tercengang melihat Nanang yang tengah telanjang bulat bersama Ibunya, sedang tidur sambil berpelukan. Ia melihat kontol Nanang yang masih menancap di memek Ibunya. Tiba - tiba gairah Mbak Yuyun muncul dan semakin kuat. Ia tidak tahan melihat kontol Nanang yang masih ereksi itu. Lalu dengan hati - hati Mbak Yuyun mengeluarkan kontol Nanang dari memek Ibunya. Sperma Nanang ikut mengalir


keluar dari memek Ibunya. Karena sudah tidak tahan, Mbak Yuyun langsung menjilati kontol Nanang dengan penuh nafsu. Ia membersihkan batang kontol Nanang yang masih belepotan oleh spermanya. Nanang pun terbangun meski masih setengah sadar. Ia merasakan geli sekaligus nikmat di kontolnya.



"Bu, biarkan aku tidur sebentar lagi" kata Nanang yang mengira kalau kontolnya sedang diemut oleh Ibunya.



"Ibu lagi tidur. Jangan ganggu dulu" kata Bu Nining yang merasa tidak melakukan apapun.



"Lalu kenapa kontolku rasanya geli" kata Nanang.



Lalu Nanang membuka matanya dan melihat Ibunya yang tertidur pulas di atas tubuhnya. Nanang pun terperanjat dan menggeser tubuh Ibunya. Ia kaget melihat Mbak Yuyun yang tengah sibuk menjilati kontol Nanang. Bu Nining juga kaget melihat kehadiran Yuyun. Ia segera menutupi tubuhnya dengan selimut.



"Mbak Yuyun ngapain ke sini ???" tanya Nanang.



"Aku kemari mau menikmati kontol kamu" jawab Mbak Yuyun sambil terus mengemut kontol Nanang.



"Apa kamu juga pernah bercinta dengan Yuyun ???" tanya Bu Nining.



Nanang pun mengangguk tanda iya. Ia mengatakan kalau Mbak Yuyun lah yang telah mengajarinya soal seks. Bu Nining begitu heran karena Nanang telah merasakan tubuh banyak wanita selama ini termasuk tubuh anak angkatnya sendiri. Mbak Yuyun seakan tidak peduli dengan mata Bu Nining yang terus melotot kepadanya. Saat ini yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana cara dia untuk bisa menikmati kontol Nanang. Nanang sendiri membiarkan Mbak Yuyun mengemut kontolnya sambil mengelus kepalanya. Ia melihat wajah Ibunya yang sepertinya tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Yuyun. Ia tidak senang karena menurutnya kontol Nanang telah menjadi miliknya sepenuhnya. Nanang menarik tubuh


Ibunya untuk duduk di sampingnya.


"Bu, boleh kan Mbak Yuyun ikut menikmati kontolku ???" mohon Nanang.

"Tapi, kontol kamu seharusnya hanya untuk Ibu" jawab Bu Nining yang takut tidak akan kebagian kejantanan anaknya lagi.

"Kontolku akan selalu menjadi milik Ibu. Kita kan tinggal serumah" hibur Nanang sambil tersenyum.



Bu Nining berpikir apa yang dikatakan Nanang ada benarnya juga. Mereka tinggal serumah dan tentunya Bu Nining memiliki waktu lebih banyak untuk bisa menikmati kontol anaknya itu. Nanang kembali bergairah karena sedotan mulut Mbak Yuyun terasa semakin nikmat. Ia pun kembali menyantap toket Ibunya yang juga mulai horni melihat Mbak Yuyun yang tengah mengemut kontol anaknya itu.


"Gantian, Yun" pinta Bu Nining yang juga ingin mengemut kontol anaknya.


Dengan senang hati Mbak Yuyun membagi kontol Nanang dengan Bu Nining. Sama seperti Mbak Yuyun, Bu Nining langsung melahap kontol tersebut bagai melahap permen. Sedotan Ibunya membuat Nanang berkali - kali mengangkat pinggulnya. Tangan Ibunya tak berhenti memeras kontol Nanang demi mendapatkan cairan pelumasnya. Sementara itu Mbak Yuyun hanya menonton sambil menunggu gilirannya lagi. Nanang sangat senang melihat dua wanita binal itu. Ia sangat bersyukur memiliki kontol yang ternyata membuat wanita tergila - gila padanya. Kemudian Ibunya kembali memberikan kontol anaknya kepada Mbak Yuyun. Nanang meminta Ibunya untuk berjongkok di atas wajahnya karena ia ingin menikmati memek Ibunya. Bu Nining menyanggupinya dan ia pun berjongkok di atas wajah Nanang. Bu Nining sedikit mengangkat kepala Nanang agar Nanang dengan mudah menjilati memeknya. Sementara itu Mbak Yuyun melihat Nanang yang tengah asik "memakan" memek Bu Nining dan membuatnya ingin melakukannya juga.



"Nang, jilat memek ku juga" pinta Mbak Yuyun sambil membuka celananya.

Lalu Nanang meminta Ibunya untuk bergeser, tapi Bu Nining menolaknya. Bu Nining masih ingin Nanang menjilati memeknya sampai ia orgasme. Mbak Yuyun yang telah dirasuki gairah setan pun mulai beradu mulut dengan Bu Nining. Mereka juga saling tolak - menolak untuk bisa merasakan jilatan lidah Nanang.
"Gantian dong, Bu. Memek ku juga perlu dilayani" kata Mbak Yuyun sambil menggesek memeknya dengan jarinya.


"Gak mau ah. Aku kan belum keluar. Kamu nikmati aja kontol Nanang" suruh Bu Nining yang berusaha untuk mempertahankan tempatnya.
"Pokoknya kita harus gantian" paksa Mbak Yuyun sambil mendorong Bu Nining hingga terjatuh.

Nanang pun ikut emosi melihat pertengkaran keduanya. Lalu Nanang meminta keduanya untuk berbaring dan melebarkan kedua kaki mereka. Kemudian Nanang memasukkan dua jarinya sekaligus ke dalam lubang memek kedua wanita itu. Dengan tempo cepat, Nanang menusuk jarinya hingga membuat keduanya menggeliat. Mbak Yuyun dan Bu Nining mendesah keenakan dan tanpa sadar keduanya saling berciuman. Gairah keduanya yang telah berada di puncak membuat keduanya jadi lupa diri dan merubah hasrat mereka menjadi biseksual. Tangan Mbak Yuyun meremas kasar toket Bu Nining, sementara tangan Bu Nining mendorong kepala Mbak Yuyun untuk semakin dekat dengan bibirnya. Nanang semakin bersemangat melihat tingkah kedua wanita itu. Ia semakin mempercepat temponya sehingga membuat kedua wanita itu semakin tak terkendali. Lalu sesaat kemudian keduanya orgasme secara bersamaan. Jari Nanang dijepit dengan sangat kuat hingga cairan kedua wanita itu berhenti mengalir. Lalu Nanang mengeluarkan jarinya dan dengan penuh nafsu, Bu Nining dan Mbak Yuyun berebutan untuk menjilati jari Nanang.



"Entot memek ku, Nang" pinta Mbak Yuyun sambil membuka belahan memeknya.



"Jangan ! Entot Ibu dulu" pinta Bu Nining yang ingin mendapat jatah lebih dulu.



Lalu Nanang memutuskan untuk menggenjot memek Mbak Yuyun terlebih dahulu. Nanang sudah lama tidak menikmati memek Mbak Yuyun dan meminta Ibunya untuk bersabar. Bu Nining pun akhirnya mengalah dan memilih untuk menunggu gilirannya. Kemudian Nanang segera menggenjot Mbak Yuyun dengan posisi anjing kawin. Mbak Yuyun merasa gembira karena bisa merasakan genjotan Nanang setelah berminggu - minggu lamanya tidak bercinta dengan Nanang. Nanang juga dengan penuh gairah menusuk memek Mbak Yuyun yang dirasanya makin sempit. Sementara itu Bu Nining melihat keduanya sambil bermasturbasi. Ia menusuk memeknya dengan tiga jarinya sekaligus. Melihat Bu Nining yang tengah bermasturbasi, hal itu membuat Mbak Yuyun semakin bergairah. Ia meminta Bu Nining untuk duduk di depannya. Kemudian Mbak Yuyun menjilati memek Bu Nining yang sudah basah itu. Gairahnya yang besar membuat Mbak Yuyun begitu berani untuk menjilati memek Bu Nining. Sementara Bu Nining sendiri tidak percaya kalau memeknya sedang dijilati oleh sesama wanita, meski ia tidak berbohong kalau ia sangat menikmatinya. Nanang ikut bersemangat melihat aksi Mbak Yuyun dan Ibunya itu. Memek Mbak Yuyun semakin ditusuk dengan kuat.



"Gantian dong sayang" rengek Bu Nining yang tidak mampu menahan nafsunya untuk segera digenjot oleh Nanang.



Lalu Nanang pun mencabut kontolnya dari lubang memek Mbak Yuyun. Mbak Yuyun merasa tidak senang karena ia masih ingin menikmati kontol Nanang lebih lama lagi. Ia meraih kontol Nanang dan menancapkannya kembali di dalam memeknya.



"Sebentar lagi ya, Bu. Bentar lagi memekku bakalan keluar" kata Mbak Yuyun dan menyuruh Nanang untuk mengebor memeknya lagi.



Bu Nining kembali harus mengalah. Ia memilih untuk berdiam diri di sudut kamar sambil melihat Nanang dan Mbak Yuyun. Nafsunya lama - kelamaan jadi hilang dan akhirnya ia pun memilih untuk keluar kamar. Nanang jadi merasa tidak enak kepada Ibunya. Dengan sekuat tenaga, Nanang berusaha untuk membuat Mbak Yuyun mencapai orgasmenya. Selang beberapa saat kemudian, Mbak Yuyun pun telah merasakan orgasmenya. Ia menekan pantatnya dengan kuat sehingga kontol Nanang yang besar dan panjang itu ditelan oleh memek Mbak Yuyun. Orgasme yang dirasakan oleh Mbak Yuyun sungguh luar biasa dan membuatnya lemah seketika. Nanang segera mencabut kontolnya dan ia pun mencari Ibunya. Nanang mencari ke seluruh ruangan dan tidak menemukan Ibunya. Lalu ia pergi ke belakang rumahnya untuk mencari Ibunya di kamar mandi. Ternyata Ibunya berada di sana. Bu Nining terlihat sedang jongkok karena sedang buang air kecil. Nanang terkesima melihat air kencing Ibunya yang mengucur dengan derasnya. Lalu Nanang menggendong tubuh Ibunya hingga membuat Ibunya menjadi kaget. Air kencingnya yang masih mengalir pun terkena tubuh Nanang. Lalu Nanang langsung menancapkan kontolnya ke dalam memek Ibunya yang masih mengeluarkan air pipisnya. Bu Nining merasakan sensasi yang sangat luar biasa. Ia merasakan memeknya dipenuhi oleh air kencingnya dan juga kontol Nanang.



"Ibu lagi kencing malah kamu entot...Aaahhhhh...Aaaahhhhh" erang Bu Nining sambil memeluk Nanang agar ia tidak jatuh.



Nanang hanya tertawa mendengarnya dan terus menggenjot memek Ibunya. Air kencing Bu Nining mulai berhenti dan Nanang bisa leluasa menggenjot memek Ibunya. Kemudian Mbak Yuyun ikut masuk ke kamar mandi. Ia masih belum puas dan ingin segera digenjot lagi oleh Nanang. Mbak Yuyun memeluk Nanang dari belakang sambil kedua tangannya menggelitik puting Nanang. Nanang merasa geli dan membuat gendongannya jadi melemah dan membuat Bu Nining hampir jatuh.



"Entot aku lagi dong Nanang. Memek aku belum puas" rengek Mbak Yuyun sambil menggesek memeknya di pantat Nanang.



"Aku masih pengen ngentot Ibuku" jawab Nanang sambil terus menggesek memek Ibunya dengan posisi berdiri.



"Kamu pulang aja deh Yuyun. Ganggu acara orang aja" kata Bu Nining dengan sewotnya.



Giliran Mbak Yuyun yang mengalah. Ia pun memilih untuk bermasturbasi sambil menunggu gilirannya. Nafsunya yang besar membuatnya ingin merasakan kontol Nanang hingga dirinya merasa puas.



"Kita ngentot di dalam aja yuk. Nanti bisa dilihat orang" ajak Bu Nining.



Lalu Nanang menggendong Ibunya dengan kontolnya yang menancap di memeknya. Sambil digendong, Bu Nining pun menggerakkan pinggulnya untuk menggenjot kontol Nanang. Setelah berada di dalam rumah, Nanang langsung membaringkan Ibunya di atas lantai. Ia menggerakkan pinggulnya dengan kecepatan tinggi hingga ia merasakan orgasmenya sudah hampir tiba.



"Aaahhhh...Aaahhhh....Memeekkk Ibuuu mauuuu keluuuarrr....Oooohhhh...Ooohhhh" erang Bu Nining.



"Uuuuhhhhhh...Samaaaa Buuuuuu....Aaahhhhh...Kitaaaa keluaaaaarrr bareeenggggg...oooohhhhh" erang Nanang.



Lalu keduanya pun orgasme secara bersamaan. Lahar Bu Nining dan juga Nanang bersatu padu di dalam memek Bu Nining. Keduanya merasa lega sekali setelah berhasil mencapai orgasme. Mbak Yuyun segera mencabut kontol Nanang dan menjilati sisa spermanya. Dengan segera Mbak Yuyun menancapkan kontol Nanang yang mulai loyo ke dalam memeknya. Ia langsung menggenjot kontol Nanang dan ia merasakan kontol Nanang kembali mengeras di dalam memeknya. Mbak Yuyun menggerakkan pinggulnya dengan sangat cepat agar ia bisa merasakan sperma Nanang di dalam memeknya. Lalu Mbak Yuyun melihat aliran sperma Nanang yang keluar dari memek Bu Nining. Tanpa rasa jijik, ia menjilati memek Bu Nining dan menghisap seluruh sperma Nanang yang masih tertinggal. Karena genjotan Mbak Yuyun terlalu cepat, membuat Nanang kembali merasakan orgasmenya untuk yang kedua kali.



"Mbaaakkkk...Enaaaakkk bangeeeett...aaaaahhhhh....Aaaahhhhhhhh" jerit Nanang disaat spermanya sudah berada di ujung.



"Mbaaakkk jugaaaa...keluaaarriiinnn barengg yaaa...Oooohhhh...memeeeekkkkkkkkkk" jerit Mbak Yuyun sambil menekan pantatnya.



Beberapa detik kemudian keduanya orgasme secara bersama - sama. Nanang merasa gembira sekali bisa mendapatkan orgasmenya yang kedua secara beruntun. Kali ini kontol Nanang benar - benar loyo dan mulai mengecil. Nafsunya langsung hilang dan yang tersisa hanya sisa orgasmenya saja. Nanang pun berbaring di antara kedua wanita itu. Ia merangkul keduanya dalam pelukannya. Tangan Mbak Yuyun dan Bu Nining secara bergantian mengocok kontol Nanang yang telah mengecil itu. Nanang merasa lelah sekali dan membiarkan tangan kedua wanita itu bermain dengan kontolnya. Benar - benar hari yang indah untuk Nanang.



Sejak saat itu, Mbak Yuyun sangat sering berkunjung ke rumah Nanang untuk meminta jatah kenikmatan. Terkadang mereka bermain berdua dan terkadang mereka bermain bertiga bersama Bu Nining. Lama - kelamaan Mbak Yuyun dan Bu Nining semakin berani untuk melakukan biseksual. Terkadang keduanya menampilkan aksi lesbian di depan Nanang untuk membuat Nanang semakin bergairah. Mereka saling berbagi lendir kenikmatan dan mereka sangat menikmatinya. Nanang merasa dirinya sebagai satu - satunya pria perkasa yang ada di dunia. Ia memang orang desa yang udik, tidak tampan, dan berkulit hitam, tapi banyak wanita yang bertekuk lutut karena kejantanannya. Ia tidak pernah merasa lelah


dan selalu bersedia untuk melayani para wanita yang haus seks seperti Ibunya dan Mbak Yuyun. Setiap kali pulang mengajar di sekolah, Mbak Yuyun rela berjauh - jauhan menuju rumah Nanang demi mendapatkan sedikit lendir demi mengisi lubang memeknya. Ia tidak pernah takut untuk hamil karena yang paling penting adalah nafsunya yang bisa terpuaskan. Sementara Bu Nining tidak perlu takut untuk tidak kebagian kenikmatan. Setiap malam ia selalu mengganggu tidur nyenyak Nanang demi memuaskan nafsunya. Sungguh kenikmatan yang tidak akan pernah ada habisnya.



Pada suatu ketika Mbak Yuyun mengajak Nanang dan Ibunya untuk piknik di sebuah air terjun yang terletak di dalam hutan. Air terjun itu menjadi satu - satunya tempat bagi warga desa untuk refreshing. Tempatnya yang sejuk dan indah membuat warga desa sering berpiknik di tempat tersebut. Mbak Yuyun sengaja mengajak mereka untuk bersenang - senang demi memulihkan tenaga mereka yang terkuras akibat seks yang terus - menerus dilakukan tanpa henti. Lalu mereka bertiga pun tiba di air terjun tersebut. Rasa nyaman dan sejuk langsung menyelimuti tubuh Nanang yang lelah. Nanang tidak sabar untuk segera menceburkan diri ke dalam air untuk menyejukkan tubuhnya. Lalu ketiganya mencari tempat yang enak untuk bersantai. Secara tidak terduga, ketiganya bertemu dengan Ibu Trisno dan Kakaknya yang juga tengah berpiknik bersama. Nanang merasa beruntung bertemu dengan kedua wanita itu. Libidonya langsung muncul ketika melihat kedua wanita itu. Ibu Trisno dan Kakaknya juga merasa senang bisa bertemu dengan Nanang. Sudah cukup lama mereka tidak saling bertemu dan berbagi kenikmatan. Terakhir kali mereka bertemu sebelum Nyonya Arini meninggal dunia. Lalu Ibu Trisno mengajak mereka bertiga untuk bergabung. Ibu Trisno memilih tempat piknik di bawah sebuah pohon rindang yang asri yang tidak jauh dari pinggir air.



"Sudah lama kita tidak bertemu ya, Bu" kata Ibu Trisno kepada Bu Nining.



"Iya, Ibu tampak semakin kurus ya" kata Bu Nining.



"Maklum toh, Bu. Namanya juga faktor umur" jawab Ibu Trisno sambil tertawa.



"Trisno nya gak ikut ???" tanya Nanang.



"Dia lagi tidak enak badan. Sekarang lagi istirahat di rumah" jawab Ibu Trisno.



Nanang senang sekali mendengar kalau Trisno tidak ikut. Khayalan - khayalan anehnya mulai bermunculan. Ia pun mendapatkan sebuah ide gila yang mungkin hanya sekali seumur hidup bisa ia rasakan. Ia berencana untuk menggelar pesta seks bersama keempat orang wanita yang ada di depannya. Ini akan menjadi hari terbaik yang pernah Nanang rasakan. Kemudian sambil mengobrol, kelima orang tersebut menyantap bekal yang mereka bawa. Nanang tidak bisa konsentrasi karena matanya tidak berhenti untuk menatap tubuh Ibu Trisno dan juga Kakaknya. Ia sudah tidak sabar untuk segera mencicipi tubuh kedua wanita itu. Nanang makan dengan sangat cepat agar ia bisa segera merealisasikan idenya itu. Setelah selesai makan, Nanang pun segera menelanjangi dirinya dan membuat keempat wanita itu terkejut. Nanang sengaja menelanjangi dirinya agar dengan alasan ingin berendam di air terjun.

"Kenapa kamu telanjang seperti ini ??? Kan malu dilihat Ibu Trisno dan Kakaknya" kata Mbak Yuyun yang meminta Nanang untuk mengenakan kembali pakaiannya.
"Mbak tenang aja deh. Lagian mereka berdua udah pernah merasakan kontol ku kok" jawab Nanang dengan santainya.

Bagai tak berdosa, Nanang pun segera berlari menuju air terjun dan menceburkan dirinya. Sementara keempat wanita itu saling berdiam diri. Mereka pun menghentikan santapan makanan. Keempat wanita itu saling melihat satu sama lain. Terutama Mbak Yuyun yang tidak menduga kalau Nanang akan menjadi pria yang mampu meniduri banya wanita.


"Ja...Jadi Ibu sudah pernah ngentot dengan Nanang ???" tanya Mbak Yuyun kepada Ibu Trisno.
"Su...Sudah, Yun. Kami melakukan itu secara tidak sengaja dan terpaksa" jawab Ibu Trisno dengan malu - malu.
"Untuk apa kita saling merahasiakan. Kita berempat sudah pernah merasakan kontol Nanang dan aku yakin kalian pasti ketagihan" kata Bu Nining yang mulai buka suara.



Sementara itu Nanang tengah asik berendam di air terjun. Ia berenang ke sana kemari dengan telanjang bulat. Ia tidak peduli apakah ada warga yang tengah melihatnya. Airnya yang dingin dan sejuk membuat Nanang betah untuk berendam selama mungkin. Air terjun yang jatuh dari ketinggian 30 meter bagaikan shower yang deras untuk Nanang. Tiba - tiba saja jantung Nanang seakan berhenti berdetak ketika melihat empat orang bidadari seksi berdiri tegak di pinggir sungai. Keempat bidadari itu berdiri tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Siapa lagi kalau bukan Bu Nining, Mbak Yuyun, Ibu Trisno, dan juga kakaknya. Nafas Nanang mendadak sulit untuk dihembuskan. Aliran darahnya mengalir semakin cepat hingga memanaskan tubuhnya. Kontol Nanang langsung ereksi dengan bentuk yang paling sempurna. Nanang menelan ludah melihat tubuh keempat wanita itu yang memiliki ragam bentuk. Ada yang memiliki dada besar dan kecil, ada yang masih padat dan ada pula yang sudah kendur, ada pula yang berpantat montok dan tepos, serta ada yang memiliki memek berjembut dan ada yang mulus. Kemudian keempat wanita itu melangkah perlahan ke dalam air. Mereka mendekati Nanang yang tengah terpaku di bawah aliran air terjun. Kakak Trisno mulai mendekat dengan cepat dan memeluk Nanang. Kemudian ia mencium bibir Nanang dengan penuh nafsu. Lalu Ibu Trisno menyusul dan ikut berciuman bersama mereka. Sementara itu Bu Nining dan Mbak Yuyun tengah berjongkok dan mengelus kontol Nanang yang telah mengeras itu. Keempat wanita itu sudah diselimuti oleh gairah yang ingin segera dituntaskan. Kemudian kepala Nanang turun untuk menikmati toket Ibu Trisno yang kendur itu. Ia menghisap putingnya dan kembali merasakan nikmati ASI yang keluar dari putingnya itu. Ibu Trisno mendesah sambil meliukkan tubuhnya. Sementara Kakak Trisno tidak mau tinggal diam dan menuntun tangan Nanang untuk meremas toketnya. Lalu Nanang menikmati toket Kakak Trisno yang padat itu. Ia menghisapnya dengan kuat hingga putingnya yang tadinya kecil berubah menjadi besar.



"Naaannggg...hisappp yang kuaattt...keluarkaannn air susukuuuuu...Eeeehhhhhh" erang Kakak Trisno.



Setelah itu Nanang meminta keempat wanita itu untuk berganti tugas. Giliran Ibu Trisno dan Kakaknya yang melayani kontol Nanang, sementara Bu Nining dan Mbak Yuyun sibuk melayani permainan bibir Nanang. Nanang merasa ngilu ketika kontolnya disedot silih berganti oleh Ibu Trisno dan Kakaknya. Keduanya begitu gemas melihat kontol Nanang bak kayu jati yang keras. Bu Nining dan Mbak Yuyun menyodorkan toket mereka untuk dinikmati oleh Nanang. Nanang menyambutnya dengan suka cita dan menjilati puting mereka dengan penuh nafsu. Nanang merasakan kontolnya keluar masuk di mulut yang berbeda. Sedotan demi sedotan ia rasakan hingga membuat kontolnya semakin keras dan nikmat. Nanang hanya bisa merem melek sambil melayani dua wanita yang berada di samping kiri dan kanannya.



"Bagaimana kalau kita ke pinggir aja. Biar lebih asyik" ajak Nanang.



Keempat wanita itu pun setuju. Mereka menarik tangan Nanang dengan tergesa - gesa agar bisa tiba di pinggir dengan cepat. Ibu Trisno membentangkan tikar sebagai alas mereka. Nanang meminta keempat wanita itu untuk telentang berjejeran. Nanang bermasturbasi sesaat sambil melihat tubuh seksi keempat wanita itu. Cara Nanang mengocok kontolnya membuat keempat wanita itu ikut bermasturbasi. Mereka membelai memek mereka masing - masing dengan tatapan mesum yang membuat Nanang semakin bernafsu. Kemudian ia mulai menikmati wanita itu satu per satu. Dimulai dari yang lebih dekat dengannya yaitu Ibu Trisno. Nanang mencumbu tubuh Ibu Trisno lebih dahulu. Ia menghisap kedua toketnya itu silih berganti untuk menyedot semua air susunya. Ia sengaja menggumpalkannya dalam mulutnya untuk dibagi kepada Ibu Trisno dengan cara berciuman. Kemudian Nanang meminta Ibu Trisno untuk mengemut kontolnya. Dengan lahapnya Ibu Trisno menikmati setiap jengkal batang kontol Nanang. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menikmati batang kontol Nanang. Ketiga wanita lainnya dengan penuh nafsu melihat Ibu Trisno tengah mengemut kontol Nanang. Mereka tidak sabar menunggu giliran mereka tiba. Kemudian giliran Ibu Trisno yang mendapat servis dari Nanang. Dengan buasnya Nanang menjilati memek Ibu Trisno yang memiliki bau yang sangat menyengat. Sebagai orang desa, Ibu Trisno tidak


begitu peduli dengan kebersihan memeknya. Tapi hal itu justru membuat Nanang semakin bernafsu untuk terus menjilatinya. Nanang menjilati klitoris Ibu Trisno dengan penuh nafsu. Hal itu membuat Ibu Trisno merasakan geli yang amat sangat. Ia meliuk dan berusaha untuk menyingkirkan lidah Nanang dari memeknya. Tapi hal itu sia - sia saja karena semakin Ibu Trisno berontak, ia semakin liar dan terus menjilatinya.



"Hentikaaannn...Aaahhhh...Nantiii Ibuuu bisaa pipiissss...Aaahhhhh" Erang Ibu Trisno yang merasakan adanya desakan hebat yang ingin dikeluarkan.



Ibu Trisno mencoba untuk bangkit dan mendorong kepala Nanang, tapi Bu Nining yang berbaring di sampingnya malah menahannya untuk kembali berbaring. Bu Nining menahan tubuh Ibu Trisno yang terus meliuk.



"Keluarkan saja, Bu. Biarkan memek Ibu merasa puas" bisik Bu Nining di telinga Ibu Trisno.



Ibu Trisno semakin tak kuasa menahan desakan itu. Sesuai yang diperintahkan Bu Nining, Ibu Trisno pun membiarkan desakan itu untuk keluar dari memeknya. Alhasil semburan deras air kencing Ibu Trisno pun mengucur dari dalam memeknya. Semburannya terlalu deras hingga mengenai wajah Nanang dan juga matanya. Dengan seketika Ibu Trisno lemah tak berdaya dengan tubuh yang terus bergetar hebat. Memeknya berkedut kencang dan ia mulai merasa ngilu. Ia menggigit jarinya sendiri sambil merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan.



"Apa yang kamu lakukan barusan ??? Memek ku terasa geli tapi juga terasa nikmat" kata Ibu Trisno yang masih merasakan sisa - sisa kenikmatan itu.



Nanang hanya tersenyum mendengarnya. Ia sendiri tidak tahu apa yang telah ia lakukan hingga membuat Ibu Trisno sampai seperti itu. Lalu Nanang mulai menancapkan kontolnya di memek Ibu Trisno. Ia menggenjot dengan tempo pelan sambil menghisap toket Ibu Trisno. Ibu Trisno kembali merasakan nikmat di memeknya. Ia pun meminta Nanang untuk menambah temponya.



"Lebihhh cepaatt entoottnyaaaa...biaarr cepaatt keluuaarrr...Aaaahhhhh...Uuuhhhhh" erang Ibu Trisno sambil memeluk Nanang dengan erat.



Bu Nining pun tidak sanggup lagi untuk tidak bergabung dengan Nanang. Melihat Ibu Trisno yang meronta dan mengerang itu membuatnya merasa iri. Ia pun dengan segera menyambar bibir Ibu Trisno dengan bibirnya. Ia mencium bibir Ibu Trisno dengan buasnya sambil memainkan lidahnya di dalam mulut Ibu Trisno. Tak disangka ternyata Ibu Trisno malah membalas ciuman tersebut. Melihat hal itu membuat Nanang semakin bersemangat. Tangan Bu Nining menggosok klitoris Ibu Trisno agar semakin nikmat. Hal itu membuat Ibu Trisno semakin terbang menuju pintu gerbang kenikmatan. Sementara itu Mbak Yuyun dan Kakak Trisno mulai melakukan hubungan biseksual dengan penuh gairah. Kakak Trisno tengah


sibuk melahap toket Mbak Yuyun yang datar itu. Sesaat kemudian Ibu Trisno pun kembali merasaka orgasmenya. Ia menarik Bu Nining untuk kembali berciuman dengannya. Lalu Nanang merasakan lahar panas Ibu Trisno menyemprot kontolnya. Kini Ibu Trisno benar - benar sudah lelah. Ia memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Kemudian Nanang menarik tubuh Kakak Trisno dan menyuruhnya untuk berbaring. Nanang pun bersiap - siap untuk menancapkan kontolnya, tapi sayang mendapat larangan dari Ibu Trisno.



"Nang, jangan entot dia. Jangan ambil keperawanannya" larang Ibu Trisno.



"Tapi, Bu, aku juga pengen ngerasin nikmatnya ngentot" kata kakak Trisno yang kecewa dengan larangan Ibunya.



"Ibu kamu benar, sini biar Ibu bantu kamu merasakan kenikmatan" kata Bu Nining yang mendukung Ibu Trisno.



Bu Nining menyuruh Nanang untuk hanya menggesek kontolnya di bibir memek Kakak Trisno. Nanang pun menggesek kepala kontolnya di bibir memeknya. Sesekali ia mencoba iseng dengan menekan kontolnya tepat di lubang memek Kakak Trisno. Kakak Trisno meringis kesakitan dan membuat Bu Nining sedikit marah kepada Nanang.



"Jangan macam - macam ! Cukup kamu gesek aja di memeknya" kata Bu Nining dengan nada meninggi.



Lalu Nanang menggesek kontolnya di klitoris Kakak Trisno. Ia mulai menggeliat seperti yang dilakukan oleh Ibunya tadi. Bu Nining dan Mbak Yuyun membantu Kakak Trisno mencapai puncak kenikmatannya dengan menghisap toketnya. Kakak Trisno semakin geli dan ia merasakan orgasmenya akan keluar sebentar lagi. Bu Nining menyadari hal itu dan ia pun menggesek lubang memek Kakak Trisno agar semakin nikmat. Dan akhirnya kakak Trisno pun terkapar seketika setelah orgasmenya tiba. Ia merasa tulang - tulang dalam tubuhnya hancur berantakan. Ia tak menyangka akan orgasme sehebat ini meskipun kontol ia tidak merasakan bersenggama. Nanang pun menggendong tubuh Kakak Trisno dan membaringkannya


di samping Ibunya yang telah tertidur pulas. Selain karena lelah, angin sejuk di sekitar air terjun membuat mata menjadi mengantuk. Tinggal dua wanita yang tersisa. Nanang harus mengerahkan seluruh tenaganya karena kedua wanita itu memiliki nafsu yang luar biasa. Dan benar saja, Mbak Yuyun dan Ibunya berebutan untuk mendapat jatah pertama dari Nanang. Keduanya sudah bersiap dengan posisi nungging sambil membuka belahan pantat mereka dan menunjukkan lubang memeknya.



"Sini kontol kamu, masukin ke memek Mbak" kata Mbak Yuyun sambil menggoyangkan pantatnya.



"Jangan, masukin ke memek Ibu aja. Biar Ibu memekin kontol kamu dengan nikmat" kata Bu Nining yang tidak mau kalah dengan Mbak Yuyun.



Nanang jadi bingung memek siapa yang harus ia layani lebih dulu. Nanang meminta keduanya untuk mengundi dengan cara tiga kali suit. Ternyata yang menang adalah Mbak Yuyun dan ia pun kegirangan.



"Ayo sini, gak usah jilat - jilat. Cukup tancapin aja tuh kontolnya" kata Mbak Yuyun.



Nanang pun segera menusuk memek Mbak Yuyun. Ia memompa kontolnya dengan sangat cepat hingga menimbulkan suara berisik dari dalam memek Mbak Yuyun. Nanang memukul pantat Mbak Yuyun hingga merah dan berbekas. Hal itu justru membuat Mbak Yuyun semakin bernafsu.



"Kamu jangan gerak ya, biar Mbak aja yang memekin kontol kamu" pinta Mbak Yuyun.



Nanang pun mendiamkan pinggulnya. Giliran pinggul Mbak Yuyun yang beraksi menggenjot kontolnya. Nanang melihat pinggul Mbak Yuyun maju mundur dengan sangat cepat. Sesekali ia memutar pantatnya hingga kontol Nanang ikut terpelintir di dalam memeknya. Sementara Bu Nining merasa tidak sabar lagi untuk mendapatkan gilirannya. Ia mendekati Nanang dan meminta Nanang untuk menusuk memeknya dengan jari Nanang. Konsentrasi Nanang pun pecah menjadi dua antara memompa memek Mbak Yuyun dan menusuk memek Ibunya. Setiap kali Nanang berhenti bergerak, Mbak Yuyun menjadi kesal karena nafsunya juga ikut berhenti.



"duuuhhh jangan berhenti donggg...jangan buat memek Mbak jadi mengering" kata Mbak Yuyun.



Nanang berusaha untuk bisa membagi konsentrasinya. Ia memompa memek Mbak Yuyun dengan cepat agar ia bisa cepat orgasme. Bu Nining pun menggosok klitoris Mbak Yuyun dan membuatnya tidak sanggup lagi untuk menahan orgasmenya. Mbak Yuyun berteriak sekencang - kencangnya hingga menimbulkan gema di dalam hutan.



"AAAAHHHHHHH...ENAAAAKKKK...ENTOOTTT YANG KUAAATTT...OOOOOHHHHH" teriak Mbak Yuyun.



Ibu Trisno dan Kakaknya sontak terbangun mendengar suara jeritan dan gema tersebut. Mereka mengira ada sesuatu yang terjadi dan ternyata suara itu berasal dari jeritan Mbak Yuyun. Bu Nining menyambar kontol Nanang untuk diemut olehnya sampai bersih. Kemudian ia meminta Nanang untuk melakukan posisi WOT yang menjadi posisi favorit Bu Nining. Dengan posisi tersebut Bu Nining jadi bebas menggerakkan pinggulnya.



"Ooohhhh...Kontooolll enaakkkk...Ooohhhh" lenguh Bu Nining ketika kontol anaknya itu menerobos masuk ke dalam memeknya.



Ibu Nining langsung menggunakan tempo yang cepat. Ia ingin segera mencapai orgasme. Ia sedikit benci karena menjadi orang terakhir yang dilayani oleh Nanang. Namun itu menjadi berkah tersendiri untuknya karena membuat nafsunya semakin menggebu - gebu. Nanang hanya bisa merem melek sambil meremas toket Ibunya. Gerakan Ibunya yang super cepat itu membuat kontolnya semakin nikmat. Penampilan Bu Nining sudah sangat acak - acakan saat itu. Ia benar - benar mirip seperti wanita binal yang haus seks. Tidak sampai 5 menit menggenjot kontol Nanang, tubuh Bu Nining sudah mengejang dengan hebatnya. Ia menghentak pinggulnya dengan kuat dan mengeluarkan semua cairan orgasmenya. Nanang merasakan aliran panas yang mengaliri kontolnya.



"Oooohhhhh...nikmaaatnyaaaa gustiiiiii...Aaahhhhhh...ampuuuunnnn....oohhhhhh" ceracau Bu Nining.



Ia pun mengeluarkan kontol Nanang dari memeknya dan terlihat cairan orgasmenya ikut keluar. Saking banyaknya, cairan orgasme Bu Nining seperti semburan sperma Nanang. Lelehan tersebut bagaikan susu yang tumpah. Bu Nining merasakan orgasme yang terhebat sepanjang hidupnya. Orgy sex yang dilakukannya membuatnya semakin bergairah dan hasilnya ia pun mendapatkan orgasme yang luar biasa. Kini giliran Nanang yang ingin mencapai puncak kenikmatannya. Nanang berdiri dan meminta keempat wanita itu untuk mengemut kontolnya. Keempat wanita tersebut berebutan untuk bisa menikmati kontol Nanang. Mereka silih berganti menjilat batang kontol Nanang dan juga menghisapnya. Nanang merasa senang melihat keempat wanita binal itu. Ia sangat beruntung sekali bisa menjadi pejantan desa yang mampu memuaskan banyak wanita. Selang beberapa saat kemudian, Nanang pun mulai orgasme. Ia meminta keempat wanita tersebut untuk membuka mulut mereka selebar mungkin sambil menjulurkan lidah mereka. Nanang mengocok kontolnya sesaat dan kemudian ia pun menumpahkan spermanya di masing - masing mulut keempat wanita itu. Kali ini Nanang telah menghabiskan seluruh tenaganya dan ia pun ambruk dengan nafas yang terengah - engah. Sementara itu keempat wanita itu saling berciuman dan saling mencicipi sperma Nanang. Mereka saling menukar sperma dari mulut ke mulut dengan binalnya. Benar - benar hari yang indah dan tidak akan pernah terlupakan oleh mereka semua. Kemudian kelima orang tersebut kembali menceburkan diri ke dalam air. Rasa sejuk dan dingin membuat tubuh mereka menjadi rileks dan nyaman. Mereka saling bermain air seperti anak kecil. Sesekali Nanang dengan usilnya memancing nafsu keempat wanita tersebut hingga akhirnya terjadilah pertempuran untuk kali kedua hingga mereka benar - benar merasa puas.



Hari pun semakin senja. Mereka telah bersiap - siap untuk pulang ke rumah masing - masing. Mereka menghabiskan hari itu dengan penuh senyuman dan kegembiraan. Tak lupa Ibu Trisno dan juga Kakaknya memberika kecupan dan pelukan hangat sebagai rasa terima kasih kepada Nanang karena telah menuntaskan nafsu mereka. Nanang dengan senang hati melakukannya dan meminta mereka untuk mengulanginya lagi lain hari.



"Itu pasti. Untuk lain kali kamu harus masukin kontolmu ke memekku" bisik Kakak Trisno yang terdengar oleh Ibu Trisno.



"Jangan coba - coba ya !" kata Ibu Trisno dan mereka semua pun tertawa puas.



Saat akan beranjak pulang, tiba - tiba saja mereka dikagetkan dengan kehadiran Trisno dan beberapa warga desa. Dari raut wajah mereka, Nanang bisa menduga kalau tengah terjadi sesuatu yang penting. Trisno memberikan kabar buruk untuk Nanang dan Bu Nining. Ia mengatakan kalau rumah mereka tengah didatangi oleh banyak polisi. Nanang dan Bu Nining kaget mendengarnya dan mereka semua pun bergegas menuju rumah Nanang. Setibanya di sana, Nanang begitu terkejut dan nyaris pingsan karena rumahnya telah dikepung oleh Polisi dan telah dipasangi garis polisi. Beberapa barang berharga Nanang tampak tergeletak di depan rumah Nanang. Bu Nining pun berlari menuju polisi untuk meminta penjelasan kepada mereka atas apa yang telah terjadi. Polisi dengan tegas mengatakan kalau rumah mereka disita dengan alasan menjadikannya barang bukti kasus pemerasan harta yang dilakukan oleh mendiang Nyonya Arini. Ternyata setelah kematian Nyonya Arini, ada beberapa warga yang melaporkan kasus pemerasan harta yang dilakukan Nyonya Arini semasa hidupnya. Mereka ingin harta mereka yang telah dirampas dikembalikan lagi kepada mereka. Polisi telah melakukan penelusuran dan menganggap rumah Nanang sebagai salah satu aset milik Nyonya Arini. Nanang tidak bisa menghindar karena apa yang dikatakan oleh Polisi benar adanya. Renovasi yang dilakukan oleh Nanang terhadap rumahnya merupakan hasil bantuan yang diberikan oleh Nyonya Arini ketika ia masih bekerja untuk Nyonya Arini. Tak hanya rumah Nanang, rumah Nyonya Arini beserta isinya dan juga beberapa aset penting yang ada di desa tersebut ikut disita oleh Polisi. Nanang dan Bu Nining menjadi sedih karena mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi.



"Kita mau tinggal di mana ???" tanya Bu Nining sambil menangis.



"Kita akan tinggal di kota" jawab Nanang sambil mencoba untuk menenangkan Ibunya.



"Di kota ??? kita mau tinggal di tempat siapa ???" tanya Bu Nining yang heran mendengar jawaban konyol anaknya itu.



"Aku masih ada sedikit uang. Aku tidak ingin tinggal di desa ini lagi karena tempat ini telah menyimpan banyak kenangan untukku" jawab Nanang.

Bu Nining masih merasa heran dengan jawaban anaknya. Namun ia memilih untuk percaya dengan omongan anaknya. Untuk sementara mereka akan tinggal di balai desa sebelum akhirnya mereka pindah ke kota. Sebelum pergi Nanang menyempatkan diri untuk berpamitan kepada warga desa sekaligus meminta maaf atas semua kesalahannya selama ini. Warga desa ikut sedih karena harus kehilangan sosok warga yang sangat baik. Beberapa wanita desa yang pernah merasakan kejantanannya ikut merasa sedih karena harus kehilangan Nanang. Mereka telah menganggap Nanang sebagai pejantan desa yang tangguh. Tak terkecuali Ibu Trisno dan juga Kakaknya yang sangat merasa kehilangan. Mereka meminta Nanang untuk berjanji suatu hari nanti akan kembali mengunjungi mereka dan melakukan hal - hal yang indah lagi. Nanang pun berjanji kepada mereka dan Nanang memberikan kecupan dan juga pelukan hangat sebagai ucapan selamat tinggal. Sementara itu Nanang tidak perlu khawatir untuk ditinggal oleh Mbak Yuyun. Ia masih akan bertemu dengan Mbak Yuyun karena Mbak Yuyun juga memiliki jadwal mengajar di kota. Nanang pun tak lupa menyempatkan diri ke makam Nyonya Arini. Ia sangat sedih sekali karena hingga akhir hayatnya, Nyonya Arini terus tertimpa masalah dan ia yakin kalau arwah Nyonya Arini tidak akan pernah tenang. Selama ini Nanang telah salah menganggap Nyonya Arini sebagai wanita yang jahat, sebenarnya ia adalah wanita yang baik yang hanya merasa kesepian. Setelah kehadirannya, Nyonya Arini justru menunjukkan rasa simpatinya terhadap dirinya dan memberikan semua kenikmatan baik harta maupun batin. Ia kembali menyesal karena telah gagal melindungi Nyonya Arini hingga ia harus mengakhiri hidupanya dengan cara yang tragis. Ia mengucapkan terima kasih yang sebanyak - banyaknya kepada Nyonya Arini dan memberikan pelukan hangat di batu nisan makan Nyonya Arini. Kisah Nanang si pejantan desa telah ditutup pada lembaran ini dan ia akan dikenang selamanya sebagai pejantan yang tangguh.



TAMAT !
Facebook CommentsShowHide

0 comments